Minggu, 28 Februari 2010

CD-006 Siap Menghadapi Akhir Jaman (bag. 1)

SIAP MENGHADAPI AKHIR JAMAN (Rick Joyner, Prepared for the Times)-Home---Artikel

Bagian-1
Tahun ini merupakan salah satu tahun yang paling penting bagi hidup kita maupun bagi dunia. Keputusan-keputusan yang kita ambil akan mempunyai konsekuensi sangat besar. Selain itu kitapun akan menghadapi waktu atau kesempatan yang lebih sempit dan mendesak di dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu keputusan paling penting yang harus kita ambil di atas segalanya adalah mencari Tuhan terlebih dahulu, mengenal Dia dan jalan-jalanNya lebih lagi, dan berjalan bersama Dia lebih dekat. Kehidupan Kristen yang benar adalah lebih dari sekedar tahu pengajaran yang benar, tetapi kehidupan yang mengikuti dan mentaati Tuhan. Dengan jelas Tuhan menunjukkan bahwa kita bisa saja tahu dengan baik semua pengajaran Tuhan, tetapi kalau kita tidak taat kepadaNya itu tidak akan ada gunanya pada Hari Penghakiman, dan itu juga tidak akan ada gunanya bagi hidup kita sekarang ini.
Ada dua aspek tentang mengikut Tuhan dan melakukan kehendakNya. Yang pertama adalah sungguh-sungguh mencintai kebenaran dan mencarinya dalam FirmanNya. Yang kedua adalah mengenali suaraNya. Di dalam jaman Perjanjian Lama sekalipun kita berkali-kali melihat bahwa bangsa Israel dituntut untuk mentaati perintah-perintahNya dan memperhatikan suaraNya. Hal ini tidak berubah. Kita perlu tahu dan memperhatikan FirmanNya yang tertulis dan taat pada suaraNya, seperti dinyatakan dalam Perjanjian Baru.
Seperti dikatakan dalam 2 Tesalonika 2:10, sekalipun kita tahu kebenaran, itu tidak berarti bahwa kita bisa bebas dari penipuan pada hari-hari ini. Kita harus mencintai kebenaran. Kalau kita benar-benar mencintai kebenaran, maka kita akan mengejarnya terus. Karena itu mari kita bertekad untuk semakin bersungguh-sungguh mengejar Tuhan dan kebenaranNya.
Orang-orang yang unggul dalam bidang apapun adalah orang-orang yang melakukan dengan sangat baik ha-hal yang mendasar. Yang terbaik akan kita temukan pada suatu tekad untuk terus menerus mereview dan mempraktekkan hal-hal yang bersifat dasar. Semakin kita kuat dalam hal-hal yang dasar, semakin kuat dan besar pula hal-hal yang bisa kita bangun di atasnya.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa dari 80 persen orang Amerika yang menyebut dirinya Kristen dan yang sebagian besar lahir baru, hanya kurang dari 10 persen yang memiliki pandangan global yang alkitabiah. Pandangan global adalah bagaimana kita memandang dunia. Alkitab diberikan kepada kita agar kita bisa memandang dunia dan kehidupan seperti Tuhan memandangnya. Pandangan yang berbeda dengan pandangan Tuhan merupakan suatu penipuan dasar. Sebuah tujuan dasar dari kehidupan Kristen adalah berjalan dalam kebenaran.
Apa yang telah membentuk pandangan global kita? Media berita? Pendidikan sekuler? Pemikiran orang lain? Pemikiran sendiri? Alkitab? Pengajaran sehat dari seorang gembala yang baik dan berpengetahuan luas? Pandangan global kita bisa merupakan kombinasi dari hal-hal tersebut, tetapi yang penting adalah bahwa hal itu benar. Dan kebenaran itu ada apabila kita memandang dunia seperti Tuhan memandangnya.
Kehidupan Kristen yang benar adalah menjadi murid Kristus. Itu berarti kita harus mengenal Dia dan jalan-jalanNya. Karena itu kita juga harus bisa melihat dunia seperti Dia. Jika Yesus yang adalah Firman, selalu memakai “ada tertulis” ketika menghadapi tantangan, apakah kita tidak akan melakukannya? Oleh karena itu sebagai seorang murid, salah satu pengabdian kita adalah mengenali Alkitab. Jelas bahwa ini bukanlah hal yang mudah. Tetapi mengikut Kristus memang bukan hal yang mudah. Dia tidak pernah berkata bahwa hal itu mudah – tetapi merupakan hal yang berharga.
Mengetahui garis besar rencana Tuhan itu penting untuk bisa mengerti berbagai aspek yang berkaitan di dalamnya, termasuk waktu di mana kita hidup saat ini. Oleh karena itu orang Kristen perlu membaca seluruh Alkitab. Saya telah membaca habis seluruh Alkitab berpuluh kali tetapi belum pernah menemukan satu kontradiksipun di dalamnya. Tetapi orang-orang tidak percaya selalu mengatakan bahwa ada banyak kontradiksi di dalamnya. Memang sesuatu bisa kelihatan seperti sebuah kontradiksi pada awalnya apabila dilihat di luar konteks, tetapi kalau kita mulai melihat gambaran secara menyeluruh, semua cocok dan pas. Bahkan penjelasan beberapa hal yang kelihatan kontradiktif bagi mereka yang hanya tahu kulitnya dilakukan dengan hikmat yang sangat dalam yang menunjukkan bahwa itu tidak berasal dari manusia.
Alkitab juga dipenuhi dengan nubuatan-nubuatan yang menjadi kenyataan seperti yang disebutkan. Kedatangan dan kehidupan Yesus dinubuatkan oleh banyak orang dalam periode waktu empat ribuan tahun, dan itu digenapiNya. Kehidupan Buddha tidaklah dinubuatkan seperti itu. Kehidupan Muhammad tidak juga dinubuatkan seperti itu. Tidak seorang pun dalam sejarah memiliki kredensial seperti itu. Tanpa diragukan Yesus adalah Dia yang dinubuatkan datang. Dia menggenapinya. Dia menyelesaikan apa yang harus Dia selesaikan. Dan tidak ada seorang pun yang lain dalam sejarah yang ajarannya bisa kita percaya. Mengenal Dia dan ajaranNya, dan menjadi saksiNya, merupakan suatu usaha paling penting yang bisa kita lakukan dalam hidup ini
Bagian-2
Firman Tuhan yang tertulis – yaitu Alkitab – merupakan dasar dari semua pengajaran Kristen. Karunia bernubuat tidaklah dipakai untuk membangun suatu pengajaran, tetapi dipakai oleh Tuhan untuk mengarahkan umatNya pada masa kini dan kadang-kadang juga dipakai untuk menyingkapkan masa depan. Ketika pewahyuan-pewahyuan profetik disalahgunakan untuk membangun suatu doktrin atau pengajaran, maka itu menjadi suatu pengajaran sesat dan akan menghasilkan suatu aliran sesat. Kita tidak boleh mempercayai orang yang memakai pewahyuan untuk membangun suatu pengajaran. Firman Tuhan yang tertulis adalah satu-satunya pengajaran bagi gereja.
Demikian juga, Firman Tuhan yang tertulis tidaklah dimaksud untuk menggantikan komunikasi pribadi Tuhan kepada kita. Komunikasi pribadi itu seringkali dilakukanNya melalui karunia nubuatan. Yohanes 10 berkata bahwa domba-dombaNya mengenali suaraNya dan mereka mengikuti Dia karena mengenal suaraNya. Bahkan di dalam Perjanjian Lama pun umat Tuhan berkali-kali diperintahkan untuk taat dan memperhatikan suaraNya. Sebagaimana kualitas suatu hubungan ditentukan oleh kualitas komunikasi, hal yang sama juga berlaku pada hubungan kita dengan Tuhan. Komunikasi ini bukan hanya dalam apa yang Dia katakan di masa lalu. Firman Tuhan berkata bahwa manusia tidak hidup dengan roti saja, melainkan dengan Firman yang keluar dari mulut Tuhan. (Matius 4:4, dlm bhs Inggris ditulis dalam present tense).
Salah satu perumpamaan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan Yesus dengan gerejaNya adalah hubungan Kepala dengan tubuh. Sama seperti kepala kita terhubung dengan tubuh, Yesus ingin mengarahkan tubuhNya melalui komunikasi terhadap setiap bagian tubuh. Setiap anggota Tubuh Kristus bisa, dan harus memiliki komunikasi sendiri dengan Dia. Dia mempunyai hubungan pribadi dengan setiap umatNya. Setiap orang Kristen harus tahu jalan-jalanNya, seperti diajarkan dalam Alkitab, dan mereka harus mengenal suaraNya.
Semua perumpamaan memang terbatas dalam aplikasinya. Tetapi kita bisa berharap bahwa sebelum akhir dari akhir jaman, umat Tuhan akan menjadi begitu dekat dengan Dia dan sensitif terhadap pimpinanNya, sehingga bisa bekerja dalam suatu harmoni yang sedemikian rupa seperti yang dinubuatkan dalam Yoel 2.
Suatu perumpamaan lain yang menunjukkan bagaimana Dia berhubungan dengan kita adalah cara yang berbeda-beda ketika Dia berbicara kepada kita. Misalnya, gerejaNya juga disebut sebagai mempelaiNya. Suatu komunikasi yang romantis dan penuh kasih dari Tuhan tidak ada kaitannya dengan tujuan suatu strategi, atau pekerjaan, tetapi hanyalah berbicara tentang kasih. Bisakah kita membayangkan hubungan seperti apa yang terjadi apabila pada hari pernikahan, mempelai pria memberikan sebuah buku pada mempelai wanita dan berkata kepadanya bahwa dia menulis buku itu untuknya sehingga dia tidak perlu lagi berbicara kepadanya! Jangan biarkan seseorang atau suatu pengajaran pun merampas hubungan pribadimu dengan Tuhan.
Memiliki doktrin yang tepat itu penting. Kita bisa saja memiliki kebenaran tetapi tidak mencintai kebenaran. Orang yang jatuh cintalah yang akan tetap setia sampai akhir. Job deskripsi kita yang utama adalah mengasihi Tuhan di atas segalanya. Ini bukanlah sekedar doktrin yang harus kita setujui, tetapi yang harus kita lakukan. Kasih ini dibangun melalui komunikasi, sentuhan-sentuhan pribadi, dan Tuhan sangat ahli dalam hal-hal seperti itu. Mereka yang hanya memiliki doktrin tanpa hubungan pribadi dengan Dia adalah mereka yang memiliki suatu bentuk kesalehan tetapi tidak memiliki kuasa. Sebuah sentuhan pribadi dari Tuhan akan bisa menyelesaikan pengajaran bertahun-tahun yang tidak juga berhasil. Tetapi, pengajaran juga merupakan hal yang penting.
Mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan sama pentingnya dengan tumbuh dalam pengajaran yang sehat. Kehidupan Kristen yang paling sehat adalah yang melakukan keduanya. Dengan tumbuhnya kedewasaan, maka otoritaspun semakin besar, sama seperti pertumbuhan anak. Semakin mereka dewasa, semakin berkurang pengarahan kita tentang hal-hal kecil. Hal yang sama terjadi di dalam Tuhan. Para rasul tidaklah berjalan dengan bimbingan tangan, mereka diutus oleh Tuhan. Seperti kita baca dalam kitab Kisah Rasul, mereka membuat banyak keputusan tentang apa yang harus mereka lakukan dan ke mana mereka harus pergi tanpa pewahyuan langsung dari Tuhan. Ketika Tuhan perlu mengarahkan mereka kembali, Dia akan memberi mereka mimpi, penglihatan, atau kata-kata, tetapi mereka ini adalah hamba-hamba yang dipercaya, cukup dewasa di dalam Tuhan untuk membuat sendiri keputusan-keputusan. Hanya orang-orang yang belum dewasa yang membutuhkan bimbingan terus menerus, sama seperti anak-anak. Semakin kita dewasa di dalam Tuhan, semakin berkurang arahanNya. Tetapi yang belum dewasa memang harus terus minta bimbingan. Dalam waktu inilah mereka akan mengenal suaraNya.
Kita harus mempunyai tekad mantap untuk mengenal suara Tuhan dan taat dalam segala hal. Kita juga harus tumbuh dewasa sehingga kita tahu hati dan pikiranNya, sehingga bisa dipercaya dengan otoritas. Anak-anak yang dewasa merupakan sukacita seorang ayah, dan hal yang sama juga berlaku bagi Bapa di surga. Tetapi Bapa kita juga seorang Raja yang kekal dan melakukan kehendakNya haruslah menjadi pengabdian kita.
Pengetahuan tentang Tuhan dan jalan-jalanNya banyak kita temukan dalam Alkitab. Karena itu kita harus memiliki tekad yang kuat dan konsisten, terus menancapkan akar kita semakin dalam untuk mengerti Firman yang tertulis di samping mengenal suaraNya. Kedua hal ini bukanlah pilihan yang ini atau yang itu, tetapi keduanya merupakan suatu keharusan. Ketika kita mulai mengenal suaraNya, maka suara itu tidak akan pernah kontradiksi dengan Firman yang tertulis. Nubuatan yang benar tidak akan pernah konflik dengan pengajaran alkitabiah yang sehat. Kita memiliki kebenaran ini sebagai fondasi yang kokoh untuk mengenal suaraNya.
Bagian 3
Seperti telah dikatakan sebelumnya, tidak akan ada konflik antara Firman Tuhan yang tertulis dengan pesan atau pewahyuan langsung yang berasal dari Dia. FirmanNya berkata bahwa Dia tidak bisa berbohong dan tidak pernah berubah. Karena itu FirmanNya yang tertulis, yaitu Alkitab, menjadi fondasi yang bisa dipercaya untuk menguji setiap nubuatan. Tidak ada nubuatan ataupun pesan Tuhan yang berlawanan dengan apapun yang ada di dalam Alkitab.
Pemikiran Barat, yang didasarkan pada logika vertikal, seringkali memaksa kita untuk menetapkan suatu prinsip bagi setiap hal. Kadang-kadang hal ini baik dan berguna, tetapi juga bisa menjadi batu sandungan yang memisahkan kita dari kebenaran. Tentu saja beberapa prinsip dasar bisa membantu kita dalam perjalanan iman kita dan memampukan kita untuk membedakan suara Tuhan dari suara-suara lain. Kita akan belajar lebih banyak tentang hal ini, akan tetapi kita juga harus tahu bahwa semua ini bukanlah aspek paling penting untuk mengenal kebenaran dan mengenal suaraNya. Kebenaran itu adalah Pribadi, bukan hanya fakta.
Coba renungkan hal ini: bisakah saya menjelaskan suatu suara kepada anda, dan dengan mantap anda bisa mengenalinya? Saya akan sangat kesulitan untuk bisa menjelaskan bagaimana suara isteri saya. Yang bisa saya lakukan hanyalah menunjukkan hal-hal yang umum. Saya rasa orang yang belum pernah mendengar suara isteri saya tidak akan bisa mengenalinya dengan mendengar penjelasan saya. Tetapi, kalau isteri saya ada di tengah-tengah orang banyak yang sedang ramai berbicara, saya akan segera bisa mengenali suara isteri saya karena saya sudah lama bersama-sama dengan dia. Demikian juga satu-satunya cara untuk mengenali suara Tuhan adalah dengan bergaul dengan Dia.
Saya telah membaca habis Alkitab berkali-kali dan mempelajari dengan sungguh-sungguh bagaimana Tuhan berbicara kepada manusia. Tetapi, itu bukanlah cara saya mengenal suara Tuhan. Saya tidak mengenali suara itu seperti saya mengenali nada suara isteri saya yang audible (kedengaran), tetapi saya mengenali nada suara spiritual yang bersifat unik. Seperti diajarkan Alkitab, ada banyak suara di alam semesta ini yang bersifat unik. Jadi, bagaimana kita bisa mengenali suaraNya? Sekali lagi, kita harus mengenal Dia.
Tentu saja Tuhan bisa membuat suaraNya begitu menonjol sehingga tidak bisa ditiru oleh yang lain dan dengan demikian kita bisa mengenali suaraNya dan membedakannya dari suara lain. Tetapi Dia tidak melakukan hal itu untuk kepentingan kita. Untuk mengetahui nada spiritual suara Tuhan kita harus tahu hati dan pikiranNya, kita harus mengenal Dia. Ini merupakan hal di mana kita harus bertumbuh. Mereka yang bukan benar-benar murid, bukan pencari Tuhan yang sebenarnya, tidak akan bisa mengenali suaraNya.
Tuhan juga tidak berkata bahwa anak-anak domba mengenal suaraNya, tetapi domba-dombalah yang mengenal suaraNya. Anak-anak domba yang masih muda itu perlu mengikuti domba-domba yang sudah dewasa sampai mereka bisa mengenali suaraNya sedemikian rupa dan membedakannya dari suara yang lain.
Saya pernah membaca cerita tentang seorang pria yang duduk di sebuah bukit di Timur Tengah. Orang ini melihat tiga orang gembala yang datang dari arah berbeda, dan masing-masing membawa domba-domba mereka menuju sebuah sumber air. Pria tersebut berpikir bahwa sebentar lagi dia akan melihat kekacauan di antara domba-domba gembalaan yang bercampur baur itu. Tetapi ketiga gembala itu tampak tenang-tenang saja bahkan mereka bercakap-cakap dengan asyik. Setelah domba-domba itu minum, ketiga gembala itu berjalan ke arah yang berbeda sambil bernyanyi. Gerombolan domba itupun menjadi berantakan dan tunggang langgang, tetapi tak lama kemudian terlihat barisan domba yang mengikuti masing-masing gembalanya. Setiap domba mengenal suara gembalanya dan bisa membedakan suaranya dari suara yang lain. Mengapa? Karena mereka sudah bersama-sama dengan gembalanya begitu lama, biasa mendengar dia bernyanyi di padang rumput. Begitulah cara kita mengenal suara Tuhan dan mampu membedakannya dari suara yang lain di dalam dunia ini. Tidak ada cara lain untuk mengenali suaraNya selain bersama-sama dengan Dia.
Bagian 4
Cara utama mengenal suara Tuhan adalah dengan bersekutu dengan Dia. Tetapi beberapa prinsip yang kita pelajari dalam persekutuan pribadi kita bisa membantu orang lain juga. Tuhan berhubungan dengan umatNya dengan cara yang berbeda dan unik. Itu bukan karena Dia berubah-ubah, melainkan kita masing-masing adalah pribadi yang unik. Ini merupakan ciri dari ciptaanNya. Itulah sebabnya Dia memberikan pesan yang berbeda pada tujuh gerejaNya di dalam Kitab Wahyu. Walaupun mereka ada pada periode waktu yang sama dan pada wilayah yang sama, mereka semua unik.
Pada awal perjalanan saya dengan Tuhan, saya menangkap bahwa ada suatu wibawa ilahi yang penuh dengan hikmat, anugerah, dan ciri khas. Saya belajar mengenali hal itu, dan ketika ada suatu pesan datang tanpa disertai wibawa tersebut, saya tahu bahwa itu tidak berasal dari Tuhan. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini, dan saya rasa juga tidak bisa dijelaskan melalui suatu formula. Saya mengenali hal tersebut karena telah bersekutu dengan Tuhan bertahun-tahun. Ini sangat membantu saya.
Saya mempunyai suatu hak istimewa untuk memimpin suatu pelayanan yang dibangun berdasarkan kata-kata profetik yang tepat yang sangat membantu kami. Dan saya tidak ingin menukarkan pengalaman ini dengan apapun. Tetapi, seperti dijelaskan oleh Tuhan, di mana Dia menanam gandum di suatu tempat, si jahat pun akan ikut-ikutan menanam ilalang di tempat yang sama. Si jahat juga akan berusaha ikut terlibat dalam apa yang kita kerjakan melalui kata-kata profetik palsu. Tidak sulit bagi saya mengetahui kata-kata profetik palsu itu karena tidak ada wibawa ilahi yang saya kenali, yang merupakan ciri khas dan menunjukkan bahwa itu berasal dari Tuhan.
Salah satu contoh paling gamblang dari kata-kata yang tidak mempunyai wibawa ilahi adalah ketika beberapa orang datang kepada saya dan berkata bahwa mereka mempunyai pewahyuan atau mimpi profetik, di mana Tuhan berkata pada mereka bahwa saya akan memberi mereka sesuatu atau melakukan sesuatu yang menuntut komitmen besar di pihak saya. Saya bukannya merasakan suatu wibawa ilahi, melainkan adanya manipulasi atau tekanan atas kata-kata tersebut. Karena itu saya menolak mereka, dan hal itu menyingkapkan roh yang ada di baliknya.
Tuhan juga pernah memberitahu saya bahwa ada seseorang yang akan memberi saya sesuatu yang khusus, dan itu memang terjadi. Tetapi, saya tidak akan pernah berkata pada orang tersebut tentang pewahyuan ini sebelum tergenapi karena hal itu akan menjadi manipulatif dan tidak akan menunjukkan adanya wibawa ilahi yang saya harapkan. Manipulasi merupakan suatu aspek sihir dan merupakan otoritas spiritual palsu. Saya tidak ingin menerima sesuatu melalui cara tersebut.
Jangan pernah menyerah untuk melakukan sesuatu yang merupakan tekanan, dan jangan pernah memberi tekanan seperti itu kepada orang lain. Ini merupakan penyimpangan dasar dari jalan kebenaran dan apapun yang kita peroleh dengan cara ini akan menjadi batu sandungan.
Untuk menjaga keseimbangan, kita juga perlu mengerti bahwa banyak dari kehendak Tuhan dinyatakan melalui bejana yang kita anggap tidak berkelas. Kita harus ingat bahwa Tuhan Yesus tidak datang dalam suatu bentuk yang terhormat, tetapi wibawa yang Dia tunjukkan melebihi tingkatan yang dimiliki oleh raja-raja di dunia. Ini bukanlah soal penampilan. Banyak dari nabi-nabi besar yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan luar biasa merupakan orang-orang yang paling aneh. Tetapi Firman yang mereka sampaikan mempunyai bobot dan wibawa ilahi.
Orang lain mungkin terbiasa dengan karakteristik lain dari suara Tuhan, misalnya kasih atau otoritasNya, atau panggilan dan karunia apapun yang akan membuat mereka sensitif. Karena itu rasul Paulus tidak berkata “Aku memiliki pikiran Kristus”, melainkan “Kami memiliki pikiran Kristus” (1 Kor 2:16). Tuhan telah membangun TubuhNya sedemikian rupa sehingga kita membutuhkan satu sama lain. Kita hanyalah “melihat sebagian” dan “tahu sebagian” (1 Kor 13:9), sehingga untuk mendapat gambar yang utuh kita perlu meletakkan bagian kita bersama-sama dengan bagian orang lain.
Fakta bahwa kita tidak bisa tahu atau melihat semuanya bisa membuat takut orang yang tidak “secure”. Tetapi ada lebih banyak doktrin dan prinsip yang diajarkan berdasarkan rasa tidak aman ini dibandingkan dengan yang didasarkan pada kebenaran. Rasa aman yang sebenarnya ada di dalam Tuhan, bukan dalam diri kita, juga bukan dalam kemampuan kita untuk melihat Dia atau mengenali suaraNya. Bahkan rasul besar Pauluspun mengakui bahwa dia “dicobai setan”. Saya rasa kitapun bisa mengalami hal yang sama. Kerendahan hati untuk bergantung kepada Tuhan dan kebutuhan akan orang lain ini bersifat terus menerus. Karena kita tahu bahwa Tuhan memberi anugerah pada mereka yang rendah hati, seharusnya kita juga terus ada pada posisi ini.
Kita juga perlu belajar dari orang lain cara mereka mengenali suara Tuhan, sehingga kita pun menjadi semakin sensitif. Mungkin lebih mudah kalau kita memiliki sebuah daftar prinsip-prinsip untuk mengenali suara Tuhan, tetapi itu akan membuat kita tidak terlalu bersungguh-sungguh mengejar Tuhan. Nilai dari satu kata yang berasal dari Tuhan tidak bisa diukur dengan ukuran manusia. Sesuatu yang bernilai tinggi biasanya karena tidak mudah didapat atau jarang ada. Firman Tuhan tidak bisa dibeli karena lebih berharga dari apapun yang bisa kita bayar, dan itu telah dibayar dengan komoditas paling berharga dari seluruh ciptaan – yaitu darah Anak Allah. Karena itu Firman itu dijanjikan pada mereka yang benar-benar mencintai dan mencarinya.
Mereka yang benar-benar mencari, melakukannya karena mereka mencintai kebenaran. Rasul Paulus memuji jemaat Galatia yang menerima dia seperti malaikat atau utusan Tuhan walaupun dagingnya merupakan cobaan bagi mereka. Kita tidak tahu mengapa dagingnya merupakan cobaan bagi mereka, tetapi jemaat Galatia bisa melihat dan menerima si utusan di balik daging yang merupakan cobaan itu. Kadang-kadang kitapun perlu bersikap demikian. Di dalam Alkitab ada beberapa kasus di mana beberapa nabi bertindak salah. Tetapi pesan yang mereka bawa tetap merupakan kebenaran. Karena itu kita membicarakan hal ini sebagai suatu prinsip, bukan hukum. Selalu ada pengecualian di dalam prinsip.
Ada pribadi-pribadi di dalam Alkitab yang memiliki karakter buruk, tetapi mereka benar-benar nabi, misalnya Balam atau Yunus. Beberapa pahlawan di kitab Hakim-hakim memiliki karakter yang diragukan bahkan buruk. Jika kita tidak bisa menerima bejana yang dipakai oleh Tuhan, mungkin sebaiknya kita bertanya kepada Tuhan mengapa Dia tidak memakai kita saja. Di sepanjang sejarah Alkitab kita melihat bahwa FirmanNya seringkali dibawa oleh pribadi-pribadi yang sedemikian rupa sehingga apabila umat Tuhan benar-benar ingin menerima pesan Tuhan, mereka harus bisa mengesampingkan bungkusnya. Di dalam pesan Tuhan memang ada wibawa, kelas, anugerah dan hikmat yang bisa kita tangkap karena memang demikianlah karakter Tuhan. Karena itu hal paling penting yang bisa kita lakukan untuk mengenal suaraNya adalah mengenal Dia.
Bagian - 5
Kita mengerti bahwa ada kebutuhan yang semakin besar untuk mengenal suara Tuhan, dan pelayanan profetik yang bisa dipercaya dan otentik akan mendapat tempat dan bisa diterima pada hari-hari ini. Kisah Rasul 2:17-18 berasal dari Yoel 2: Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.
Di atas disebutkan bahwa pada hari-hari terakhir Tuhan akan mencurahkan RohNya, dan hasilnya adalah penglihatan, mimpi, dan nubuatan. Ini jelas merupakan salah satu dari tanda–tanda utama di akhir jaman. Tetapi itu bukan sekedar tanda. Hal itu terjadi pada hari-hari akhir karena kita memang membutuhkan pimpinan Tuhan lebih kuat lagi pada hari-hari ini. Itulah yang menjadi tujuan dari pewahyuan profetik.
Untuk itu kita telah belajar selama bertahun-tahun mengenal lebih baik suara Tuhan, juga untuk mengerti mimpi dan penglihatan. Kami telah membantu banyak orang tumbuh dalam karunia-karunia profetik mereka, dan mereka pun telah membantu orang lain bertumbuh. Karunia-karunia ini sangat penting dalam pelayanan kami. Walaupun kami telah dikenal dalam bidang ini dan banyak orang terus berdatangan untuk mengerti karunia profetik mereka ataupun menerima pimpinan profetik, kami merasa bahwa perjalanan pelayanan kami masih jauh untuk bisa dikatakan dewasa. Kami terus belajar dan kami tidak akan pernah sampai di tempat di mana kami tidak perlu belajar lagi. Itulah sebabnya ada sekolah nabi di jaman Perjanjian Lama.
1 Korintus 13 berkata bahwa kita hanya tahu sebagian, melihat sebagian, dan bernubuat sebagian. Itu berarti bahwa tidak seorang pun mempunyai gambar yang lengkap, dan kalau kita ingin melihat gambar yang utuh, kita perlu meletakkan bagian kita bersama-sama dengan orang lain yang juga melihat sebagian. Kita saling membutuhkan. Tuhan telah membangun TubuhNya sedemikian rupa sehingga kita saling membutuhkan. Semakin kita mampu berhubungan dengan pihak lain, semakin kuat kedudukan kita.
Saya tahu beberapa gerakan besar yang tumbuh dalam pelayanan profetik dan karunia. Setiap gerakan itu berbeda dengan kami, tetapi saya melihatnya sebagai sesuatu yang baik. Mereka telah dipakai Tuhan untuk berbicara dan memberi kami pewahyuan profetik yang sangat berharga bagi pelayanan kami. Gaya mereka tidak sama, bahkan cara mereka mendengar suara Tuhan pun tidak sama, tetapi yang mereka katakan tetap firman Tuhan. Kita mungkin lebih tertarik pada mereka yang mempunyai karunia penglihatan – para pelihat. Orang lain akan lebih suka mendengar Firman dari Tuhan, karena lebih seperti telinga. Kami juga mendengar, tetapi lebih sering melihat. Demikian juga mereka seperti kita, tetapi mereka cenderung lebih mendengar.
Jika mereka yang mempunyai karunia untuk lebih peka mendengar ada di sekitar kami, saya rasa kamipun akan tertular untuk bisa lebih peka mendengar, dan mungkin merekapun juga akan lebih melihat. Kita perlu mengembangkan karunia-karunia itu dengan cara seperti itu. Kita pun harus memiliki rasa aman yang cukup besar untuk mengenal siapa diri kita di dalam Kristus, sehingga bisa menerima perbedaan dan saling menghargai.
Tuhan mengumpamakan kita seperti domba dengan satu alasan – karena dalam banyak hal kita memang seperti domba. Satu karakteristik dari domba adalah jika suatu kawanan domba tidak bercampur dan berkelamin dengan domba dari kawanan lainnya, maka generasi kawanan itu akan menjadi semakin lemah. Ini terjadi pada gerakan-gerakan dan denominasi-denominasi besar yang tidak mau berbaur dengan bagian dari Tubuh Kristus lainnya.
Saya merasa mempunyai pengaruh untuk merestorasi gerakan profetik di gereja, dan karena itu ingin bekerjasama dengan mereka yang juga mempunyai panggilan ini. Tetapi saya juga sadar bahwa jika semua pelayanan profetik berkumpul bersama dan tidak berbaur dengan bagian lain dari Tubuh Kristus, itu tidak akan sehat. Ketika saya diutus untuk membantu memulihkan pelayanan profetik dalam gereja untuk menghadapi hari-hari akhir ini, Tuhan menyatakan bahwa jika para nabi dan guru mau belajar menyembah Tuhan bersama-sama seperti di Antiokhia, maka Dia akan melepaskan pelayanan Apostolik yang sebenarnya di dalam gereja. Oleh karena itu saya berusaha untuk membawa pelayanan kami menjadi suatu pelayanan pengajaran yang kuat .
Saya juga telah berusaha terhubung dengan gerakan “apologetics” yang telah menghasilkan pengajar-pengajar besar. Saya sadar bahwa beberapa serangan hebat terhadap apa yang kami lakukan berasal dari kubu ini dan mereka hampir seluruhnya bersikap skeptis terhadap apa yang kami lakukan. Dan saya pun mendapat banyak kesulitan dari beberapa hal yang mereka ajarkan, bahkan saya berpikir bahwa mungkin ada guru-guru palsu di pihak mereka. Ilalang selalu ada di tempat Tuhan menabur benih, tetapi secara keseluruhan saya rasa justru kubu inilah yang akan membantu tumbuhnya pelayanan profetik yang benar. Jika orang-orang profetik akan dipercaya dengan pewahyuan yang dibutuhkan untuk hari-hari yang akan datang, kita harus mempunyai doktrin yang kuat dan sehat, dan mencintai Firman Tuhan yang tertulis lebih dalam lagi. Ada rasa percaya yang sedang tumbuh di antara kubu-kubu ini. Itu berasal dari Tuhan. Tetapi seandainya mereka terus tidak bisa mengerti kami, kami membutuhkan apa yang mereka miliki. Kita perlu rendah hati untuk mendapatkannya, dan cukup kuat sehingga tidak membuat kompromi.
Bagian - 6
Setelah kejatuhan manusia, Alkitab menyebutkan bahwa orang pertama yang berjalan bersama Tuhan adalah Henokh. Dalam Kitab Yudas dikatakan bahwa Henokh bernubuat. Bisa dikatakan bahwa orang yang berjalan bersama Tuhan biasanya bernubuat. Ini tidak berarti bahwa dia menyatakan hal-hal yang akan terjadi, tetapi dia berbicara untuk Tuhan. Tetapi banyak orang tidak sadar bahwa mereka dipakai Tuhan seperti itu. Saya tidak berkata bahwa bernubuat itu paling penting, tetapi dengan menyadari hal tersebut kita akan bisa dipakai lebih lagi.
Untuk bisa menjadi peka tentang kapan Tuhan berbicara, baik kepada kita atau melalui kita, kita bukan hanya perlu mendengar Firman Tuhan, tetapi harus mendengar Firman itu Sendiri. Tuhan berkata dalam Yohanes 10 bahwa domba-dombaNya mengenal suaraNya dan mereka mengikuti Dia karena mereka mengenal suaraNya, bukan hanya FirmanNya. Kita mengenal suaraNya karena mengenal Dia dan bersekutu dengan Dia. Kita perlu sering diingatkan tentang hal ini karena tanpa mengenal Dia, kita tidak akan mendapat keuntungan apapun.
Mengenal suara Tuhan akan menjadi suatu pengetahuan paling berharga pada waktu yang akan datang. Mereka yang mengenal suara Tuhan akan menjadi orang yang paling dicari dan mereka akan menjadi para pemimpin gereja pada akhir jaman ini. Pemimpin yang paling besar adalah mereka yang mengikut Tuhan dari dekat, dan seperti yang Dia katakan, mereka adalah orang-orang yang mengenal suaraNya.
Wahyu 3:20 berkata, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Ayat ini berkata bahwa Tuhan sedang berdiri di luar pintu gerejaNya, mengetuk kalau-kalau ada yang membukakan pintu bagiNya. Ini merupakan pewahyuan yang luar biasa – karena Tuhan tetap berada di luar gerejaNya kecuali Dia diundang masuk! Seperti kita baca dari kitab Wahyu juga, bukan orang yang mendengar ketukanNya yang mempersilahkan Dia masuk, melainkan yang mendengar suaraNya. Pada jaman sekarang ini, Yesus tidak akan masuk jika Dia tidak diinginkan. Dia harus kita undang masuk ke dalam gereja kita, rumah kita, bisnis kita, dan hidup kita!
Dia harus kita undang masuk negara kita. Amerika adalah negara yang lahir dengan para pemimpin yang bukan hanya mengundang Dia, melainkan juga secara berulangkali menyatakan bahwa tidak akan ada demokrasi yang bertahan lama tanpa rasa takut kepada Tuhan dan rasa hormat pada FirmanNya. Banyak buku sejarah kita telah direvisi sedemikian rupa sehingga memberi kesan bahwa para pemimpin kita adalah orang-orang yang tidak kenal Tuhan atau orang-orang universalis. Tetapi itu semua tidak tercermin dari tulisan-tulisan dan pemikiran mereka. Tetapi, lebih dari setengah abad terakhir ini Amerika pada dasarnya telah minta agar Tuhan meninggalkan negeri ini – bahkan berusaha untuk menghilangkan segala hal yang mengingatkan anugerahNya pada sejarah dan menghindarkan penyebutan NamaNya di tempat-tempat umum. Kebanyakan hal ini dilakukan oleh beberapa kelompok kecil saja, sedangkan penduduk mayoritas yang mengaku sebagai orang Kristen, diam saja. Akibat dari kepergianNya semakin nyata setiap hari. Perintah Agung yang diberikan adalah untuk menjadikan bangsa-bangsa, bukan hanya individu-individu sebagai murid-muridNya, bukan sekedar petobat. Apakah kita akan membiarkan salah satu bangsa muridNya yang besar itu jatuh tanpa melakukan apapun?
Tentu saja kemunduran yang terjadi pada bangsa ini merupakan akibat dari gereja yang telah menjadi suam. Kesuaman merupakan kondisi paling buruk yang bisa dialami seorang percaya atau suatu gereja, karena kesuaman adalah sikap tidakperduli, dan itu merupakan suatu penghinaan yang terjadi dalam suatu hubungan. Tuhan sendiri berkata bahwa lebih baik bila gereja dingin atau panas daripada suam, karena jika mereka suam Tuhan akan memuntahkan mereka keluar (Wahyu3:14-16). Mereka jatuh dalam kondisi suam karena mereka mengalami terlalu banyak berkat alami. Apakah itu juga terjadi pada kita?
Sepanjang sejarah gereja, suara-suara profetiklah yang seringkali terdengar berbicara bagi Tuhan dan membangkitkan umatNya atau menegur mereka dari jalan yang jahat. Dunia sedang menantikan suara-suara seperti itu hari-hari ini.
Maukah engkau menjadi salah satu suara itu?
Suatu kebangunan sedang terjadi di gereja-gereja Amerika. Orang-orang Kristen yang mengambil keputusan untuk bergabung dengan orang lain untuk melakukan suatu tindakan nyata semakin bertambah besar jumlahnya. Pesta-pesta minum teh sekarang ini semakin besar dibandingkan dengan pesta-pesta demokrat ataupun republik. Dan itu kebanyakan dipimpin oleh para pemimpin Kristen.
Bagian-7
Efesus 4:11-13 berkata, 'Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus'. Apakah ada gereja yang sudah mencapai kedewasaan penuh di dalam Kristus? Jelas belum ada. Tetapi itu harus menjadi tujuan kita. Ayat di atas berkata bahwa kelima jawatan tersebut diberikan kepada gereja sampai tujuan itu tercapai. Oleh karena itu kita bisa melihat bahwa kelima jawatan itu akan berfungsi pada akhir jaman ini ketika gereja, yaitu mempelai Kristus, mencapai kedewasaan penuh.
Banyak gereja mengenali kelima pelayanan ini, dan jumlahnya semakin bertambah. Mereka yang berhak menyandang kelima jawatan ini bisa berargumentasi secara terbuka, tetapi mereka harus eksis dan berfungsi bersama-sama sehingga gereja benar-benar diperlengkapi dan mencapai pertumbuhan sebagaimana panggilannya.
Kita lihat bahwa di dalam Perjanjian Baru pelayanan gembala hanya disebutkan dalam ayat di atas, tanpa disertai definisi apapun, namun justru pelayanan inilah yang mendominasi gereja pada saat ini. Mengapa bisa demikian? Apakah memang seharusnya seperti itu? Alkitab tidak menunjukkan hal tersebut, bahkan di ayat tersebut di atas justru pelayanan gembala seharusnya merupakan suatu pelayanan tim dengan pelayanan-pelayanan lain yang diberikan kepada gereja. Sebenarnya pelayanan gembala seharusnya lebih dari sekedar yang ada saat ini – bukan kurang, melainkan berbeda.
Kebanyakan para gembala merupakan salah satu dari pelayanan memperlengkapi yang disebutkan di atas. Tetapi karena pelayanan gembala merupakan satu-satunya pelayanan yang didukung oleh kebanyakan gereja, maka itu merupakan suatu jabatan yang harus dimiliki jika ingin bergerak dalam pelayanan. Ini perlu berubah dan akan berubah. Semua pelayanan akan naik ke suatu tingkat efektivitas yang lebih tinggi jika mereka bisa melakukan spesialisasi, dan tidak melakukan apa yang bukan menjadi panggilannya.
Dalam Perjanjian Lama, para nabi seringkali berdiri sendiri, walaupun mereka mempunyai murid-murid. Pada ayat di atas kita membaca bahwa nabi merupakan salah seorang dari tim pelayanan dan fungsi mereka bukan hanya menyatakan isi hati Tuhan, melainkan juga memperlengkapi orang-orang kudus, sama seperti jawatan-jawatan lainnya. Jadi, bagaimana cara nabi memperlengkapi orang-orang kudus? Seperti telah kita baca dalam Yohanes 10, semua umat Tuhan seharusnya mengenali suara Tuhan. Para nabi dipanggil untuk membantu memperlengkapi umat Tuhan agar dapat mengenali suaraNya.
Di sinilah kita harus mulai sekarang – bukan hanya tahu apa yang telah dikatakan oleh Tuhan, tetapi juga tahu apa yang sedang Dia katakan. Matius 4:4 berkata, 'Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."' Di dalam Alkitab berbahasa Inggris, kata “keluar” disebutkan dalam bentuk present tense, bukan past tense. NamaNya bukanlah “I was” atau “I will be”, melainkan “I am”. Jika kita tidak mengenal Dia saat ini, kita tidak benar-benar mengenal Dia. Dia bukan lagi Yesus dari Nazaret, tetapi Tuhan yang telah bangkit dan bertahta di atas segala tahta. Memang penting untuk mengetahui tentang hidupNya ketika ada di bumi dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita, tetapi hubungan kita dengan Dia harus merupakan hubungan masa kini. Oleh karena itu Alkitab tidak pernah dimaksudkan sebagai pengganti dari nubuatan atau kemampuanNya untuk berbicara kepada umatNya pada saat ini.
Kita akan belajar lebih dalam tentang dasar-dasar bahasa spiritual dengan cara yang membuat kita lebih mengerti seberapa banyak Tuhan telah berbicara kepada kita tetapi kita tidak menyadarinya, sehingga hubungan kita dengan Dia bisa semakin mantap. Kualitas suatu hubungan ditentukan oleh kualitas komunikasi, dan tentu saja kualitas pengertian di antara kita. Karena itu kualitas hubungan kita dengan Tuhan akan didasarkan pada komunikasi di antara kita.
Kalau engkau diajar bahwa Tuhan tidak lagi berbicara kepada kita melalui nubuatan atau cara lain, coba renungkan hal ini: Hubungan macam apa yang terjadi ketika pada hari pernikahan mempelai pria memberi mempelai wanita sebuah buku yang telah dia tulis sehingga dia tidak perlu lagi berbicara kepadanya? Kita tidak ingin mengecilkan arti Alkitab, dan kita mengakui bahwa Alkitab telah diberikan kepada kita untuk membangun suatu doktrin, tetapi itu bukanlah dipakai untuk menggantikan hubungan yang hidup dengan Tuhan - semua hubungan dibangun berdasarkan komunikasi. Nubuatan pun tidak dimaksudkan sebagai pengganti Alkitab. Kita perlu keduanya, karena itulah Dia memberi keduanya. Jika kita hanya memiliki salah satu, maka kita seperti orang yang timpang.
Bagian-8
Kalau kita membaca kisah-kisah dalam Alkitab, Tuhan seringkali berbicara bukan dengan bahasa manusia, melainkan dengan bahasa spiritual, yaitu melalui penglihatan, mimpi, dan simbolisme. Mengapa? Karena bahasaNya lebih dari sekedar menyatakan suatu konsep – bahasaNya berbicara kepada hati dan jiwa, bukan hanya pikiran. Itu dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 6:63, ‘Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup’. Bagi pelayanan profetik, mengerti karakteristik dan tujuan suatu pesan merupakan hal yang dasar. Dalam bahasa manusia, kata-kata bisa lebih dari sekedar apa yang dinyatakan.
Misalnya dalam Galatia 4 disebutkan bahwa Sarah dan Hagar mewakili dua Perjanjian, yaitu Lama dan Baru. Mereka adalah tokoh penting dalam Alkitab, tetapi siapa yang mengira bahwa perjalanan hidup mereka bisa begitu punya arti? Tetapi kita harus melihat hal ini agar mengerti tujuan dari kisah mereka dalam Alkitab. Tuhan bukan hanya memberikan suatu pertunjukan tentang kisah hidup mereka, melainkan berusaha untuk menyampaikan suatu pesan. Jika kehidupan kedua wanita ini bisa memberikan arti yang begitu luas, bukankah kita harus juga belajar tentang hal-hal lain dalam Alkitab yang mempunyai arti lebih dalam dari yang kita perkirakan sebelumnya?
Orang berkata bahwa “sebuah lukisan bisa berbicara lebih dari ribuan kata”. Jon Amos Comenius adalah orang pertama yang memakai ilustrasi dalam buku untuk tujuan ini. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa Tuhan memakai begitu banyak gambaran dalam bahasaNya – bahasa Spiritual. Karena itu kita melihat Dia memakai banyak simbolisme dalam tabernakel Musa untuk menyatakan kebenaran spiritual tentang sifat gereja – yaitu tempat kediamanNya. Kita melihat bahwa pakaian para imam mengandung simbolesme luar biasa yang menubuatkan tentang Yesus – Imam Besar Tuhan yang sebenarnya. Ketika engkau mulai mengerti bahasa Spiritual, Alkitab akan menjadi terbuka dengan jelas dan pernyataan Yesus pun akan kita mengerti ketika Dia berkata dalam Matius 11:13, ‘Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes’. Hukum Musa penuh dengan nubuatan tentang Mesias yang akan datang, yaitu Yesus, bahkan tentang gereja dan jaman gereja, dan semuanya telah digenapi dengan ketepatan yang luar biasa. Kebanyakan dari nubuatan ini tidak dalam bentuk kata-kata hukum, melainkan dalam simbolisme tentang tempat kediaman Tuhan, yaitu tabernakel dan ritualnya. Ada alasan tertentu mengapa Tuhan memberikan kepada Musa semua hal secara mendetil sampai kepada ukuran dan benda-benda apa yang ada di dalam tabernakel. Itu semua adalah nubuatan.
Bahkan ada lapisan pewahyuan yang lebih dalam di dalam Firman yang tertulis. Ketika kita memperhatikan nama-nama orang atau tempat di mana terjadi suatu kejadian, sangat mengherankan bahwa hal-hal itupun merupakan bagian dari pesan Tuhan. Misalnya, jika kita mengerti nama anak-anak Yakub, yang merupakan bapa dari keduabelas suku Israel, kemudian menghubungkannya dengan urutan kelahiran mereka, dan nubuatan yang diberikan pada mereka oleh Yakub dan Musa, maka kita akan melihat suatu garis besar sejarah gereja yang akurat dan luar biasa. Dalam 1 Korintus 10 ditulis bahwa segala sesuatu yang ditulis tentang Israel adalah untuk keperluan kita yang saat ini sedang menghadapi akhir jaman. Untuk mengerti hal ini dan tujuan Tuhan yang sempurna di jaman ini, kita perlu mengerti Israel spiritual maupun natural.
1 Korintus 2:10 mengatakan, ‘Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah’. Tidak seorang pun yang benar-benar dipimpin oleh Roh akan menjadi orang yang dangkal, dan yang paling penting adalah bahwa kita perlu memiliki hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Tujuan kita bukanlah hanya mendengarkan firrman Tuhan, melainkan mendengar Firman Itu Sendiri. Diperlukan lebih dari pengenalan kita akan Dia, karena Dia menghendaki hubungan dengan kita.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo


LEA-008 Terhubung menjadi Mudah

LEA-008 TERHUBUNG MENJADI MUDAH----Home-----Artikel
William Henry Harrison memberi sambutan inagurasi terpanjang sebagai Presiden Amerika Serikat. Dia membutuhkan waktu dua jam dengan untuk membacakan 8.445 kata pidatonya. Meskipun pidatonya disampaikan di ruang terbuka di hari yang dingin dan hujan, Presiden dengan keras-kepala menolak untuk memakai mantel maupun topi. Akibatnya, dia masuk angin dan meningkat menjadi pneumonia, dan akhirnya meninggal satu bulan kemudian. Pelajaran kepemimpinan: harga yang dibayar untuk kesederhanaan.
Dua Mitos tentang Kesederhanaan (Simplicity)
Mitos #1 Kesederhanaan itu Kurang Mendalam
Beberapa tahun yang lalu saya sedang diwawancara untuk talk-show televisi. ‘John,’ kata pembawa acara, ‘Saya telah membaca beberapa buku Anda, dan ternyata semuanya sederhana.’ Nada ejekannya jelas terdengar oleh pendengar, dan bagi saya, komentar itu tidak dimaksudkan sebagai pujian.
Saya menanggapi scara langsung, ‘Memang benar. Prinsip-prinsip di buku-buku saya itu sederhana untuk dipahami, tetapi tidak selalu gampang untuk diterapkan.’ Pendengar bersorak, dan pembawa acara mengakui apa yang saya katakan itu benar.
Kita sering menganggap kesederhanaan itu berarti kurang mendalam atau kurangnya kecerdasan. Sebaliknya, kita menganggap cerdas seseorang yang bisa berkomunikasi dengan memakai kata-kata besar atau konsep-konsep yang sulit untuk dimengerti. Entah bagaimana, setiap orang yang berbicara dengan padat dan bergaya akademis kita anggap sebagai orang cerdas.
Masalah yang kita hadapi dalam kehidupan itu kompleks, dengan jenis-jenis keruwetannya. Meskipun begitu, sebagai para pemimpin dan komunikator, tugas kita itu memberi kejelasan pokok bahasan, dengan mengurangi, dan bukan menambah, kerumitannya. Ukuran keberhasilan seorang guru itu bukanlah apa yang dia ketahui, tetapi apa yang para murid bisa ketahui. Kederhanaan itu ketrampilan, dan ini sesuatu yang diperlukan jika kita ingin terhubung dengan orang lain saat berkomunikasi.
Mitos #2 Kederhanaan itu Mudah
Saat kita menghadapi sesuatu yang sederhana, kita menganggap pasti ada sesuatu yang telah dibuang atau tidak sepenuhnya dipikirkan. Bagi kami, kesederhaan itu berarti mengambil jalan pintas dan menghindari kerumitan realitas hidup. Meskipun begitu, didalam masyarakat yang walaupun kebanjiran informasi, kederhanaan itu tidak sulit untuk diperoleh. Dan kesederhaan itu penting.
Mungkin tidak seorang pun bisa memahami tentang kederhanaan yang lebih baik dari pemahaman kesederhaan yang dimiliki oleh Apple, Inc. Perusahaan-perusahaan pada mulanya berusaha untuk menjadikan komputer mudah dipakai. Apple melakukan lompatan-kataknya dengan merintis peralatan yang bisa menyerderhanakan cara masuknya, menyimpan dan membagi informasi.
Menanggapi sikap yang merendahkan keberhasilannya dalam memberikan kesederhanaan, CEO Apple Steve Jacobs membuktikan bagaimana kesulitan yang dia telah lakukan untuk menghasilkan kesederhaan itu.
Jika kita membaca brosur pertama Apple, judulnya ialah ‘Kederhanaan itu Kecanggihan Utama.’ Apa yang dimaksudkan ialah jika kita mula-mula menghadapi suatu masalah itu sepertinya sederhana karena kita kurang atau tidak memahaminya. Kemudian saat kita mulai benar-benar memahami permasalahannya, kita akan sampai ke pemecahan yang sangat rumit karena permasalhannya benar-benar ‘seperti rambut’. Sampai di sini, kebanyakan orang menyerah. Tetapi hanya sedikit orang yang tetap ‘terbakar’ sampai akhirnya memahami prinsip-prinsip yang mengatur permasalahannya, dan bisa keluar dengan elegant, dengan membawa pemecahan yang sederhana. Tetapi sangat sedikit orang yang sanggup berjalan sampai ke tempat itu.
Usaha awal seorang pemimpin ialah menyelesaikan suatu masalah yang muncul dengan membawa sejumlah pertanyaan sehingga membuat masalahnya kelihatan lebih besar dari saat muncul pertama kalinya. Meskipun begitu, sebagai pemimpin, akan dengan gigih melewati kerumitan dan serbuan penyelesaian yang mungkin, sampai mereka mendapatkan satu kesimpulan sederhana. Begitu mereka memiliki pemecahannya, dan bisa menyatakannya dengan sederhana, pemimpin itu ada di posisi untuk terhubung dengan pelanggannya.
Ringkasan
Sepertinya kontra-intuitif, tetapi jika kita ingin mengambil komunikasi ke level yang lebih tinggi, jangan mencoba mempesona orang dengan intelek kita, atau menyergapnya dengan kecanggihan informasi yang kita miliki. Beri mereka kejelasan dan kederhanaan. Kalau ini kita lakukan orang akan menghubungkan diri dengan kita, dan mereka ingin mengundang kita untuk berkomunikasi kembali dengan mereka.
Juga, jangan mengharapkan kederhanaan akan datang dengan mudah. Pada mulanya, usaha-usaha kita untuk memperoleh kejelasan agaknya seperti ledakan yang terjadi sebelumnya waktunya. Namun, terus maju dan tetap fokus. Akhirnya, kita akan bisa mengurangi masalah sebesar yang bisa kita tangani. Dan kita akanmenyingkapkan prinsip-prinsip dengan sederhana, yang akan membantu kita untuk terhubung dengan mereka yang kita layani.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Connectors Keep It Simple oleh John Maxwell

LEA-007 Mengapa Seorang Pemimpin bisa hilang hubungan dengan yang dipimpin

LEA-007 MENGAPA SEORANG PEMIMPIN BISA HILANG HUBUNGAN DENGAN YANG DIPIMPIN----Home-----Artikel
Tehnologi tanpa kabel telah mengubah cara kita berkomunikasi. Hari-hari belakangan ini, telpon membayar (di Amerika) praktisnya sudah tidak ada lagi, dan jaringan di tanah sepertinya sudah kuno. Sepertinya sulit untuk mengingat bagaimana kita hidup sebelum munculnya telpon-telpon mobile atau hand-phone (HP).
Meskipun begitu, sebagus apa HP yang ada, kita masih terganggu dengan adanya hubungan yang terputus. Dari waktu ke waktu, kita sering terputus di tengah-tengah percakapan atau percakapan yang telah dilakukan tanpa arti karena pembicaraan mendadak putus karena hilangnya signal. Hilangnya hubungan bisa menjengkelkan, khususnya saat terjadi pembicaraan yang penting.
Para pemimpin, seperti pemakai HP, kadang-kadang mengalami frustrasi karena hilangnya koneksi dengan mereka yang ada di sekitar kita. Ada saatnya, semua orang yang sedang terhubung dengan kita mendadak putus-hubungan. Mereka tidak menangkap pesan yang disampaikan. Mereka tidak responsif. Dan, tidak peduli seberapa keras kita berteriak, mereka tetap tidak bisa mendengarkan. Bagaimana menjelaskan kepada para pemimpin yang kehilangan hubungan dengan orang-orang di teamnya? Mari kita perhatikan beberapa kasus, dengan tetap memakai analogi HP.
Terowongan
Saat perjalanan melalui terowongan, saat perjalanan ada jalan bawah tanah, kita seringkali kehilangan koneksi saat sedang mengadakan percakapan dengan HP. Ketebalan dinding yang ada mencegah menerima signal. Sebelum keluar terowongan kita tidak mampu berkomunikasi dengan baik.
Sebagai pemimpin kita akan melewati terowongan saat kita secara eksklusif berfokus pada diri-sendiri. Berfokus pada diri-sendiri akan menjebak kita di dalam dinding-dinding perspektif sendiri, dan mengisolasi diri dari dunia luar. Kita menjadi buta akan kebutuhan-kebutuhan mereka yang ada di sekitar kita dan sebagai akibatnya kita gagal bisa berhubungan dengan mereka. Hanya setelah kita bergerak keluar dari fokus-pada kepentingan sendiri kita akan mampu menambah kesadaran akan orang-orang yang ada di sekitar kita, dan bisa berinteraksi dengan benar.
Semua Jaringan Sibuk
Jaringan HP punya keterbatasan kapasitas. Dengan banyaknya panggilan yang terjadi di suatu area padat bisa menghabiskan semua jaringan yang tersedia. Saat semua jaringan sibuk, kita terhalang untuk bisa menghubungi seseorang yang kita ingin telpon.
Kita bisa meng’overload’ dan membebani seseorang dengan informasi yang kita tumpahkan. Bagi seorang pemimpin, tantangan utama komunikasinya ialah untuk menyederhanakan pesan sedemkian rupa sehingga jelas dan bisa dan mudah diingat. Jika saatnya tiba untuk berhubungan dengan orang lain, semakin sedikit informasi yang diberikan akan semakin bisa memberikan hasil yang banyak. Jika kita mencoba untuk berkata-kata terlalu banyak, kata-kata kita menjadi hampa, hanya terdengar dengungan tetapi tidak punya arti. Jika kita mempersempit pesan kita, kita bisa memberi kekuatan yang lebih besar, dan kita akan mengijinkan orang lain dengan jalurnya yang terbatas bisa menangkap apa yang paling penting dari pesan kita.
Lingkup Area Terbatas
Kalau kita perhatikan daerah lingkup beberapa penyedia jasa HP, kita bisa melihat adanya daerah-daerah yang kosong. Bahkan jaringan tanpa kabel yang kuat sekalipun memiliki area yang tidak ada layanannya. Mereka yang ada di luar lingkup jaringan pelayanan tidak akan bisa dihubungi dan tidak bisa menghubungi dengan HP-nya.
Setiap organisasi punya jaringan komunikasi untuk mendistribusikan informasi penting. Sayangnya, para pemimpin kadang-kadang gagal melihat ruang-kosong yang ada di jaringannya. Jika ini terjadi, orang akan bekerja di wilayah yang kosong. Mereka keluar jalur, tetap ada di kegelapan saat mengambil keputusan penting, dan terhambat dalam menerima informasi penting yang bisa meningkatkan kerja mereka. Kurangnya lingkup menyebabkan frustrasi dan terhambatnya koordinasi antara team dan departemen yang ada.
Penghalang
Jika posisi kita dan menara HP terdekat terhalang oleh perbukitan atau pegunungan atau gedung bertingkat akan menghalangi untuk mengirim atau menerima panggilan. Penghalang itu begitu padat untuk bisa ditembus oleh signal. Tentunya, demikian juga bagi orang yang kita coba hubungi. Walaupun tempat di sekitar kita sendiri bebas dari penghalang, penerimaan mereka akan terganggu.
Konflik yang tidak diselesaikan dengan benar akan menjadi penghalang yang tidak bisa tertembus, menghalangi komunikasi antara dua orang. Penghalang ini tetap ada sampai kita mau membawa masalah yang telah memisahkan kita itu ke tempat yang terbuka dan menyelesaikannya bersama-sama. Kita harus belajar mengutarakan pikiran-pikiran kita dengan leluasa, dan bisa menerima perbedaan yang ada dengan tetap saling menghormati. Dengan mau melakukan ini kita akan menghilangkan kemarahan dan menjaga jalur komunikasi hubungan tetap terbuka.
Keterbatasan Umur Batere
Jika Anda seperti saya, kadang-kadang akan lupa men’charge’ HP. Untungnya HP kita akan memberi tanda peringatan bahwa baterenya sudah perlu diisi kembali. Meskipun begitu, jika kita mengabaikan peringatan yang diberikan, kita bisa tiba-tiba putus hubungan karena HP-nya mati. Sebelum kita mengisi-ulang baterenya, HP tidak akan berfungsi.
Setiap orang kadang-kadang akan mengalami keletihan. Biasanya kita akan menyadari tanda-tanda peringatan akan datangnya kecapaian: mudah tersinggung, bergejolaknya emosi, dan meningkatnya stress. Saat kita tidak peduli akan peringatan-peringatan yang muncul, kita tidak bisa menyeimbangkan kemampuan kita untuk terhubung secara wajar. Sebelum kita beristirahat dan ‘batere’ kita diisi-ulang, kita akan mudah tersinggung dan mudah marah, dan melakukan tindakan yang akan lebih menyakiti dari pada yang baik.
Tagihan Belum Dibayar
Jika kita lalai untuk membayar tagihan HP, hubungannya akan diputus. Umumnya orang tidak segera membayar tagihan. Mereka punya kehidupan yang kacau saja sehingga melupakan tagihan telponnya.
Para pemimpin akan terus-menerus untuk dituntut membayar harga agar tetap bisa berkomunikasi dengan efektif. Pertama-tama para pemimpin berusaha untuk mempelajari orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka mempelajari apa yang disenangi dan apa yang tidak disenangi oleh orang-orangnya, mencoba mengetahui apa yang membuat mereka bisa ‘bangun’, dan berkomunikasi dengan dengan sikap yang relevant. Kedua, para pemimpin menanamkan hubungan yang relational. Mereka menghabiskan waktu untuk menunjukkan kepedulian dan maksud-baiknya ke orang-orang yang dipimpinnya. Ketiga, para pemimpin harus memperhatikan, dan dengan sengaja melakukan usaha untuk pertumbuhan pribadinya. Mereka mengasah kemampuannya agar tetap bisa terhubung dengan mempraktekkan kemampuan berbicaranya dan menjadi pendengar yang lebih baik.

Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Call Lost: Why Leaders Lose Connection with Those The Lead oleh John Maxwell

LEA-006 Hubungan itu lebih ketrampilan

LEA-006 BERHUBUNGAN ITU LEBIH KETRAMPILAN DARIPADA BAKAT (John Maxwell)
‘Saat saya sudah siap untuk berbicara dengan seseorang, saya sudah menghabiskan dua-pertiga waktu untuk memikirkan apa yang mereka ingin dengarkan, dan sepertiganya memikirkan apa yang ingin saya katakan.’ – Abraham Lincoln
Jarang sekali kita menganggap diri kita membosankan tetapi seringkali begitulah keadaan kita yang sesungguhnya. Kita bisa begitu bergairah dengan pesan yang akan kita sampaikan tetapi jarang memahami bagaimana untuk bisa mengukir pesan itu sehingga bisa menggetarkan pendengar kita. Hasilnya? Mereka tidak bisa memahami dan kita sulit mempengaruhi mereka.
Apa yang bisa membuat seseorang mau mendengarkan?
Sebelum memberikan informasinya yang panjang, komunikator yang baik akan membina hubungan terlebih dahulu dengan pendengarnya. Mereka sudah punya kwalitas berkomunikasi untuk menarik minat dan perhatian pendengarnya. Dengan kwalitas yang dimilikinya komunikator berhak untuk didengarkan, dan kata-katanya berbobot.

Empat Kwalitas Komunikator untuk Terhubung
HUBUNGAN – Siapa Yang Kita Kenal
Setelah membaca di jurnal-jurnal ilmiah tentang percobaan-percobaan yang dilakukan Jerman terhadap uranium, seorang ahli fisika bernama Leo Szilard berpikir mungkin Nazi akan membuat bom atom. Merasa dapat peringatan, ilmuan Amerika tersebut ingin mengingatkan Presiden Franklin Roosevelt. Tetapi karena dia tidak punya hubungan langsung dengan Presiden, Szilard membuat surat dengan membujuk Albert Einstein untuk mau menanda-tanganinya. Dengan nama dan tandatangan Einstein tercantum di surat, surat peringatan akhirnya sampai ke meja Presiden Roosevelt’s. Presiden segera minta dibentuk komisi riset nuklir. Komisi tersebut akhirnya menjadi Manhattan Project, yang menemukan bom atom dan membantu Amerika Serikat mengakhiri Perang Dunia II.
Surat Leo Szilard ke Presiden Franklin Roosevelt itu menggambarkan prinsip penting tentang hubungan: pengaruh pinjaman. Szilard mengungkit (leverage) hubungannya dengan Albert Einstein sehingga suratnya berhasil sampai ke Gedung Putih. Salah satu cara tercepat untuk mendapat kredibilitas dengan seseorang, atau kelompok, atau pendengar, ialah dengan meminjamnya dari seseorang yang telah memiliki hubungan dengan mereka. Ini dasar cara yang dipakai dalam keberhasilan para selebriti, rujukan penjualan, dan iklan dari mulut ke mulut. Siapa yang kita tahu atau kenal akan membuka pintu bagi untuk bisa berhubungan dengan seseorang.
WAWASAN – Apa Yang Kita Tahu/Kenal
Wawasan juga akan membuka pintu hubungan. Kesan yang telah diberikan oleh Szilard sebagai ahli fisika menjadikan rekan sekerjanya, Albert Einstein, menaruh hormat dan mempertimbangkan permintaanya. Dan keahlian Einstein sebagai seorang ilmuan memberi dia sarana untuk bisa berkomunikasi dengan pemimpin Amerika Serikat.
Jika kita punya bidang keahlian dan tidak pelit untuk membagikannya kepada orang lain, kita akan punya alasan mereka akan menghormati kita, dan mengembangkan hubungan dengan kita. Kita cenderung mendengarkan mereka-mereka yang punya pengetahuan atau keahlian khusus. Itu sebabnya mengapa para pengacara memanggil para saksi yang dihormati, dan perguruan-perguruan tinggi mempekerjakan mereka-mereka dengan pendidikan lanjutan untuk menjadi profesor.
KEMAMPUAN – Apa Yang Kita Mampu Lakukan
Para individu yang menunjukkan profesi luar-biasa akan langsung mendapat kredibilitas dari orang lain. Pemain basket LeBron James menunjukkan kemampuan yang tinggi sewaktu masih di SMA sehingga Nike menandatangani kontrak dengannya senilai $90 juta saat dia masih berumur 18 tahun. Atas dasar talentanya yang luar biasa ini orang-orang yang tidak pernah bertemu James mengaguminya, ingin seperti dia, dan merasa terhubung dengan dia. Kemampuannya membawa begitu banyak pengaruh sehingga orang-orang bahkan meniru pilihan sepatunya.
Bukan itu saja, orang-orang mau juga mendengarkan perkataanya, walaupun bidang ketrampilannya tidak ada kaitannya dengan bidang nasehat yang diberikan. Misalnya, Lebron James menyokong State Farm Insurance. Apakah James punya keahlian di industri asuransi? Kemungkinannya tidak. Tetapi karena dia tidak diragukan dengan apa yang bisa dia lakukan, sebagai pemain basket terbaik dunia, orang pun mau mendengarkan dia.
PENGORBANAN – Bagaimana Kita Hidup
Orang berhubungan dengan mereka yang berkorban untuk kebaikan orang lain. Misalnya, setiap tahun Gallup mengadakan survey untuk menetapkan profesi yang paling dihormati oleh orang Amerika. Sejak diadakan tahun 1999, perawat dinyatakan sebagai yang tertinggi setiap tahunnya, kecuali tahun 2001, setelah serangan 9/11 di World Trade Center Towers, yang tertinggi adalah pemadam-kebakaran.
Jika kita telah melakukan pengorbanan atau mengatasi halangan yang menyakitkan, banyak orang akan terhubung dengan kita. Perhatikan bagaimana penghormatan yang diberikan kepada veteran angkatan bersenjata. Kita mengaguminya karena mereka memilih jalan berisko yang membahayakaan untuk melindungi negara kita. Pikirkan bagaimana penghormatan yang akan diberikan kepada pemimpin sipil yang mencoba membantu memperbaiki kehidupan suatu suku. Atau, bayangkan penghargaan yang kita berikan kepada mereka yang telah menang atas kanker. Kita cenderung mau mendengarkan mereka yang telah menang dengan melalui perjuangan dan pencobaan, khususnya saat mereka mau bayar-harga sendiri untuk membantu orang lain.
Kesimpulan
Keempat kwalitas hubungan di atas belum menyeluruh. Saya yakin kita masih bisa memikirkan alasan-alasan lain agar orang-orang bisa terhubung. Yang penting adalah, kita harus memakai apa yang kita miliki, dan memakainya untuk terhubung dengan orang lain. Lebih banyak metode hubungan yang kita miliki, dan lebih baik dalam kita memgunakannya, akan semakin besar kesempatan kita untuk terhubung dengan orang lain.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Connecting is More Skill than Natural Talent oleh John Maxwell

Sabtu, 27 Februari 2010

NANTIKAN, PERHATIKAN, DAN MASUK KE PENYEMBAHAN BENAR!

NANTIKAN, PERHATIKAN, DAN MASUK KE PENYEMBAHAN BENAR!
Bulan ini kita harus teriakkan, ‘Mari PERGI sehingga KITA bisa MENYEMBAH!’ Kita harus ingat bahwa kunci untuk menyembah itu adalah tujuan iman kita. Iman kita ada dalam Tuhan dan Juruselamat yang Bangkit, Yesus Kristus, Anak Domba Paskah, yang merupakan pengorbanan utama Allah Bapa untuk penebusan umat manusia. Abraham mau mempersembahkan Ishak, tetapi Bapa mempersembahkan Meshach, Mesias kita. Putra-Nya kemudian bangkit dari kematian oleh Roh dan Roh yang sama itu tersedia bagi kita.
Kita akan memasuki puasa korporat mulai hari Senin, tanggal 15 sampai dengan 24 Maret 2010. Anda bisa memilih tujuh hari puasa.
Di bawah ini saya akan bagikan ‘Keluar dari Penyembahan Berhala!’ Ada tujuh langkah kunci untuk bisa membawa kita dari iman kepada iman, dari kekuatan kepada kekuatan, dan dari kemuliaan kepada kemuliaan. Umat Israel ‘telah melewati’ tetapi tidak bisa terus maju. Saat Musa pergi ke Gunung Sinai untuk menerima peraturan yang bisa memberi kebebasan dalam menyembah, mereka membuat Anak Lembu Emas untuk disembah. Tujuh kunci yang bisa membawa kita keluar dari penyembahan kita untuk masuk ke penyembahan berhala:
1. Tidak menghormati dan MEMPERCAYAI otoritas. Musa memberi kepada umat Israel perintah untuk menunggu, tetapi saat Musa belum kembali, kepercayaan mereka (yang sesungguhnya belum pernah dikembangkan sejak meninggalkan Mesir) berkurang dan berubah.
2. Keluar dari WAKTU: Ketidak-mampuan untuk menanti dalam iman! Musa telah memberitahu kalau akan kembali dalam 40 hari. Mereka salah menghitung waktu. Hitungan mereka kurang satu hari! KURANG SATU HARI! Mereka menolak untuk menunggu satu hari. Saul mengulangi pola ini di 1 Samul 14 dan akibatnya dia kehilangan kuasa untuk memerintah sebagai raja.
3. Bersandar kepada pengertian sendiri. Saat kita tidak mau lagi menunggu, kita akan melakukan bertindak. Sesuatu itu akan menciptakan tatanan yang bisa membelokkan kita dari apa yang terbaik yang Tuhan sediakan. Akhirnya, kita akan merayap di tanah, dan bukannya membumbung tinggi bersama rajawali.
4. Melakukan otoritas yang kita tidak miliki. Yesaya 6:1 mengatakan, ‘Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan!’ Uzia seorang raja yang baik, tetapi dalam kesombongannya mengambiil peran imam dan memberikan persembahan. Allah membuat dia kena lepra dan meninggal. Yesaya melihat ini terjadi. Ini memberikan dia pemahaman baru tentang Siapa sesungguhnya Allah itu dan kuasa kekudusan-Nya.
5. Takut Ditolak! Saat kita merasa ditolak, kita akan bertindak tidak masuk akal. Kita akan mundur dan menciptakan struktur otoritas palsu di sekitar kita untuk perlindungan. Hal sama terjadi pada sepuluh mata-mata yang pergi ke Tanah Perjanjian tanpa Musa. Para murid Yesus bersembunyi ketakutan setelah kematian-Nya (Yohanes 20). Semua agama bisa punya legalistik yang didasarkan pada ketakutan. Penyembahan benar memiliki suatu dimensi pemujaan.
6. Harapan yang tetunda membuat hati menderita dan bisa membelokkan penyembahan kita. Musuh mulai mengatakan, ‘Allah itu tidak baik dan tidak datang melalui kamu!’ Semua organ kita akan terpengaruh saat kita menyimpang dari penyembahan yang benar terhadap Yahweh melalui Putra-Nya. Ini merupakan tipuan musuh sejak dari awalnya.
7. PERSEMBAHAN KITA diselewengkan dari pengorbanan dan mulai membangun sesuatu yang tidak berasal dari pola Allah terbaik dari Sorga!!!
Baca Keluaran 31, 32
Renungkan 1 Samuel 12, Yohanes 20
Hafalkan Yesaya 6:1

PW-018 Penyembah yang benar itu mempersembahkan diri

PW-018 Penyembah Yang Benar itu Mempersembahkan Dirinya----Home-----Artikel

Penyembahan itu bukan hanya sikap tetapi masalah hati. Adanya roh yang hormat dan kagum kepada Allah, kepada pikiran-pikiran-Nya dan jalan-jalan-Nya. Itu bukan sekedar nyanyian, dan tanpa dibatasi oleh tersedianya waktu yang ada di suatu kebaktian atau pertemuan gereja. Jika kita punya persepsi seperti ini tentang penyembahan, kita harus mengubahnya!
Penyembahan, penyembahan benar, meninggalkan ‘kehidupan-diri’ dan keinginannya agar bisa memeluk pemikiran dan jalan-jalan Dia, yang dianggap punya derajad dan tempat serta posisi dan keunggulan yang jauh lebih tinggi, dan sangat dimuliakan. Penyembahan itu gayahidup kehidupan dengan hati yang berlutut di hadirat Allah, dengan seluruh pendengaran dan penglihatan terbuka agar bisa mendengarkan suara-Nya dan menangkap penglihatan dan kesan tentang Siapa Dia sebenarnya. Tetapi ingat, kedalaman-penyembahan tidak bisa mengganti kedalaman-pewahyuan kita. Yang satu merupakan hasil dari yang lain. Kedalaman- pewahyuan kita tidak akan pernah melebihi tingkat ketaatan kita.
Dengan mengingat kedua hal di atas, ada sesuatu yang aneh dari suatu kisah – bagaimana ibu anak-anak Zebedeus mendatangi Yesus dengan permintaan ‘khususnya’ untuk kedua anaknya, Yakobus dan Yohanes – alias ‘anak-anak guruh’. Apa mereka ingin membuat keributan sendiri di antara kedua murid yang sudah dipilih!
Matius 20:20 menuliskan, ‘Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.’
Menyembah Allah itu bukan karena ada yang kita inginkan dari Dia, tetapi karena kerinduan kita akan Dia. Menyembah Allah bukan karena apa yang bisa kita peroleh dari Dia, atau akan menjadi apa kita. Penyembahan kepada Allah itu adalah karena ‘kecanduan’ kita akan Dia, karena Siapa Dia sesungguhnya, dan melihat Dia, dan menginginkan Dia – seperti Dia menginginkan kita. Ini tidak ada kaitannya dengan apa yang kita rasa Dia akan lakukan untuk kita, karena ini merupakan tanggapan supra-alami kita akan kasih-Nya kepada kita.
Kerajaan Yesus itu bekerjanya tidak seperti Kerajaan Dunia
Seperti apa yang dilakukan oleh ibu kedua anak Zebedeus, bila kita punya suatu pamrih, sesuatu keinginan ‘diri-sendiri’ yang terlibat dalam penyembahan kita, penyembahan itu akan tercemar, melenceng, dan segera menghentikan persepsi akan realita Allah yang sebenarnya. Ini dipengaruhi oleh ‘hal-hal’ yang kita kejar dan yang kita rasakan, sehingga sepertinya kita punya hak untuk menuntut Allah. Sesungguhnya ini tidak lebih daripada kuasa ‘pemberhalaan-diri’ dan / atau ‘posisi’ yang kita anggap Allah telah berhutang kepada kita. Segala sesuatu dan semua pengharapan masa depan yang kita rasa bisa menjamin perlindungan ‘diri’ harus kita singkirkan agar tidak mencemari gairah kita untuk bisa mengenal Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya, serta menemukan kebenaran yang hanya bisa diterima melalui anugerah-Nya saja! Perhatikan bagaimana permintaan dan jawaban Yesus di Matius 20:21-28, ‘Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."
Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Dengan kata lain Yesus mengatakan, ‘Kamu sama sekali tidak punya petunjuk dengan apa yang engkau minta kepada Saya! Kau lihat ayah Yakobus dan Yohanes itu, Zebedeus, adalah orang yang terkemuka, meskipun ‘hanya seorang nelayan’. Dia punya paling tidak dua perahu dan mempekerjakan pembantu-pembantu, sehingga nelayan merupakan bisnis yang bagus bagi Zebedeus.’ Zebedeus berarti ‘kelimpahan’ dan ‘bagian’. Jadi, ini adalah seorang pria yang keluarga dan bisnisnya tidak akan dirusak oleh apapun.
Ibu Zebedeus berpikir seperti Salome, sekedar untuk meyakinkan bahwa anak-anak lelakinya tidak menjadi ‘yang tersisa’ karena sudah meninggalkan ayahnya di perahu dengan para pekerjanya hanya untuk mengejar ‘Nabi dari Nazaret’. Salome berarti ‘suka-damai; sempurna; dan yang menerima imbalan.’ Cukup menarik, dan benar berdasarkan namanya, dia ingin mendapat imbalan apa yang akan diberikan kepada anak-anaknya dengan menjadi murid-murid Yesus. Dia sedang mencari kedamaian berdasarkan pemahamannya, meskipun Kerajaan Yesus itu tidak berjalan seperti kerajaan dunia manapun, termasuk kekuatan yang mendorong di balik itu semua (perhatikan ayat 25-28 di atas).
Mengenal Diri Seseorang dengan Kerinduan Allah Saja
Apa arti jawaban Yesus tehadap ‘penyembahan’ Salome dan ‘permintaan khususnya’? Mari kita lihat beberapa hari sebelum terjadi penyaliban Yesus. Matius 27:27-31, 35-38, 55-56, ‘Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi.Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia.Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.'
Ingat apa yang diminta Salome? Bahwa kedua anaknya bisa duduk, yang satu di sebelah kanan Yesus dan yang lain di sebelah kiri-Nya, di Kerajaan-Nya? Sewaktu dia berdiri disana, di dekat Kalvari, memperhatikan dari jauh, kita hanya bisa membayangkan bagaimana terkejut, ngeri, dan tercengangnya dia saat tersingkapnya pemahaman apa arti ‘duduk di Kerajaan-Nya’. Dia melihat Yesus memakai ‘mahkota’ seperti setiap raja lakukan, dengan satu pria ‘duduk’ di sebelah kanan-Nya, dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
Oh, bagaimana sukacitanya dia mengetahui bahwa yang ada di sebelah kiri dan kanan Yesus saat disalibkan itu bukan kedua anaknya! Bagaimanapun juga kita perlu ingat bahwa sejak saat itu dan sampai sekarang suara-suara dan pengaruh ‘anak-anak guruh’ tetap terdengar, dan ada. Ibu anak-anak Zebedeus di hari itu punya pewahyuan tentang apa arti penyembahan itu! Dia menemukan bahwa penyembahan itu merupakan pengenalan total tentang diri seseorang dilandasi oleh kerinduan Allah terhadap orang lain, dan hanya kerinduan Allah saja! Inilah tempat dimana ‘diri-sendiri’ seluruhnya di persembahkan sampai mati, sehingga kepenuhan Kehidupan Sejati bisa ditemukan. Inilah penyembahan itu!
Disadur bebas Iskak Hutomo dari In True Worship ‘Self’ is Sacrified oleh John Sielski

PW-019 Empat Kunci memasuki Peperangan Rohani dengan Penyembahan

PW-019 Empat Kunci Memasuki Peperangan Rohani dengan Penyembahan (Dean Mitchum)----Home-----Artikel

Para nabi dan rasul telah menyatakan bahwa sekarang ini merupakan musim peperangan, sehingga kita perlu mempersiapkan diri (Yoel 3:9)
Berikut ini ada empat kunci penting untuk memahami dan memasuki peperangan rohani dengan pujian dan penyembahan (Mazmur 47:7).
Pewahyuan Profetis
1 Samuel 13:22 menyatakan bahwa ketika hari pertempuran datang tidak ada pedang dan tombak. Musuh telah mengeluarkan para pandai besi dari seluruh negeri Israel ‘agar orang Ibrani tidak membuat pedang dan tombak.’ Tidak seorang pun di negeri mampu mengubah logam dari satu bentuk ke bentuk lain. Gereja juga tidak dapat bertahan tanpa adanya senjata di hari pertempuran.
Di alam roh para nabi itu seperti pandai besi. Sampai setelah para nabi dipulihkan untuk berfungsi di gereja, kita tidak punya pewahyuan untuk peperangan dengan pujian. Kita tidak akan memahami Yoel 3:10 bagaimana membuat mata bajak menjadi pedang. Kita mengerti bahwa puji-pujian itu bisa membajak, tetapi kita tidak tahu bahwa ‘logam yang sama’ ini bisa dipakai sebagai pedang dengan cara menempanya menjadi senjata. Sekarang pewahyuan telah datang, dan kita telah memiliki sesuatu untuk membuat senjata peperangan puji-pujian kita. Kita hanya memerlukan panasnya api profetis untuk mengaduk kita menjadi manusia-manuisa perkasa, untuk menempa mata-mata bajak kita menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkas menjadi tombak dan puji-pujian kita menjadi senjata peperangan.
Persenjataan Rohani
(2 Korintus 10:4). Mari kita ingat beberapa senjata yang disinggung di peperangan dengan penyembahan: Memainkan instrumen seperti Daud lakukan di 1 Samuel 16:23. Mazmur 144:1 menyatakan, ‘Dari Daud. Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang;’ Menyanyikan puji-pujian membungkam musuh (Mazmur 8:2). Teriakan mencerai-beraikan musuh (Yosua 6:20) dan meruntuhkan tembok benteng Yerikho. Bertepuk-tangan memukul musuh seperti disebutkan di Mazmur 47:1. Menari akan menginjak-injak musuh di bawah kaki kita (Maleakhi 4:3) dan rebana dan kecapi akan menjadikan Allah menghajar musuh dengan puji-pujian kita (Yesaya 30:32). Nubuatan itu suara Tuhan yang akan mencerai-beraikan musuh (Yesaya 30:31). Dan senjata utamanya ialah kehadiran Tuhan yang akan menjadikan musuh seperti lilin yang meleleh di depan api (Mazmur 68:3).
Pola Baru Penyembahan
Seringkali kita melihat penyembahan kita mengikuti pola tabernakel Musa. Kita mulai dari halaman, melewati bagian dalam dan akhirnya memasuki ruang Maha Kudus. Di jaman Musa, ruang Maha Kudus itu di mana hadirat Allah tinggal. Hadirat Allah dipisahkan oleh tabir, yang melambangkan bahwa manusia saat itu belum didamaikan dengan Dia.
Tetapi sekarang Kristus sudah mendamaikan manusia dengan Allah. Tabernakel Daud, yang secara profetis berbicara tentang kebenaran ini sebelum Mesias datang, merupakan pilihan Allah untuk pola penyembahan sekarang. Kisah 15:16 menyatakan Allah memulihkan tabernakel Daud.
Tabernakel Daud tidak punya tabir (2 Samuel 6:17) dan mengijinkan banyak imam, bukan hanya imam besar, untuk datang kepada Allah. Tabernakel Daud lebih baik dalam melambangkan kovenan baru daripada tabernakel Musa atau Bait Salomo. Allah menyatakan bahwa kemuliaan kovenan lama akan memudar dan keimaman diubah dari keimaman Lewi (Ibrani 7:11-12) ke keimaman Yehuda (Yehuda berarti ‘pujian’). Persembahan korban yang diterima tidak lagi hewan tetapi korban puji-pujian, sukacita dan ucapan syukur. Tabir diambil dalam Kristus (2 Korintus 3:6-18). Tabernakel Daud menciptakan tempat baru untuk hadirat Allah di Gunung Zion dan menegakkan kebebasan penyembahan yang baru (Ibrani 10:19, 2 Korintus 3:17).
Mentalitas Kerajaan
Inilah alasan mengapa kita berperang – untuk menegakkan Kerajaan baru. Ketika kita memasuki peperangan dengan pujian, fokus pujian berubah dari altar penebusan ke ruang tahta Raja. Gambaran ruang tahta memberikan kesan lebih berkuasa, dan keagungan Raja alam semesta yang memerintah di tengah-tengah puji-pujian kita, dan kemudian melayani kita. Mazmur 22:3 menyatakan bahwa Allah itu bertahta di atas pujia-pujian kita. Ini bagaimana kita membangun tahta-Nya di muka bumi. Yesus mengajar kita berdoa, ‘Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah Kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.’ (Matius 6:10) Kata ‘di Sorga’ berbicara tentang Kerajaan Allah yang kokoh dan tidak tergoncangkan. ‘Di Bumi’ sesungguhnya berbicara Kerajaan Allah yang melingkupi bumi.
Jadi, dengan pujian, bukan hanya Allah bertahta di atas puji-pujian kita, kita juga ‘melingkupkan’ Kerajaan-Nya atas bumi – hadirat-Nya, kehendak-Nya, jalan-jalan-Nya, Firman-Nya. Mazmur 108:8 mengatakan bahwa Yehuda itu Tongkat Kerajaan Allah. Ini menunjukkan dimana Allah memerintah dan membebaskan pernyataan nubuatan-Nya di tengah-tengah pujian. Dalam melingkupi bumi dengan Kerajaan Allah, kita mengulangi kata-kata Sorga melalui suara kenabian kita, dan kemudian menjadikan di bumi apa yang Allah katakan di Sorga.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo

Kamis, 25 Februari 2010

APO-004 Aliansi Apostolik

APO-004: ALIANSI APOSTOLIK-revised----Home-----Artikel

Sekarang ini kita sedang hidup di saat yang menggairahkan! Allah sedang menyiapkan pencurahan kegerakan Roh terbesar di sepanjang masa. Ini merupakan Reformasi Kedua, dan dalam persiapannya Allah sedang merestorasi Gereja ke rencana-Nya yang semula! Allah sedang membentuk ulang gereja-Nya untuk menjadi Kirbat Baru!
Kenyataan yang menyedihkan di saat ini adalah banyaknya gereja yang sepertinya tidak 'bekerja'. Kita punya para gembala yang sudah bekerja keras dengan banyak menghabiskan waktu. Kita punya umat kudus yang mengasihi Tuhan. Tetapi kita tidak melihat hasil kerjanya seperti yang dihasilkan oleh gereja di Perjanjian Baru. Yang hilang tidak diraih dan bangsa-bangsa tidak diubahkan.
Mengapa 'gereja' sekarang ini tidak bekerja seperti gereja yang ada di Perjanjian Baru? Saya percaya, jawabnya adalah karena kita tidak mengkuti arahan-arahan Tuhan!
Tatanan gereja yang dinyatakan di 1 Korintus 12:28, 'Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: PERTAMA sebagai rasul, KEDUA sebagai nabi, KETIGA sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, dll.' Kalimat terakhir diterjemahkan dari versi bahasa Inggris, 'KEMUDIAN dihasilkan mujizat, kesembuhan, melayani, dll.'
Jadi, agar gereja bisa berfungsi seperti yang Dia inginkan, kita harus memulainya dengan RASUL. Rasul itu punya pengurapan untuk membuat gereja bisa benar-benar bekerja! Artinya, agar gereja bisa beroperasi sesuai dengan apa yang Allah inginkan, kita harus terhubung benar, atau beraliansi, dengan seorang rasul! Ketika kita terhubung dengan seorang rasul, pengurapan apostolik akan mengalir ke segala apa yang kita lakukan!
Seorang rasul bisa digambarkan sebagai mulut sebuah kran air. Pengurapan Allah untuk suatu gereja mengalir melalui rasul! Tidak peduli seberapa keras kita telah bekerja, atau seberapa bagus metode kita, jika mangkok kita tidak diletakkan di bawah mulut kran, gereja tidak akan bekerja!
Tetapi begitu kita menyelaraskan diri dengan seorang rasul yang benar, pengurapan kerasulan akan mulai mengalir! KEHIDUPAN Allah akan mengisi gereja! Rahasia bagaimana agar sebuah gereja berfungsi dengan kuasa seperti di gereja Perjanjian Baru adalah adanya PENYELARASAN atau ALIANSI apostolik!
Apa yang dimaksud dengan ALIANSI?
Untuk kita bisa beraliansi dengan seorang rasul berarti kita harus ada dalam hubungan berkomitmen dengan seorang rasul. Hubungan ini bukan hubungan dalam arti hirarki dimana rasul bertindak sebagai seorang diktator yang memerintah gereja untuk melakukan ini dan itu, tetapi hubungan yang saling disepakati. Ini hubungan ikat-janji (covenant relationship). Misalnya, Chuck Pierce itu rasul saya. Saya ada dalam ikat-janji dengan dia.
Rasul kita itu adalah seseorang dimana kita bisa minta nasihatnya. Dia orang yang petunjuk dan arahannya kita percayai untuk dikerjakan. Kita berkomitmen dengan rasul kita seperti para pahlawan Daud berkomitmen kepada Daud.
Hubungan para pahlawan Daud dengan Daud itu contoh yang bagus untuk memberi gambaran tentang aliansi apostolik.
Saat Daud di padang gurun, banyak yang datang menggabungkan dirinya dengan Daud. Itulah aliansi!
Beberapa yang datang ke Daud itu bisa ber-aliansi dengan Samuel, tetapi musim hakim-hakim sudah berakhir! Beberapa lagi mungkin sudah ber-aliansi dengan Saul, tetapi Saul telah melepaskan dirinya karena ketidak-percayaan dan ketidak-taatannya. Musim Saul sudah lewat!
Beberapa lagi mungkin saja telah ber-aliansi dengan orang lain. Tetapi mereka melihat Daud dan menangkap visinya. Mereka melihat pengurapan Allah di atasnya dan berkata, 'Ini adalah orang yang Allah ingin agar saya ber-aliansi! Saya ingin menjadi bagian dari apa yang sedang dia kerjakan!'
Mereka datang ke Daud dengan berbagai alasan! Beberapa diantaranya karena mengasihi Allah. Mereka memperhatikan Daud dan melihat hatinya yang berpaut kepada Allah dan berkata, 'Dia tipe orang yang saya ingin ikuti!'
Beberapa orang datang dengan adanya kebutuhan yang besar. Di 1 Samuel 22:1-2 dituliskan, 'Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka.'
Gerombolan manusia yang menarik! Tetapi mereka ada dalam kesulian jadi tidak ada ruginya untuk bergabung dengan Daud. Mereka perlu terhubung dengan seseorang, dan mereka bisa menangkap visi Daud dan mengkomitmen-diri dengan itu.
Kelompok lain lagi yang bergabung dengan Daud adalah orang-orang yang terlatih. 'Inilah orang-orang yang datang kepada Daud … Mereka pun termasuk pahlawan-pahlawan yang membantu dia dalam peperangan. Mereka bersenjatakan panah, dan sanggup melontarkan batu dan menembakkan anak-anak panah dari busur dengan tangan kanan atau tangan kiri. … yakni pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, orang-orang yang sanggup berperang, yang pandai menggunakan perisai dan tombak, dan rupa mereka seperti singa dan cepatnya seperti kijang di atas pegunungan.' (1 Tawarikh 12:1-2, 8).
Mereka orang-orang berketrampilan tinggi yang menginginkan punya hidup yang berarti! Mereka ingin menemukan tempat yang berharga untuk menanamkan hidupnya, dan mereka telah mmelihat bahwa pemerintahan Saul merupakan jalan buntu. Oleh karena itu mereka meng-aliansikan dirinya dengan Daud.
Demikianlah, banyak orang yang datang kepada Daud, dengan berbagai tingkatan kemampuan dan motivasi. Tetapi begitu mereka ber-aliansi dengan Daud, pengurapan Daud mengalir kepada mereka! Pengurapan yang ada dalam diri Daud saat membunuh Goliat dan mengalahkan puluhan ribu orang Filistin mengalir ke mereka semua! Dan mereka menjadi pahlawan-pahlawan yang gagah berani!
Bersama-sama mereka menundukkan Yerusalem dan membawa masuk Tabut Allah. Kemudian hadirat Allah turun ke tabernakel Daud dan mereka mengalami kemuliaan Allah di sana.
Itulah kuasa aliansi!
Aliansi itu prinsip dasar Alkitabiah. Kita bisa mengetahuinya di Alkitab. Para pahlawan ber-aliansi dengan Daud. Josua ber-aliansi dengan Musa. Elisa ber-aliansi dengan Elia. Para murid ber-aliansi dengan Yesus. Timotius ber-aliansi dengan Paulus. Ini berarti, secara Alkitabiah, kita tidak akan kemana-mana bila tidak ber-aliansi dengan seseorang yang telah Tuhan tetapkan, baik secara pribadi maupun secara korporat dan pelayanan.
Saat kita ber-aliansi dengan seseorang, berarti kita mengkomitkan diri kita kepada mereka, kita menundukkan diri kita dan menggabungkan diri kita kepada mereka. Kita akan belajar dari mereka dan bertanggung-jawab kepada mereka.
Ini akan membuat pengurapan mereka mengalir memasuki kita!
Banyak tempat dimana kita bisa ber-aliansi. Banyak jejaring apostolik dan pelayanan di dunia ini. Hampir semuanya bagus. Masing-masing punya fokus unik yang Allah berikan. Masing-masing punya visi yang berbeda-beda. Hanya Allah saja yang dapat menunjukkan kepada kita yang mana dari mereka itu yang Allah ingin agar kita ber-aliansi. Kita membutuhkan suatu aliansi dengan seseorang!
Apa alternatif lain aliansi? Tercerai-berai!
Beberapa bulan yang lalu, seorang wanita dari negara lain mengirim email kepada saya dengan banyak pertanyaan. Dia sudah pergi ke berbagai gereja, berbagai konferensi, dan telah menerima pelayanan dari banyak orang. Dan hasilnya? Dia benar-benar dalam kebingungan!
Dia mengatakan, 'Orang ini mengatakan ini, tetapi orang lain mengatakan itu. Saya tidak tahu mana yang benar!' Dia dibingungkan dengan banyak hal, dan akan membutuhkan berjam-jam untuk menjawab semua pertanyaannya. Daripada menjawab semua pertanyaan, saya mencoba menemukan inti masalahnya.
Saya katakan, 'Masalahnya adalah, Ibu mencoba memproses telalu banyak sumber informasi. Itu yang menjadikan Ibu kebingungan.'
Perhatikan, wanita itu menerima dari banyak sumber, tetapi tidak ber-aliansi dengan satu orang pun! Ini menjadikan dia tidak melangkah kemana-mana!
Baru-baru saja seseorang mengatakan kepada saya tentang suatu pelayanan di TV yang minta semua gereja berpuasa 21 hari. Dia bertanya apakah saya akan ikut berpuasa?
Jika kita mendengar undangan semacam ini, kita sebaiknya harus tahu dengan siapa kita ber-aliansi! Akan SELALU ada seseorang di manapun yang minta gereja untuk berpuasa! Jika kita berpuasa setiap ada permintaan kita tidak akan pernah makan!
Tetapi saya tahu dengan siapa saya ber-aliansi! Jika Chuck Pierce misalnya, minta saya berpuasa, saya tahu Allah menginginkan saya berpuasa! Tetapi saya tidak akan menghentikan makan saya hanya karena ada seseorang hamba Tuhan di TV yang meminta agar berpuasa!
Kita bisa mengerti? Kita harus ber-aliansi dengan SESEORANG!
Banyak aliran sungai Allah. Banyak pelayanan yang berbeda-beda. Masing-masing memiliki penekanan panggilan Allah yang berbeda-beda! Masing-masing memiliki panggilannya. Bisa menerima dari banyak sumber itu baik! Tetapi kita perlu tahu dengan siapa Allah meng-aliansikan kita. Kalau tidak, kita akan berakhir dalam kebingungan. Saya tahu dengan siapa saya ber-aliansi, dan ini merupakan berkat terbesar dalam hidup saya.
Allah sedang membentuk Kirbat Baru-Nya. Begitu gereja ber-aliansi secara apostolik, pelayanan kelima-jawatan segera beroperasi, umat kudus diperlengkapi dalam pelayanan, dan Kirbat Baru Allah akan terbentuk!
Dan saat kirbat baru terbentuk, Allah AKAN menuangkan anggur baru-Nya! #RH003
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Understanding Apostolic Alignment oleh Robert Heidler

CH-001 Gereja yang punya Dampak

CH-001 Gereja Yang Punya Dampak (Dan Reiland)-revised----Home-----Artikel

Membesarkan Gereja atau Gereja Yang Punya Dampak?

Salah satu hal yang menggelisahkan saya adalah saat melihat ada gereja yang menjadi besar tetapi masyarakat dimana gereja tersebut berada tidak nampak adanya perubahan. Saya bertanya pada diri sendiri, mengapa? Apa mungkin saya yang idealis? Atau bahkan mungkin naif? Saya kira tidak. Tetapi bagi saya, biar saja gereja tidak bertumbuh asal bisa mereformasi masyarakat dimana gereja berada.
Sepertinya saya seorang realis yang bersikap positif. Saya tidak menganggap gereja saya mampu mengubah dunia. Tetapi saya harus percaya kalau gereja saya bisa mengubah komunitas dimana kami berada. Jika Allah seperti apa yang difirmankan-Nya, dan Yesus memang telah melakukan apa yang Injil sebutkan, kita akan bisa mengubah daerah dimana kita tinggal! Dan dengan bersama-sama bisa mengubah dunia.
Pada mulanya saya berpikir ada perbedaan antara kota kecil dan kota besar. Masuk akal-lah kalau di kota yang lebih kecil gereja bisa punya pengaruh yang lebih besar atas budaya yang ada. Kota-kota besar sepertinya juga tidak tertaklukkan. Tetapi budaya itu bersifat umum, bebas dari pengaruh gereja. Banyak kota kecil yang perubahannya lebih lambat dari kota-kota besar, khususnya saat terjadi krisis. Florida misalnya, saat hurricane menerjang dan menghancurkan seluruh lapangan parkir tralier, mereka membangun kembali persis seperti sebelumnya di tempat yang sama. Berbeda dengan kota-kota besar seperti New York setelah persitiwa 9/11. Komunitasnya telah berubah selamanya. Mereka hidup berbeda, berpikir berbeda, dan tidak pernah sama lagi.
Saya juga pernah berpikir, yang menentukan kemungkinannya tergantung dari besar kecilnya gereja. Saya kira ini ada benarnya sebab gereja besar bisa punya potensi pengaruh yang lebih besar karena sumber-sumber yang dimilikinya. Tetapi sepertinya tidak cukup bukti untuk menopang pemikiran itu.
Atau mungkin masalah kepemimpinan. Tetapi sepertinya tidak sesederhana itu. Banyak pemimpin besar yang tidak menjangkau komunitasnya.
Barangkali Anda bisa ikut pusing membaca artikel ini. Tetapi saya minta kesabaran Anda untuk terus membaca agar kita bisa bersama-sama memikirkan perbedaan antara menumbuhkan atau membesarkan gereja dengan memberi dampak pada komunitas. Sepertinya ada sesuatu yang hakiki terhadap pemikiran ini. Saya telah memikirkan hal ini dan sepertinya ada sesuatu yang menarik untuk dipertimbangkan melalui kacamata kepemimpinan. Jika Anda ada waktu, informasikan kepada saya. Jika tidak, bergabunglah dengan kegairahan saya untuk mengubah kehidupan dan benar-benar bisa memberi dampak ke komunitas.
*Kita bisa menumbuhkan gereja dengan talenta dan kepemimpinan, tetapi memberi dampak komunitas dengan belas-kasihan.
Gereja-gereja yang diberkati dengan talenta (musik dan yang lain-lain) serta kepemimpinan yang baik biasanya akan bertumbuh. Hampir semua gereja yang demikian akan dianggap sebagai gereja yang baik. Tetapi dengan ini bukan berarti komunitasnya juga diubahkan. Bagi saya, gereja yang mampu gereja yang mampu mengubahkan komunitaslah yang menunjukkan gereja luar-biasa. Bagi saya, punya pengaruhlah yang lebih penting. Dengan menumbuhkan gereja karena adanya petobat baru bukan berarti sudah punya nilai kekal. Yang saya maksudkan disini adalah pengaruh yang bukan hanya bisa memenangkan orang buat Kristus, tetapi sekaligus memberi dampak kepada komunitas dengan mengubahkannya.
Sampai di sini saya akan mulai berhati-hati. Pertama-tama, harap diketahui, saya punya dan mau memberikan hidup untuk pelayanan penginjilan. Saya senang dengan orang-orang yang datang kepada Kristus. Tetapi ada suatu kekuatan bersama yang akan memampukan kita untuk bisa lebih banyak lagi memenangkan bagi Kristus jika kita bisa lebih baik lagi dalam melayani komunitas kita. Ini berarti kita harus terlibat dalam hal-hal yang memiliki nilai komunitas, tidak hanya sekedar peduli.
Saya percaya ini semua harus dimulai dengan berbelas-kasihan. Gereja melayani bukan dengan tujuan sekedar mendatangkan orang ke gereja, tetapi orang datang ke gereja karena ada pelayanan belas-kasihan yang telah memberi dampak di komunitasnya. Saya percaya cara terbaik untuk melakukan ini ialah dengan berpikir dan mendoakan dengan sunguh-sungguh berbagai pelayanan di komunitas kita, yang tidak berasal dari gereja kita, pilih suatu pelayanan, dan danai mereka.
Skyline Church, yang dipimpin Pastor Jim Garlow melakukan ini. Sekitar setahun yang lalu terjadi kebakaran hebat di San Diego County. Ratusan jemaat Skyline (dan jemaat gereja-gereja lain) turun-tangan membantu. Dengan memadamkan api dan memberi makanan dan tempat tinggal mereka melakukan apa yang dibutuhkan dengan segenap hati. Puluhan kesaksian mengatakan, 'Kami tidak percaya kalau gereja yang melakukan ini kepada kami.' Inilah memberi dampak ke komunitas itu.
*Kita menumbuhkan gereja dengan kondisi kita, tetapi menjangkau komunitas dengan kondisi mereka.
Saya suka film dimana 'orang-orang jahat' bernegosiasi dengan 'orang-orang baik'. Salah satu film tersebut adalah The Rock yang dibintangi oleh Sean Connery dan Nicholas Cage. Para petugas telah disandera di Alcatraz Island dan ada bom yang di tujukan ke San Francisco.
Dikerahkan FBI dan setiap orang yang bisa dilibatkan untuk menegosiasikan tuntutan. Pengharapan dan ketegangan meningkat dalam negosiasi tersebut untuk menentukan siapa yang sebenarnya memegang kendali.
Siapa yang bisa menetapkan kondisi itulah yang akan menang. Jika gereja kita memaksa orang-orang harus menerima kondisi atau persyaratan kita, kita mungkin bisa menumbuhkan gereja, tetapi tidak akan memberi dampak kepada komunitas. Ini bukan masalah teologi yang ceroboh, menjadi 'liberal', atau melecehkan anugerah. Ini masalah kemauan untuk menyerap sikap dan perilaku gereja, termasuk mau menerima orang-orang yang tidak seperti kita, dalam rangka lebih banyak mereka yang tidak bergeraja mau mencoba dan bahkan mau datang kembali ke gereja.
*Kita menumbuhkan gereja dengan menawarkan program-program bagus, tetapi menjangkau komunitas dengan menawarkan hubungan yang baik.
Program-program bagus itu penting, khususnya program membangun anak yang kuat, misalnya. Tetapi jika program-program itu yang menjadi fokus, orang bisa datang dan pergi. Kita bisa menguji apakah gereja berorientasi kepada program atau berorientasi kepada hubungan dengan keputusan-keputusan yang kita ambil dan tindakan-tindakan yang kita lakukan.
Gereja Crossroad punya masalah parkir. Memang baik punya banyak mobil, tetapi harus ada tempat untuk parkir. Jika tidak, akan membuat kekacauan baik di masyarakat lingkungan dan juga di jalan-jalan utama. Team perparkiran kami sudah bertindak seperti pasukan Baret Hijau, tetapi pekerjaan memang terlalu banyak. Di setiap kebaktian kami punya petugas kepolisian dan sejumlah juru parkir agar bisa mengatur. Di acara-acara khusus bahkan mobilnya sedemikian banyak sehingga penghuni di lingkungan terganggu untuk mengeluarkan mobil mereka.
Karena kami rindu membangun hubungan yang baik, kami memilih untuk memikirkan ulang strategi perpakiran dengan minta bantuan petugas kepolisian, memberitahukan masalahnya kepada jemaat, dan membuat kunjungan-kunjungan pribadi ke rumah-rumah dengan permintaan maaf dan sekedar buah-tangan. Membutuhkan waktu lama untuk bisa menyelesaikan masalah dan memperbaiki hubungan tersebut.
Jika kita mau menekankan hubungan dan mengembangkan diri untuk mau memasuki komunitas kita, kita punya kesempatan untuk mengubahkan komunitas tersebut.
*Kita menumbuhkan gereja dengan menanamkan diri, tetapi menanamkan apa yang di luar kita untuk menjangkau komunitas.
Beberapa tahun yang lewat banyak gereja telah mengikuti tuntunan Tuhan dengan memberikan rasa berbelas-kasihannya untuk memasuki komunitasnya dengan cara-cara yang nyata seperti penyediaan makanan, mendirikan rumah-rumah klinik untuk anak-anak, membantu ibu-ibu muda yang hamil di luar nikah, dan lebih banyak lagi. Dengan perbuatan ini komunitas akan bisa melihat banyak dana dan waktu yang mengalir dari gereja, bukan hanya masuk ke gereja. Ini akan membuat perbedaan yang sangat besar!
Kami di Crossroads punya pelayanan khusus untuk ini. Kami terus akan melakukan yang lebih lagi dengan membangun rumah-rumah kemanusiaan.
Sungguh bersuka-cita saat bisa melihat pengaruh nyata yang bisa diinvestasikan dalam kehidupan komunitas.
*Kita bisa menumbuhkan gereja demi prestasi, tetapi harus relevan untuk memberi dampak pada komunitas.
Mari kita akhiri artikel ini dengan beberapa pemikiran atas relevansi versus sejarah dan tradisi. Kita tahu sejarah dan tradisi itu baik. Beberapa unsur kesucian gereja berasal dari kekayaan sejarah dan tradisinya. Kita tidak membuang itu, tetapi biarlah semua itu relevan untuk menjangkau komunitas.
Saya bukannya bermaksud menunjuk ke suatu gereja tertentu, tetapi beberapa thema kotbah yang disampaikan di gereja itu memalukan. Kita tidak terhubung dengan sesama bila memberitakan sesuatu di gereja yang tidak ada kaitannya, atau tidak mempedulikan kehidupan manusia.
Ada juga gereja yang mengkotbahkan tentang perjalanan misi Paulus dan beberapa hukum di Imamat, sementara jemaat yang mendengarkan sudah berusaha untuk bangun pagi sambil bersusah-payah mempersiapkan anak-anaknya yang masih kecil untuk bisa datang di kebaktian, duduk bersebelahan dengan orang yang tidak dikenal, dan gereja memberi mereka sesuatu yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ini contoh gambaran yang bagus tentang apa yang tidak-relevan itu.
Sebelum peristiwa 9/11 saya sedang memberi pengajaran berseri selama beberapa hari. Saaat peristiwa terjadi saya mempertimbangkan apakah harus tetap meneruskan seri pengajaran dari kitab Roma ataukah membicarakan masalah serangan teroris yang sedang terjadi? Memang benar kita memakai Alkitab, tetapi kita harus membicarakan topik-topik yang relevan! Kita harus relevan agar bisa menjangkau dan memberi dampak ke komunitas kita.
Ok, terimakasih karena telah membaca topik yang membingungkan ini. Saya tidak sering menulis dengan gaya seperti ini, tetapi, ini newsletter yang bebas, bukan?!
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo