Sabtu, 27 Februari 2010

PW-019 Empat Kunci memasuki Peperangan Rohani dengan Penyembahan

PW-019 Empat Kunci Memasuki Peperangan Rohani dengan Penyembahan (Dean Mitchum)----Home-----Artikel

Para nabi dan rasul telah menyatakan bahwa sekarang ini merupakan musim peperangan, sehingga kita perlu mempersiapkan diri (Yoel 3:9)
Berikut ini ada empat kunci penting untuk memahami dan memasuki peperangan rohani dengan pujian dan penyembahan (Mazmur 47:7).
Pewahyuan Profetis
1 Samuel 13:22 menyatakan bahwa ketika hari pertempuran datang tidak ada pedang dan tombak. Musuh telah mengeluarkan para pandai besi dari seluruh negeri Israel ‘agar orang Ibrani tidak membuat pedang dan tombak.’ Tidak seorang pun di negeri mampu mengubah logam dari satu bentuk ke bentuk lain. Gereja juga tidak dapat bertahan tanpa adanya senjata di hari pertempuran.
Di alam roh para nabi itu seperti pandai besi. Sampai setelah para nabi dipulihkan untuk berfungsi di gereja, kita tidak punya pewahyuan untuk peperangan dengan pujian. Kita tidak akan memahami Yoel 3:10 bagaimana membuat mata bajak menjadi pedang. Kita mengerti bahwa puji-pujian itu bisa membajak, tetapi kita tidak tahu bahwa ‘logam yang sama’ ini bisa dipakai sebagai pedang dengan cara menempanya menjadi senjata. Sekarang pewahyuan telah datang, dan kita telah memiliki sesuatu untuk membuat senjata peperangan puji-pujian kita. Kita hanya memerlukan panasnya api profetis untuk mengaduk kita menjadi manusia-manuisa perkasa, untuk menempa mata-mata bajak kita menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkas menjadi tombak dan puji-pujian kita menjadi senjata peperangan.
Persenjataan Rohani
(2 Korintus 10:4). Mari kita ingat beberapa senjata yang disinggung di peperangan dengan penyembahan: Memainkan instrumen seperti Daud lakukan di 1 Samuel 16:23. Mazmur 144:1 menyatakan, ‘Dari Daud. Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang;’ Menyanyikan puji-pujian membungkam musuh (Mazmur 8:2). Teriakan mencerai-beraikan musuh (Yosua 6:20) dan meruntuhkan tembok benteng Yerikho. Bertepuk-tangan memukul musuh seperti disebutkan di Mazmur 47:1. Menari akan menginjak-injak musuh di bawah kaki kita (Maleakhi 4:3) dan rebana dan kecapi akan menjadikan Allah menghajar musuh dengan puji-pujian kita (Yesaya 30:32). Nubuatan itu suara Tuhan yang akan mencerai-beraikan musuh (Yesaya 30:31). Dan senjata utamanya ialah kehadiran Tuhan yang akan menjadikan musuh seperti lilin yang meleleh di depan api (Mazmur 68:3).
Pola Baru Penyembahan
Seringkali kita melihat penyembahan kita mengikuti pola tabernakel Musa. Kita mulai dari halaman, melewati bagian dalam dan akhirnya memasuki ruang Maha Kudus. Di jaman Musa, ruang Maha Kudus itu di mana hadirat Allah tinggal. Hadirat Allah dipisahkan oleh tabir, yang melambangkan bahwa manusia saat itu belum didamaikan dengan Dia.
Tetapi sekarang Kristus sudah mendamaikan manusia dengan Allah. Tabernakel Daud, yang secara profetis berbicara tentang kebenaran ini sebelum Mesias datang, merupakan pilihan Allah untuk pola penyembahan sekarang. Kisah 15:16 menyatakan Allah memulihkan tabernakel Daud.
Tabernakel Daud tidak punya tabir (2 Samuel 6:17) dan mengijinkan banyak imam, bukan hanya imam besar, untuk datang kepada Allah. Tabernakel Daud lebih baik dalam melambangkan kovenan baru daripada tabernakel Musa atau Bait Salomo. Allah menyatakan bahwa kemuliaan kovenan lama akan memudar dan keimaman diubah dari keimaman Lewi (Ibrani 7:11-12) ke keimaman Yehuda (Yehuda berarti ‘pujian’). Persembahan korban yang diterima tidak lagi hewan tetapi korban puji-pujian, sukacita dan ucapan syukur. Tabir diambil dalam Kristus (2 Korintus 3:6-18). Tabernakel Daud menciptakan tempat baru untuk hadirat Allah di Gunung Zion dan menegakkan kebebasan penyembahan yang baru (Ibrani 10:19, 2 Korintus 3:17).
Mentalitas Kerajaan
Inilah alasan mengapa kita berperang – untuk menegakkan Kerajaan baru. Ketika kita memasuki peperangan dengan pujian, fokus pujian berubah dari altar penebusan ke ruang tahta Raja. Gambaran ruang tahta memberikan kesan lebih berkuasa, dan keagungan Raja alam semesta yang memerintah di tengah-tengah puji-pujian kita, dan kemudian melayani kita. Mazmur 22:3 menyatakan bahwa Allah itu bertahta di atas pujia-pujian kita. Ini bagaimana kita membangun tahta-Nya di muka bumi. Yesus mengajar kita berdoa, ‘Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah Kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.’ (Matius 6:10) Kata ‘di Sorga’ berbicara tentang Kerajaan Allah yang kokoh dan tidak tergoncangkan. ‘Di Bumi’ sesungguhnya berbicara Kerajaan Allah yang melingkupi bumi.
Jadi, dengan pujian, bukan hanya Allah bertahta di atas puji-pujian kita, kita juga ‘melingkupkan’ Kerajaan-Nya atas bumi – hadirat-Nya, kehendak-Nya, jalan-jalan-Nya, Firman-Nya. Mazmur 108:8 mengatakan bahwa Yehuda itu Tongkat Kerajaan Allah. Ini menunjukkan dimana Allah memerintah dan membebaskan pernyataan nubuatan-Nya di tengah-tengah pujian. Dalam melingkupi bumi dengan Kerajaan Allah, kita mengulangi kata-kata Sorga melalui suara kenabian kita, dan kemudian menjadikan di bumi apa yang Allah katakan di Sorga.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar