Kamis, 29 April 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (13)

(Rick Joyner, Prepared for the Times)-----Home---Artikel

BAGIAN – 13
Banyak orang yang sedang mencari karunia nubuatan menganggap bahwa karunia itu akan dicurahkan begitu deras dari surga tanpa atau dengan sedikit usaha dari pihak mereka. Kita bisa membaca banyak contoh tentang hal ini di dalam Alkitab, tetapi sebenarnya contoh-contoh ini adalah pengecualian. Kebanyakan dari mereka yang mempunyai panggilan nabi adalah orang-orang yang tekun mendalami pengetahuan dan mencari pengertian, dan mereka adalah orang-orang yang cinta kebenaran. Pada kasus yang benar-benar luar biasa seperti Yesaya dan Daniel, mereka sangat unggul dalam pengetahuan dan pengertian yang begitu dalam dan luas, mungkin melebihi semua orang pada jamannya. Ada suatu prinsip dasar bahwa mereka yang mencari akan mendapatkan, dan mereka adalah orang-orang yang sangat dipakai oleh Tuhan. Adalah merupakan prinsip dalam Alkitab bahwa Tuhan memberi ganjaran pada mereka yang rajin, setia, tekun, dan tabah.
Para nabi yang luar biasa dalam Perjanjian Lama adalah orang-orang yang terpelajar dalam firman Tuhan, sejarah, dan mengikuti perkembangan sehari-hari. Ini merupakan fondasi di mana Tuhan bisa membangun suatu pesan. Kebanyakan nubuatan terdiri dari kunci-kunci yang diberikan Tuhan untuk memberi pengertian tentang waktu dan arah bagi umat Tuhan. Karena “Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Korintus 2:10), maka jika kita dipimpin oleh Roh, kita akan menjadi pencari, penyelidik, selalu ingin tahu lebih, terutama tentang tujuan-tujuan Tuhan.
Memang ada pengecualian dalam prinsip-prinsip membangun fondasi bagi pandangan dan pelayanan profetik. Ada orang-orang sederhana, tidak berpendidikan, bahkan buta huruf yang diberi Tuhan karunia besar untuk bernubuat. Brother Klaus yang hidup pada tahun 1400an di negara Swiss, adalah salah satu contoh. Brother Klaus yang ditahbiskan sebagai orang suci oleh gereja Katolik dengan nama Saint Nicholas of Flue (Santo Nicholas dari Flue) seringkali keliru dengan Saint Nicholas yang kita kenal sebagai Santa Claus. Brother Klaus mempunyai banyak anak, tetapi dia bukan seorang gendut dan periang yang kita kenal sebagai Santa Claus. Sejarah mencatat bahwa Brother Claus adalah orang yang tidak makan selama tigapuluh tahun, dan fakta ini memang dibenarkan oleh seorang pejabat pemerintah yang memperhatikan dia terus siang dan malam dalam sebagian waktu hidupnya. Brother Klaus tidak menyatakan bahwa dia puasa, tetapi mengatakan bahwa makanannya adalah melakukan kehendak Tuhan, dan karena itu dia tidak memerlukan makanan alami. Satu-satunya yang dia makan adalah komuni, dan dia melakukannya sebulan sekali.
Para ahli sejarah menganggap Brother Klaus sebagai bapak negara Swiss karena dia memberikan nubuatan pada ketujuh wilayah yang akan saling berperang. Karena nubuatan itu maka ketujuh wilayah tersebut bukannya berperang melainkan bersatu dan membentuk sebuah bangsa. Tidak seorang pun tahu nubuatan apa yang dikirimkan oleh Brother Klaus ke wilayah-wilayah itu, tetapi nubuatan itu telah mencapai suatu hasil yang menakjubkan, dan masih tetap menakjubkan ketika kita membaca sejarahnya. Mungkin karena fondasi inilah sampai hari ini negara Swiss kelihatannya mempunyai pengurapan untuk menjadi mediator perdamaian bagi banyak bangsa.
Brother Klaus mempunyai karunia hikmat sedemikian rupa sehingga orang-orang dari Eropa tengah rela melakukan perjalanan jauh untuk mencari nasehat, termasuk paus. Seringkali dia tahu bahwa ada orang-orang yang datang, karena itu dia mengutus orang untuk memberi jawaban sehingga mereka tidak perlu meneruskan perjalanan yang sulit untuk menemuinya. Ini terjadi pada tahun 1400an, dan sampai hari ini pondoknya terus dikunjungi oleh peziarah termasuk paus. Brother Klaus adalah seorang yang buta huruf dan hidup di jaman di mana orang akan dihukum mati apabila kedapatan membaca Alkitab. Namun demikian, dia mempunyai ketajaman dalam menangkap pengajaran-pengajaran di dalam Alkitab, dan dia tahu cara-cara Tuhan bekerja. Ini semua kelihatannya dia terima ketika menyendiri dengan Tuhan selama waktu yang begitu panjang.
Brother Klaus memang pengecualian yang luar biasa, dan ada orang-orang lain yang seperti itu. Tetapi mereka ini memang tidak punya akses pada Alkitab dan semua sumber-sumber informasi dan pengetahuan seperti yang ada sekarang. Mengabaikan Alkitab, dan sumber-sumber pengetahuan serta informasi lain merupakan suatu bentuk ketidak bertanggungjawaban dan ini tidak akan menimbulkan perkenan Tuhan.
Saya kenal orang-orang yang mempunyai karunia profetik yang menghindarkan diri untuk belajar hanya agar bisa berkata bahwa apa yang mereka terima itu merupakan pewahyuan. Saya melihat bahwa banyak dari mereka ini yang melenceng dan akhirnya memberi pengajaran aneh atau sesat. Ketika saya mendengar orang berkata bahwa mereka tidak membaca karya orang lain karena mereka ingin mendapat pewahyuan langsung dari Tuhan, itu membuat saya hilang kepercayaan pada mereka. Saya juga menganggap bahwa orang-orang ini adalah mereka yang cenderung meminjam pesan-pesan yang disampaikan orang lain. Tentu saja hal ini mengikis rasa percaya yang diperlukan untuk menjaga nubuatan.
Yang ingin saya katakan adalah bahwa kita harus jujur terhadap Tuhan dan manusia. Ketika kita mendapat sesuatu dari orang lain, kita harus mengakuinya ketika hal itu memungkinkan. Saya katakan ketika memungkinkan karena hal itu tidak selalu praktis. Saya suka berkotbah dan mengajar, dan sering melihat orang lain mengajar dan berkotbah di televisi sehingga saya lupa siapa yang menyampaikan pesan yang saya kutip. Saya juga membaca banyak sehingga sering tidak ingat di mana saya membaca apa yang saya ulangi. Ini adalah pengakuan. Saya seharusnya bisa melakukan hal yang lebih baik. Hal ini akan membantu orang-orang profetik apabila mereka memperhatikan dan mengoreksinya.
Saya telah melihat bahwa banyak dari tulisan saya dikutip dalam buku-buku Kristen yang populer tanpa pernyataan bahwa kutipan itu dari tulisan saya. Jujur saya tidak keberatan dengan hal ini, justru senang karena pewahyuan yang saya terima itu menyebar lebih luas. Tetapi ada orang-orang yang membaca buku pengarang lain kemudian baru membaca buku saya dan mengatakan bahwa saya melakukan plagiat padahal kalau mau melihat tahun terbitnya mereka akan tahu bahwa saya telah menulis buku itu jauh sebelum pengarang lain tersebut. Yang ingin saya katakan ialah bahwa hal ini memang menimbulkan masalah. John Wimber pernah mengingatkan saya akan hal ini duapuluh tahun yang lalu, tetapi saya tidak memperhatikannya. Dan sekarang saya menyesal. Saya tidak pernah dengan sengaja melakukan plagiat, tetapi seharusnya saya bisa lebih menghargai Firman atau pewahyuan dengan bersikap hati-hati. Mungkin hal ini bukan merupakan sesuatu yang penting bagi orang lain, tetapi itu merupakan hal yang seharusnya bisa saya tangani dengan lebih baik. Mengapa tidak melakukan yang terbaik dengan membungkus sebaik mungkin pewahyuan yang dipercayakan kepada kita?
Supaya orang tidak tersandung seperti itu sebaiknya kita menyatakan asal dari kutipan yang kita pakai. Jika kita mengatakan sumbernya, maka kita meminjam. Jika tidak, maka kita mencuri. Saya tahu bahwa itu semua datang dari Tuhan, tetapi ini merupakan masalah integritas yang krusial bagi pelayanan profetik. Sekali lagi, saya memang kurang dalam hal ini, lupa sumber yang saya kutip dan tidak punya catatan tentang asal materi. Saya bukan contoh yang baik dalam hal ini, jadi jangan ditiru. Sebaiknya kita jujur dan terbuka tentang sumber informasi yang kita peroleh.
Bersikap hati-hati dengan menyebutkan sumber kutipan kita merupakan integritas dasar dan keperdulian dalam membangun rasa percaya. Kalau kita menerima informasi melalui suatu penelitian atau pewahyuan langsung dari surga, kedua-duanya adalah dari Tuhan. Kalau itu berasal dari Tuhan, maka kita perlu memperlakukannya dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.

Minggu, 25 April 2010

GEREJA HARI KETIGA

Transisi dari ‘Budaya Revival’ menjadi ‘Budaya Kuasa Kebangkitan’------Home

Waktu penyembahan Tuhan mengatakan dalam hati saya mengenai tiga hal berikut:
1. Pertemuan-pertemuan di Gereja akan menerima angin segar Roh Allah dan seluruh pertemuan akan dikuasai oleh kehadiran Allah yang dimanifestasikan.
2. Akan segera dilepaskan jubah-jubah ke Gereja untuk memberdayakan umat bisa melakukan hal-hal yang luarbiasa bagi Kerajaan Allah. Mereka yang ada di tempat persembunyian dan persiapan akan muncul dengan kuasa.
3. Suara Tuhan bukan hanya akan terdengar dari mimbar melalui kotbah dan pengajaran yang diurapi, tetapi juga akan terdengar dari tempat-tempat duduk jemaat. Akan dibangkitkan pengurapan segar pernyataan profetis korporat. Suara Allah akan terdengar melalui umat-Nya.
Sewaktu saya merenungkan ketiga pewahyuan ini, Tuhan juga berbicara mengenai perpindahan (shift) dalam cara-cara pikir (mindsets) yang berkenaan dengan kebangunan/revival/revitalisasi/pembaharuan/restorasi/stimulasi/penguatan.
Allah sedang mentransisi Gereja dari ‘budaya revivalmenjadi ‘budaya kuasa kebangkitan’. Keduanya berbeda. Budaya itu merupakan seperangkat kepercayaan, nilai-nilai, praktek-praktek, cara-cara pikir, tindakan-tindakan, dan perilaku yang dilakukan dan dihargai oleh sekelompok orang. Budaya itu yang menandai dan mencirikan cara hidup kita.
Secara profetis Allah sedang membawa umat-Nya memasuki waktu hari ketiga. Jika ada hari ketiga maka harus ada hari peratama dan hari kedua. Saya ingin menjelaskan apa arti dan bagaimana hal tersebut bisa memberi dampak dalam kehidupan kita di musim yang berikut ini.
Nabi Hosea membicarakan proses transisi / perubahan dari hari pertama ke hari kedua, hari kedua ke hari ketiga, dimana masing-masing hari itu penting. Seperti seringkali terjadi dalam suatu nubuatan, nubuatan Hosea bisa juga diterapkan ke berbagai tingkatan. Nubuatan akan teraplikasikan dalam perjalanan bersama Allah baik secara pribadi maupun secara korporat, serta dalam proses yang akan dialami oleh umat Allah.
Hosea 6:1-2 mengatakan, "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan (mempercepat, memberi kehidupan) kita, dan (pada hari ketiga) kita akan hidup di hadapan-Nya. (AMP) (lihat juga Yesaya 26:19; Yehezkiel 37:1-10).

Hari PERTAMA
"Mari kita kembali kepada Tuhan."
Hari pertama itu ditandai dengan berbalik kepada Tuhan.
Ini mengenai pengoyakkan hati kita dan bertobat sungguh-sungguh atas segala sesuatu yang ada dalam kehidupan kita yang mendukakan hati Allah.
Kisah 3:19 menyatakan, ‘Karena itu sadarlah dan bertobatlah (ubah pikiran dan tujuan); berbalik dan kembali (kepada Allah), supaya dosamu dihapuskan (disingkirkan, dicuci bersih), itu adalah waktu penyegaran (pemulihan dari pengaruh panas, dengan pemberian udara segar) yang datang dari hadirat Tuhan.’ (AMP)
Bertobat berarti "mengubah cara pikir dan tujuan kita." Ini berarti mengubah cara berpikir dan motivasi kita. Pertobatan akan membuat kita berbalik dan berjalan dengan cara yang berbeda / berlawanan arah dari kehidupan dosa, dan kembali kepada Allah. Dengan berbalik sepenuhnya kepada Allah akan menjadikan semua dosa kita dibersihkan dan disingkirkan, sehingga bisa menerima angin segar hadirat Allah dalam kehidupan kita. Penyegaran Allah ini akan membawa pemulihan dari dampak dosa. Pertobatan sejati tidak hanya mengubah cara pikir dan motif kita, tetapi juga perubahan perilaku. Pertobatan membawa perubahan sejati secara internal yang akan menghasilkan transformasi yang bisa dilihat dari luar.

Hari KEDUA
"Setelah dua hari Dia akan membangkitkan kita (mempercepat, memberi hidup)."
Hari kedua ditandai dengan kebangunan / kebangkitan.
Kebangunan berarti "mempercepat dan memberi hidup." Kebangunan berarti membawa sesuatu yang mati atau sekarat untuk hidup kembali. Revival itu untuk Gereja. Revival akan membawa kebangunan ke dalam hati umat Allah. Revival membuat kita diisi dengan kehidupan Allah yang segar, yang akan mengaduk kita dari roh yang menunda-nunda dan apatis, menyulut gairah di dalam hati akan perkara-perkara yang dari Allah. Ini akan menciptakan gairah untuk intim dan untuk melakukan hal-hal yang bisa menggerakkan hati-Nya, seperti mencari dan menemukan mereka yang terhilang.
Dalam revival Gereja akan disegarkan, dipulihkan, dan dijadikan menyala-nyala kembali. Gairah rohani disulut kembali. Ini terjadi saat Allah menjumpai kita dangan cara yang kuat dan dalam, membangunkan hati kita kepada Dia. Dalam keadaan ini kita seringkali akan mengalami penyembuhan batin, kemerdekaan, dan kemenangan pribadi. Hadirat Allah yang termanifestasi menjadi begitu nyata saat kita menghabiskan waktu bersekutu dengan Dia, meskipun sekedar dengan ‘rebahan di lantai’ di bawah kemuliaan-Nya.
Walaupun kedua hari ini begitu mulia, kita tidak boleh hanya sampai di sini saja! Begitu banyak mereka yang hanya menikmati kedua hari ini dan tidak pernah mau bangkit dari lantai. Mereka senang akan sensasi yang menegakkan bulu roma dan perjumpaan. Mereka sepertinya mau tetap tinggal dalam keadaan itu selama-lamanya. Seluruh ‘budaya revival’ selama ini hanya dibentuk dengan dua hari itu saja.
Tetapi Allah masih punya sesuatu bagi kita semua!

Hari KETIGA
"Di hari ketiga Dia akan membangkitkan kita sehingga kita bisa hidup di hadapan-Nya."
Allah membawa kita memasuki ‘Kehidupan Hari Ketiga.’
Di hari pertama kita bertobat dan berbalik kepada Allah. Di hari kedua kita dibangkitkan, dibangunkan, dan disegarkan. Di hari ketiga kita dibangkitkan untuk hidup di hadapan Dia dengan kuasa.
Allah sedang mentransisikan Gereja dari ‘budaya revival’ menjadi ‘budaya kebangkitan kuasa’.
Hari ketiga itu mengenai kebangkitan kuasa.
Ini jelas bisa dilihat dari nubuatan Allah kepada Yehezkiel di Yehezkiel 37.
Yehezkiel 37:1-10 menyatakan, ‘Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak (tulang-tulang manusia) bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering. Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!" (lihat juga 1 Korintus 15:35). Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN! (lihat juga Yohanes 5:28). Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu (tulang-tulang kering) hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN (Penguasa Yang Berdaulat, Yang menghendaki pelayanan yang loyal dan ketaatan)."
Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah (mengguntur) suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain. Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada (di atas tulang-tulang) dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas. Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali."
Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka (tulang-tulang), sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar. (AMP) (lihat juga Wahyu 11:11).
Pertama-tama, ada penyelarasan Ilahi terhadap tulang-belulang. Penyelarasan ini menyatakan adanya hal-hal yang sedang diletakkan di tempatnya. Tulang-tulang digoncang dan diatur ulang bersama-sama. Saat kita bertobat kepada Allah kita akan diselaraskan dengan benar dan dihubungkan dengan tepat ke tubuh.
Begitu sudah terjadi penyelarasan, Allah kemudian membangkitkan tubuh dengan menghembuskan nafas ke dalamnya. Ini terjadi saat Allah membangkitkan dan membangunkan umat-Nya. Ini merupakan kemuliaan hari kedua.
Tetapi Allah melanjutkan bergerak dan pada akhirnya, bukan hanya tubuh yang diisi dengan kehidupan baru, tetapi akan dibangkitkan dan akan berdiri di atas kakinya, dan ada tentara yang sangat besar!
Allah membuat kita bergerak di luar kebangunan pribadi dan korporat untuk bergerak maju ke suatu tempat sebagai pasukan besar-Nya di atas muka bumi. Inilah mengapa di hari kedua kita begitu dipenuhi secara melimpah agar di hari ketiga kita mengalirkan kuasa, kemuliaan, dan anugerah Allah bisa mengalir ke setiap mereka yang ada di sekitar kita. Inilah saat dimana kita bisa mulai hidup di hadapan Allah dalam kuasa kebangkitan. Inilah saat dimana kita bisa bergerak dalam dominion-Nya dengan otoritas Kerajaan untuk bergerak maju ke dunia yang ada di sekitar kita. Inilah saat kita bangkit dari lantai, saat ‘berendam di hadirat-Nya’, untuk dimobilisasi, diperlengkapi, dan diberdayakan sehingga mampu melakukan perkara-perkara perkasa dan luarbiasa!
Inilah HARI KETIGA itu!

Hujan Akhir yang lebat – Waktu Kedewasaan Penuh dan Penuaian
Hosea kemudian bernubuat, ‘Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal (menghargai, memberi perhatian sepenuhnya, dan menghormati) TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan (deras) pada akhir musim yang mengairi bumi.’ (Hosea 6:3, AMP).
Sewaktu kita bergerak di hari ketiga kita akan melihat dilepaskannya hujan akhir yang lebat.
Di Yoel 2:23 disebutkan bahwa sewaktu orang-orang mengoyakkan hatinya dan berbalik sepenuhnya dalam pertobatan kepada Allah, kita akan melihat Allah memulihkan bukan saja kerohanian umat-Nya, tetapi bahkan hujan-hujan musimannya. Saat Israel memberontak mereka kehilangan tuaiannya karena hujan-hujan musimnya dikacaukan. Begitu Allah memulihkan hujan awal dan hujan akhir, kita bisa melihat sesuatu yang gilang-gemilang terjadi.
Di Yoel 2:24-26 dikatakan Allah membuat tempat pengirikan penuh dengan gandum dan tempat-tempat pemerasan akan penuh dengan anggur dan minyak.
Ada dua macam hujan tahunan di Isreal. Hujan awal dan hujan akhir. Keduanya punya arti dan maksud dan datang di waktu dan musim yang khusus. Hujan awal akan datang sekitar bulan September/Oktober. Tujuannya untuk melembutkan tanah sehingga benih bisa ditanam. Hujan akhir turun di sekitar bulan April. Hujan ini turun dengan suatu maksud untuk menjadikan tuaian matang.
Hosea secara khusus bernubuat tentang hujan akhir. Ini hujan penuaian. Allah membawa umat-Nya ke tempat penuaian. Penuaian berbicara tentang kematangan yang penuh. Saat Gereja mulai hidup dalam kuasa kebangkitan sejatinya, bukan hanya umat Allah akan sampai ke kedewasaan penuhnya, tetapi penuaian yang penuh jiwa-jiwa akan datang. Kita ada di musim hujan akhir dimana Allah membawa umat-Nya ke kedewasaan sehingga kita akan sepenuhnya diberdayakan untuk mengambil tuaian hari-hari terakhir di bumi.
Sekarang ini saat berpindah dan bergerak dengan Roh Kudus untuk memasuki musim berikutnya. Saat Allah membangkitkan kita, kita juga harus bergerak bersama Dia dengan mau bangkit dari lantai gereja yang nyaman dan mau memasuki dunia dimana kuasa kebangkitan-Nya bisa dilihat. Bersiaplah untuk menjadi bagian Gereja Hari Ketiga yang Allah sedang bangkitkan di hari-hari terakhir ini.
Bertobatlah, bangun dan bangkitlah, lalu bergerak maju dalam kuasa di waktu hujan akhir untuk membawa tuaian hari terakhir. Kita diciptakan sebagai bagian tentara besar Allah untuk bergerak maju melepaskan kuasa dan kemuliaan-Nya memasuki dunia yang ada di sekitar kita.
Saduran bebas oleh Iskak Hutomo dari The Third Day Church: Transitioning from "Revival Culture" to "Resurrection Power Culture" oleh Matt Sorger

Minggu, 18 April 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (11 & 12)

(Rick Joyner, Prepared for the Times)-----Home---Artikel

BAGIAN – 11
Tentu saja penyebutan jabatan di dalam pelayanan kami telah membantu gereja mengerti tentang pelayanan apa yang kami lakukan. Tetapi pemakaian jabatan yang berlebihan dan penggunaan jabatan spiritual yang keliru telah membuat mata uang spiritual kita terdevaluasi. Sekarang ini di dalam pelayanan sulit untuk tidak menjumpai seseorang yang tidak menyebut dirinya nabi, rasul, atau bishop. Hal ini membuat saya lebih memberi rasa hormat kepada mereka yang menyebut diri “gembala” karena mereka begitu rendah hati.
Namun, kita memang berada pada waktu di mana pelayanan-pelayanan tersebut sedang dipulihkan dalam gereja, dan kita akan kehilangan tujuan yang ditetapkan Tuhan jika tidak bertemu dengan mereka. Kita harus mengenali dan menerima mereka. Jika kita menerima seorang nabi dalam nama nabi, maka kita akan menerima upah seorang nabi. Tetapi jika kita menerima seorang nabi hanya sebagai guru, maka kita akan menerima pengajaran. Hal yang sama berlaku bagi semua pelayanan. Jika kita menerima seorang rasul hanya sebagai guru, kita hanya akan menerima kepemimpinan. Karena itu para pemimpin gereja mempunyai tanggungjawab untuk “tahu siapa yang melayani di antara kamu”.
Sekali lagi, ada tempat, bahkan kebutuhan untuk penggunaan jabatan pelayanan seperti yang dilakukan rasul Paulus yang mempertahankan kerasulannya. Tetapi dia melakukan hal itu untuk jemaat, bukan kepentingan dirinya sendiri. Dalam mempertahankan jabatan itu kita tidak melihat adanya promosi diri, tetapi justru roh kebapaan yang memberi perintah kepada anak-anaknya. Ada anugrah, wibawa, dan kebijaksanaan yang merupakan ciri seorang utusan yang benar yang telah diutus oleh sang Raja.
Demikian juga pewahyuan, mimpi atau penglihatan yang datang dari Dia, memiliki ciri yang sama. Pada jaman kita ini Tuhan menuntun kita lebih dengan cara memanggil, bukan memerintah. Dia mempunyai otoritas untuk melakukan apapun yang Dia kehendaki, tetapi seperti kita lihat dalam kitab Wahyu 3:20, Dia berdiri di luar gerejaNya dan mengetuk untuk melihat apakah ada yang mendengar dan membuka pintu bagiNya. Alasannya adalah karena kita berada pada suatu masa di mana Dia mencari mereka yang mau bersama-sama menjadi ahli waris dengan Dia, yaitu mereka yang taat karena memang mencintai kebenaran bukan karena perintah. Oleh karena itu, kita tidak boleh merasa tertekan untuk bertindak apabila menerima pewahyuan profetis, tetapi terpanggil. Kita telah mengalami saat-saat di mana kita menerima peringatan tentang sesuatu yang memerlukan tindakan. Tetapi itupun harus datang dengan wibawa dan anugrah Tuhan, menghimbau untuk suatu respon, bukan menekan, seperti dikatakan dalam Yakobus 3.
Saya telah belajar bahwa ketika saya ditekan untuk melakukan sesuatu dengan cepat, maka itu bukan dari Tuhan. Dan biasanya tindakan itu merupakan kesalahan besar. Tuhan yang melihat akhir sesuatu dari awalnya tidak akan memburu-buru kita untuk melakukan sesuatu. Saya tahu beberapa nasehat alkitabiah untuk menanti-nantikan Tuhan dan bertindak sabar, tetapi saya belum pernah membaca satu ayatpun yang memerintahkan kita untuk bertindak terburu-buru. Melalui pengalaman dan kesalahan-kesalahan, saya belajar hal-hal tertentu tentang cara Dia memimpin dan berbicara.
Berikut ini adalah suatu prinsip penting bagi pelayanan yang benar tetapi seringkali disalahmengerti banyak orang. Roh Kudus adalah Penolong, bukan “pelaku”. Orang berkata bahwa pelayanan mereka benar karena tidak seorang pun dari mereka terlibat dalam pelayanan itu, hanya Roh Kudus yang bekerja. Sebenarnya keterlibatan mereka dalam pelayanan itu adalah hal yang benar. Jika Tuhan menghendaki suatu pelayanan yang 100 persen Dia lakukan sendiri tanpa keterlibatan kita, maka Dia tidak akan kembali ke surga, dan Dia tidak akan membiarkan seorang pun melakukan sesuatu.
Di kitab Lukas pasal 10 kita membaca bahwa Tuhan mengutus para muridNya berdua-dua untuk memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Mereka begitu berhasil sehingga ketika kembali Yesus berkata bahwa Dia melihat setan jatuh dari atas seperti kilat. Tetapi, sebelum pasal berikutnya kita melihat bahwa para murid minta kepada Yesus untuk diajar berdoa. Mereka melakukan mujizat-mujizat itu tetapi tidak tahu bagaimana berdoa!
Para murid ini jelas kelihatan jauh dari sempurna, juga belum dewasa ketika Tuhan mempercayakan mereka dengan suatu otoritas yang luar biasa. Tetapi saya percaya bahwa mereka yang disembuhkan, dilepaskan, atau mendengar kabar baik tentang kerajaan Allah tidak ada yang komplain. Bahkan sebelum Yesus disalib para murid ribut mempertanyakan siapa yang terbesar padahal mereka sedang dalam pembentukan menjadi pemimpin gereja dalam beberapa minggu kemudian. Beberapa tahun kemudian, ada dari mereka masih melakukan kesalahan besar, seperti Petrus, yang harus diperingatkan oleh rasul paling muda di Antiokhia karena “dia hanya diam saja”.
Kita menjadi orang bodoh jika mencari kesempurnaan dalam pelayanan atau kepemimpinan, tidak perduli betapapun dewasanya mereka. Pengharapan kita jangan diletakkan pada bejana yang dipakai, melainkan pada harta yang ada di dalamnya, yaitu Roh Kudus. Jika kita terus menaruh rasa percaya kita kepadaNya dengan benar, kita tidak akan menjadi orang yang bergantung atau dikecewakan manusia secara berlebihan. Jika pelayanan atau para pemimpin memang benar-benar hamba, mereka tidak akan berusaha membangun rasa percaya orang lain pada mereka tetapi rasa percaya Tuhan pada mereka. Yesus adalah satu-satunya fondasi di mana kita bisa mendirikan suatu bangunan kekal. Kalau kita membangun rasa percaya manusia kepada kita dan bukan rasa percaya Tuhan, maka kita telah gagal, dan fondasi itu akan hancur juga, karena selain Tuhan tidak ada yang bisa menahan beban yang begitu berat.
Hal ini penting karena mentalitas sempurna yang didasarkan pada diri sendiri dan bukan pada Tuhanlah yang menghalangi banyak orang melangkah dalam panggilan dan pelayanan mereka. Kita tidak menjadi sempurna dulu baru bisa dipakai oleh Tuhan, tetapi kita disempurnakan dengan mau dipakai oleh Tuhan.

BAGIAN – 12
Perintah Agung memerintahkan kita untuk menjadikan orang murid Yesus, bukan hanya petobat. Definisi dari menjadikan murid adalah mengajar mereka untuk memperhatikan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan. Karena itu murid Kristus yang sesungguhnya pasti memiliki pandangan Kristen terhadap dunia, artinya melihat dunia seperti Kristus melihatnya. Penelitian menunjukkan bahwa 65 persen orang Amerika menyatakan diri lahir baru, tetapi hanya 6 persen yang benar-benar mempunyai pandangan Kristen terhadap dunia. Mengapa hal itu terjadi? Jelas bahwa kita hanya menjadikan mereka petobat, bukan murid.
Hal ini juga terlihat bahwa hanya 5 persen dari mereka yang “mengambil keputusan untuk menerima Yesus” berada dalam gereja. Dalam Perjanjian Baru setiap orang yang menerima Kristus bergabung dalam gereja. Tetapi hari ini memang banyak gereja yang jauh dari kehidupan gereja yang seharusnya, dan petobat-petobat baru merasa tidak punya hubungan dengan gereja. Jelas bahwa harus ada perubahan yang dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara kekristenan moderen dan alkitabiah.
Penyelesaian masalah ini ditunjukkan oleh kelima jawatan yang memperlengkapi umat Tuhan seperti tertulis dalam Efesus 4:11, yaitu rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (Efesus 4:12-13)
Kita tidak bisa benar-benar menjadi murid Kristus tanpa setidaknya memiliki pandangan Kristen terhadap dunia. Apabila pandangan kita terhadap dunia lebih terbentuk oleh media, pendidikan sekuler, falsafah hidup yang diturunkan oleh orangtua atau nenek moyang yang tidak memiliki pandangan Kristen, atau bahkan pandangan-pandangan kita sendiri, maka kita bukanlah murid Kristus yang sebenarnya. Jika kita telah menerima pengajaran Kristus sendiri, maka kita akan mempunyai pandangan seperti Dia. Ini harus menjadi tujuan dasar setiap orang Kristen.
Memiliki pandangan Kristen merupakan hal yang penting untuk mengerti waktu. Kalau kita ingin menjadi gereja yang profetik, yang memiliki pesan dari Tuhan untuk dunia, maka seharusnyalah kita memandang dunia dari sudut pandang Dia. Oleh karena itu murid Kristus yang sebenarnya akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu pandangan Tuhan daripada pandangan orang lain. Pandangan Tuhan yang terutama disingkapkan di dalam Alkitab. Jika Yesus, yang adalah Firman Tuhan, selalu mengatakan “ada tertulis” ketika menghadapi tantangan si jahat, bukankah kita seharusnya lebih kuat lagi berdiri di atas Firman yang tertulis?
Karunia nubuatan memang menyingkapkan kehendak Tuhan yang bersifat taktis dan strategis. Tetapi hanya Firman yang tertulislah yang diberikan untuk membangun doktrin. Para nabi yang menulis Alkitab jelas memiliki kedalaman Firman dan menebarkannya melalui nubuatan mereka. Besar kemungkinannya bahwa kita akan dipercaya dengan karunia nubuatan hanya pada tingkat di mana kita telah membangun pandangan yang alkitabiah terhadap dunia, yaitu pandangan Tuhan Sendiri atas dunia.
Kita sedang berada pada masa di mana “segala sesuatu yang bisa digoncang akan digoncang” (Ibrani 12:27), dan semua pandangan dunia akan rontok karena tidak didasarkan pada kebenaran. Melalui perumpamaan kita diajar bahwa dengan mendengar dan mentaati Firman Tuhan kita membangun rumah di atas karang, sehingga sanggup menghadapi badai yang akan datang (Matius 7:24-25). Hanya Firman Tuhan yang berdiri teguh. Oleh karena itu membangun hidup kita serta pandangan kita terhadap dunia berdasarkan FirmanNya harus merupakan pengabdian hidup kita.
Mencari pandangan Tuhan, terutama yang ada di dalam Alkitab, merupakan dasar dari pelayanan profetik, bahkan dasar dari pemuridan. Saya belum pernah bertemu dengan seorang nabi yang benar yang tidak mempelajari Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan dari mereka memiliki pengertian yang lebih dalam daripada para ahli teologi. Pencari Firman yang benar akan membaca Firman dengan gairah dan kecintaan, bukan karena kewajiban atau profesi.
Pelayanan profetik juga sangat supranatural dengan pengetahuan yang tidak diperoleh melalui pembelajaran. Memang ada pengecualian, tetapi kelihatannya mereka yang diberi karunia pewahyuan paling besar adalah mereka yang mempunyai fondasi kuat dalam Alkitab, dalam sejarah, dan dalam pengetahuan waktu di mana mereka berada. Nubuatan besar yang spektakuler dan supranaturallah yang mendapat perhatian dalam pelayanan profetik, tetapi itu tidaklah selalu yang paling penting, dan jelas bukan inti dari pelayanan profetik. Sama seperti kebangunan-kebangunan rohani yang spektakuler yang biasanya dimasukkan dalam buku sejarah, padahal itu hanya sebagian kecil saja dari pekerjaan Tuhan, demikian juga dengan nubuatan yang spektakuler, akan menarik perhatian besar, tetapi mungkin tidak sepenting nubuatan-nubuatan yang kurang spektakuler dan biasa. Karena itu tujuan utama kita bukanlah untuk menjadi spektakuler, melainkan taat dan setia hari lepas hari.

Minggu, 11 April 2010

IMPARTASI dan PENGURAPAN

IMPARTASI dan PENGURAPAN------Home
(Bobby Conner)

Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu, Roma 1:11
Kerinduan hati rasul Paulus yang paling dalam bukanlah hanya bisa bertemu dengan orang-orang percaya, tetapi juga bisa memberi mereka karunia. Sebagai seorang rasul, motivasi hatinya bukanlah hanya mengajar, menanam gereja, melakukan mujizat, atau membangun tatanan apostolik saja – melainkan juga memberi semua yang bisa dia berikan, mengimpartasikan apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya, mengalirkan dengan leluasa semua karunia-karunia rohani, sehingga mereka kuat.
Melakukan impartasi harus menjadi gairah semua orang percaya. Keinginan untuk mengimpartasi adalah keinginan hati Tuhan. Dia ingin mencurahkan DiriNya kepada seluruh keluargaNya, memperlengkapi orang percaya untuk melakukan persekutuan dengan Dia maupun untuk pelayanan (Efesus 4:11-12). Semua karunia dan kemampuan hanya datang dari Kristus dan untuk Kristus, jadi kita harus bersukacita menjadi suatu bejana yang bisa membantu orang lain maju dalam panggilan mereka, bukan diri kita sendiri. Tuhan memanggil kita untuk terlebih dahulu membantu orang lain – bukan pelayanan kita sendiri – sehingga bisa melangkah lebih tinggi bersama Tuhan. Kita sekali-kali tidak boleh melupakan prinsip ini: kita telah menerima dengan cuma-cuma, karena itu kita perlu memberi dengan cuma-cuma (Matius 10:8). Tujuan kita adalah menghadirkan Raja dalam kerajaanNya, membantu orang lain menemukan destini yang telah ditetapkan Tuhan bagi mereka, dan mempersiapkan mereka untuk bisa berfungsi lebih baik dalam panggilan mereka (Efesus 1:18).
Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai impartasi ialah metadidomi , yang terdiri dari dua kata Yunani yaitu meta dan didomi. Meta berarti seperti berjalan bersama orang lain. Didomi berarti lebih dari sekedar memberi. Kata ini menunjukkan kelimpahan – memberi sepenuhnya kepada orang lain dengan penuh rasa percaya. Didomi berarti memberi seluruh yang ada pada seseorang. Jadi mengimpartasi berarti memberi dengan melimpah dari kedalaman diri seseorang. Tindakan “melimpahkan” ini sama dengan kata yang dipakai untuk menjelaskan bagaimana lautan “melimpahkan” apa yang tersembunyi di dalamnya. Dari kedalaman Roh Tuhan, melalui roh kita, terjadilah impartasi.

Yang harus diperhatikan dari impartasi yang indah ini adalah: kita tidak bisa memberikan apa yang tidak kita miliki. Kalau kita ingin mengimpartasi, pertama-tama kita harus mempunyai sesuatu untuk dilepaskan. Untuk bisa mengimpartasi, orang terlebih dahulu harus diurapi dengan apa yang akan diimpartasi. Dua realita spiritual dari impartasi dan pengurapan ini berbeda, tetapi saling berhubungan dan bekerjasama seperti yang dikehendaki Roh. Bagaimana hal ini terjadi?
Inilah kebenaran luar biasa dari kerajaan Tuhan: ketika kita berkotbah, mengajar, atau melayani dengan kasih, di dalam Roh Tuhan, kita mengimpartasikan substansi Kristus, bukan sekedar informasi tentang Dia.
Yesus meneguhkan janji profetik dari Yesaya 61:1-5:
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin .. Lukas 4:18
Menerima pengurapan berarti menerima kemampuan ilahi. Kemampuan apakah yang dimaksud? Pengurapan itu tidak kurang dari Kristus Sendiri: kata Yunani yang diterjemahkan sebagai mengurapi itu sama dengan akar kata yang berarti Kristus, yaitu chrio. Apa artinya mempunyai chrio atau diurapi? Itu berarti membawa Kristus, Yang Diurapi. Pengurapan yang sama ini menguduskan Raja kita untuk melakukan pelayanan Mesianik dan memberiNya kuasa untuk memerintah dalam KerajaanNya. Inilah urapan yang kita terima – Tuhan Yesus Kristus di atas dan di dalam hidup kita, Pribadi Roh Kudus Sendiri. Diurapi adalah diolesi dan dipenuhi dengan Kristus. Dalam bahasa Ibrani, mengurapi atau mashach berarti mengolesi dengan cairan atau menguduskan. Dengan kata lain, sebagai orang yang percaya Yesus Kristus kita dikuduskan sebagai imam kudus untuk melayani di dalam NamaNya, diurapi oleh Dia dan dengan Dia. Dialah urapan itu!
Dari mana urapan dan kuasa yang benar datang? Dari Roh Tuhan! Kita tidak melayani dari kemampuan akademis atau kemampuan manusiawi – tetapi urapan Roh Kudus, yang kemudian kita impartasikan.
Inilah pesan Tuhan yang penting dan urgent bagi gerejaNya: kita harus belajar untuk hidup dan bekerja di dalam dan melalui Dia, Yang Diurapi – bukan dengan kemauan dan kekuatan sendiri. Kita harus belajar mengimpartasikan Kristus – urapan, bukan agenda dan ide sendiri.
Banyak dari kita mempunyai pengalaman ini: kita mendengar kotbah atau pengajaran – kata-katanya benar dan tepat, bahkan sangat inspiratif, tetapi kita tidak bisa menerima kata-kata yang diucapkan dalam kedalaman hati kita. Pesan yang disampaikan mungkin menggairahkan untuk didengar dan direnungkan, bahkan dipelajari dan didiskusikan, tetapi hati kita tidak tergerak. Pengalaman ini sama dengan membaca buku pelajaran, mengikuti kuliah, atau mengikuti instruksi ketika belajar mengemudi. Kita mungkin sudah mencapai suatu tujuan dalam arti suatu argumentasi logis, atau kisah penuh warna, tetapi dalam realita kita tetap duduk di kursi kita, tidak berubah, bisa merasa mendapat dorongan, tetapi juga bisa menjadi bengkak dengan pengetahuan religius tentang Tuhan.
Mengapa hal itu terjadi? Kata-kata si pembicara tidak dibawa oleh nafas Tuhan, tetapi oleh jiwa dan keinginan baiknya sendiri – atau keangkuhan dan ambisinya sendiri. Kata-kata mereka tidak diurapi dengan substansi Kristus. Mungkin mereka telah berbicara dengan “lidah manusia dan malaikat”, tetapi Roh Kasih tidak hadir. Kata-kata mereka hanyalah “gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing” (1 Korintus 13:1). Pelayanan seperti ini tidak ada gunanya. Yesus mengingatkan bahwa tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa (Yohanes 15:5).
Banyak dari kita mungkin mempunyai pengalaman berbeda ketika mendengar seseorang berkotbah atau mengajar. Mungkin kata-kata mereka biasa saja. Mungkin mereka lupa dengan catatannya. Mungkin mereka bicara dengan gagap bahkan kontradiksi dengan diri mereka! Mungkin mereka hanya membaca satu ayat atau memberi suatu ilustrasi atau mengucapkan sebuah doa sederhana. Mungkin mereka tidak berpendidikan tinggi, kaku, atau tidak berpengalaman – tetapi kita tergerak. Hati kita menyala seolah-olah Kristus Sendiri yang berbicara, berdiri di depan kita. Dan memang benar demikian! Kasih berbicara … dan suatu dunia baru tercipta di dalam kita. Tuhan memilih yang bodoh bagi dunia untuk mempermalukan yang berhikmat (1 Korintus1:27).
Inilah perbedaan antara melayani dengan urapan Kristus dan berbicara dari kemampuan dan pelatihan alami seseorang.
Setelah mengerti dan belajar menerima urapanNya, kita sekarang mengerti apa arti impartasi yang sebenarnya. Kemampuan untuk mengimpartasi bisa dilakukan apabila kita menerima urapan. Kalau kita mempunyai karunia untuk mengimpartasi seperti ini, apapun yang kita katakan atau lakukan di dalam pengurapan akan memberi dampak yang dalam pada mereka yang mendengarkan. Substansi Kristus akan diimpartasikan pada roh mereka yang responsif.
Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka (Amsal 8:17, 21).
Tuhan ingin memberi kita harta spiritual. Harta yang Dia berikan ini tidak ternilai dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang kita miliki. Tidak ada gunanya kita membagikan sesuatu kepada mereka yang mendengar kita jika kita belum memiliki harta ini dan tinggal di dalamnya – yaitu Kristus Sendiri – yang kita terima sebagai roti segar setiap hari. Apa yang dimaksudkan Tuhan dalam Amsal di atas dengan mengisi penuh perbendaharaan mereka? “Perbendaharaan kita dipenuhi” bisa diartikan sebagai cabang yang menerima impartasi kehidupan dari pokok anggur. Kita harus dipenuhi dengan kehadiran Kristus, sehingga dari dalam diri kita mengalir sungai kehidupan.
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yohanes 15:4-5)

Aspek Paling Penting dari Pelayanan Apapun atau Perjumpaan Pribadi Bukanlah Kata-kata Melainkan Impartasi dari “Roh dan Kehidupan”

Kemampuan untuk mengimpartasi ini berhubungan dengan hubungan pribadi yang berkualitas dengan Yesus (mereka yang mencari Aku pagi-pagi) – karena Dia telah memberi impartasi kepada kita terlebih dahulu. Perhatikan janji ini: kita akan dipenuhi apabila prioritas tertinggi kita adalah mencari Dia (Matius 6:33). Kita hanya bisa menemukan Dia pada tingkat ini apabila kita mencari dengan sepenuh hati (Yeremia 29:12-13). Dia layak menerima tidak kurang dari itu!
Seorang Kristen yang punya komitmen dan mempunyai karunia untuk mengimpartasi seperti ini akan menonjol di antara orang lain karena dia membawa kemuliaan Tuhan. Tujuan hati kita adalah membawa hadirat Tuhan yang tinggal sedemikian rupa sehingga orang lain bisa merasakan dan mendengar Dia ketika kita melayani. Tujuan kita adalah dipenuhi dengan kemuliaan hadirat Tuhan yang kuat dan pekat. Akan menjadi suatu kesaksian yang indah bila orang berkata bahwa urapan Kristus Sendiri ada di dalam hidup seseorang dan pelayanannya.

Ketika urapan ini aktif, orang ditarik dengan rasa lapar yang kuat. Seringkali apabila seseorang yang memiliki urapan Kristus yang sebenarnya selesai bicara, orang akan berkata, “Tolong teruskan pesannya” atau “Saya bisa mendengarkan anda berjam-jam.” Mengapa orang merespon seperti itu? Mereka merespon bukan karena kedalaman Firman yang disampaikan atau karena urapan luar biasa pada si pembicara, tetapi pada “impartasi” yang mengalir melalui roh. Melalui karunia impartasi, kita menjadi saluran di mana kehidupan Tuhan mengalir pada roh orang lain! Inilah hati dari setiap pelayanan – baik di atas mimbar, di tempat kerja, atau di meja dapur.
Ketika saya melayani, saya bisa melihat apakah orang-orang telah terhubung dengan Roh atau apakah mereka mencoba mengerti secara intelektual. Alangkah indahnya apabila mereka mendapat makanan secara spiritual, bukan secara natural – dan mereka tahu bahwa mereka menerima sesuatu yang luar biasa – substansi ilahiNya.
Sekali lagi saya ingin menggaris bawahi bahwa kita tidak bisa memberi apa yang tidak kita miliki:
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. (Yohanes 6:63)
Karunia “pewahyuan profetik” memampukan kita untuk mengatakan suatu pesan. Kemudian, melalui pengurapan itu pesan tersebut bisa diimpartasikan kepada orang lain. Saya banyak berdoa untuk pengurapan dan karunia nubuatan ini dalam hidup saya, dengan disertai kemampuan untuk mengimpartasi. Kita harus menyediakan waktu khusus untuk Tuhan agar bisa dipenuhi dengan substansi spiritualNya, sehingga bisa mengimpartasikan keberadaanNya (Yeremia 3:15). Kita harus datang di hadapan tahtaNya setiap hari untuk menerima roti segar dari surga untuk memberi makan umatNya (Kisah 20:28).
Saya telah berkotbah lebih dari 40 tahun, rata-rata berbicara lima kali setiap minggu selama empat dekade. Selama pelayanan itu, saya belajar bagaimana membawa orang-orang kepada Kristus, bukan kepada diri saya sendiri. Tuhan pernah berkata begini, “Bentuk pengkhianatan paling besar adalah apabila hamba-hambaKu yang menerima karunia untuk memenangkan jiwa bagiKu – ternyata memakai karunia itu untuk membawa orang-orang itu bagi diri mereka sendiri.” Semoga tidak ada dari kita yang kedapatan melakukan tindak kriminal ini!
Aspek terpenting dari setiap pelayanan - bahkan perjumpaan pribadi apapun, bukanlah kata-kata, atau pengertian dari kata-kata tersebut, melainkan impartasi dari “Roh dan Kehidupan” – yaitu substansi spiritual Kristus yang mengalir melalui kata-kataNya dan RohNya yang diurapi kepada roh mereka yang siap menerima.

Bagaimana Menerima dan Mengembangkan Karunia untuk Mengimpartasi?
Kita ulang kembali: pewahyuan profetik memampukan kita untuk mengatakan suatu pesan. Pengurapan itu memampukan kita untuk mengucapkan kata-kata yang diberikan kepada kita. Kemudian, melalui impartasi, kata-kata itu menjadi roh dan kehidupan dan mengalir di dalam kedalaman mereka yang mempunyai telinga untuk mendengar. Kita harus berdoa agar bukan hanya pesan kita yang diimpartasi melalui pengurapanNya, tetapi juga agar mereka yang mendengar pesan kita mempunyai hati yang terbuka dan telinga yang mendengar. Mereka yang siap menerima secara spiritual akan mengalami Substansi Ilahi mengalir ke dalam diri mereka: inilah kehidupan pokok anggur Yesus yang mengalir ke cabang-cabang – para pendengar - dan aliran substansi ini berbeda dari pesan sebenarnya yang sedang disampaikan. Pendengar yang mempunyai telinga untuk mendengar akan menginginkan lebih lagi ketika mereka mengenali bahwa roh itu mengalir kepada mereka.
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. (1 Tesalonika 2:8)
Bagaimanakah cara menerima dan mengembangkan karunia untuk mengimpartasi ini? Melalui waktu persekutuan yang berkualitas dengan Yesus dan dengan menginginkan kemampuan ini agar Dia memberi makan kepada mereka yang lapar secara spiritual. Memiliki fakta dan informasi logis itu baik – dan kita memang harus belajar seperti orang-orang Berea - tetapi pengetahuan tentang Firman saja tidak bisa memberi makan roh kita. Hanya pengurapan yang memampukan kita berbicara tentang Tuhan dan untuk Tuhan, dan hanya impartasi dari Tuhan yang bisa memberi makan roh kita dan roh mereka yang ada di sekitar kita.
Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. (1 Korintus 2:7) Impartasi itu tidak bisa dilihat – itu adalah substansi spiritual yang melekat pada kata-kata. Seperti pembonceng yang tidak kelihatan, impartasi membawa Firman Tuhan memasuki roh mereka yang lapar spiritual. Mereka mungkin tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi mereka tahu bahwa mereka diberi makan dan akan merespon. Sungguh luar biasa bila kita meninggalkan suatu kebaktian atau percakapan dan tahu bahwa Tuhan disenangkan dengan apa yang terjadi.
Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.
Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.
Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.
Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, (1 Korintus 2:1-4)
Paulus berkata bahwa kata-kata yang dia sampaikan bukanlah dengan hikmat manusia melainkan dengan demonstrasi Roh. Demonstrasi Roh ini adalah impartasi yang terjadi, yang tidak ada kaitannya dengan kata-kata itu sendiri. Ini adalah kehidupan dan energi ilahi Kristus yang mengalir dari Tuhan melalui si pembicara kepada mereka yang siap menerima.
Keinginan saya yang paling dalam adalah mengimpartasikan kehidupan Kristus yang telah diimpartasikan kepada saya.
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.(1 Petrus 2:5)
Keberadaan kita sebagai “batu yang hidup” berarti bahwa kita telah menjadi “radiasi ilahi” yaitu – di manapun kita berada, apapun yang kita ucapkan dan lakukan, kita menyebarkan Dia, Roh Tuhan yang luar biasa, melalui impartasi urapanNya.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo

Rabu, 07 April 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (9 & 10)

(Rick Joyner, Prepared for the Times)-----Home---Artikel

Bagian – 9
Alam merupakan sebuah media di mana Tuhan berbicara kepada kita. “Alam adalah buku Tuhan yang kedua” – inilah pada dasarnya yang dikatakan oleh Rasul Paulus di kitab Roma 1 dan juga dinyatakan dalam Mazmur 19. Seperti tertulis di Kolose 1, Yohanes 1, dan berbagai kitab lain, segala sesuatu diciptakan melalui Yesus dan bagi Dia, dan semua berbicara tentang Dia. Saya sangat percaya bahwa segala sesuatu di alam berbicara tentang Yesus, satu-satunya Anak, dan kesayangan hati Bapa, pada kedalaman yang tak terbatas. Karena kita merupakan satu bagian besar dari rencana Bapa untuk AnakNya, kita juga bisa melihat tempat kita di dalam pesan penciptaan.
Kunci untuk membuka pesan pada segala sesuatu adalah Yesus. Dia adalah segala yang Bapa kasihi, dan segala sesuatu diciptakan melalui dan untuk Dia. Dalam segala yang diciptakan Bapa mencari Sang Anak. Dia mencari AnakNya di dalam kita. Efesus 1:9-10 berkata, “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” Karena tujuan utama Tuhan adalah untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam AnakNya, sedangkan panggilan dasar kita adalah untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, melihat Sang Anak merupakan hal yang dasar untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan Bapa. Yesus adalah komunikasi dasar dari Tuhan, karena itu Dia disebut “Firman” Tuhan dalam pasal pertama injil Yohanes.
Karena ada kunci-kunci dasar dalam mempelajari bahasa, Yesus merupakan kunci dasar untuk mengerti bahasa Allah. Kalau engkau ingin mengerti apa yang dikatakan Tuhan melalui suatu keadaan, lihatlah dari sudut pandang Roh Kudus yang ingin menampilkan Sang Anak dalam dirimu, dan itu biasanya menjadi sangat jelas. Firman Tuhan berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28). Hal terbaik yang bisa datang atas kita adalah melihat kemuliaanNya dan diubahkan menjadi serupa dengan Dia. Mulailah mencari Dia dalam segala hal.
Saya suka membaca penemuan-penemuan dalam ilmu fisika dan astronomi karena Mazmur 19 itu benar – langit menyatakan kemuliaanNya! Seseorang pernah berkata bahwa hal terburuk yang dialami oleh seorang ateis adalah melihat keindahan matahari terbenam tanpa bisa mengucap syukur. Bagaimana kita bisa melihat kagum pada kemuliaan suatu ciptaan tanpa mengagungkan sang Pencipta? Elizabeth Barrett Browning pernah berkata, “Bumi penuh sesak dengan surga, dan setiap semak menyala dengan Tuhan; tetapi hanya mereka yang melihatnya melepaskan kasut. Yang lain hanya duduk di sekelilingnya dan memetik buah berry.” Karena itu kita mau melihat bukan hanya dengan mata alami, tetapi juga dengan mata spiritual. Inilah yang didoakan oleh rasul Paulus dalam kitab Efesus 1, agar “mata hati kita dibuka”.
Newton mendapat predikat sebagai “bapak fisika moderen”, dan dia adalah seorang Kristen yang penuh gairah dan selalu mencari Kristus dalam setiap ciptaan. Newton juga percaya pada apa yang sekarang disebut sebagai “Kode Alkitab”. Bertahun-tahun dia menyelidiki hal ini. Kode Alkitab itu memang ada, tetapi terlalu pelik untuk bisa ditemukan tanpa bantuan komputer, sedangkan Tuhan ingin menyimpannya sampai akhir jaman. Masalahnya bukanlah apakah engkau percaya pada kode Alkitab atau tidak. Newton melihat suatu simetri dan presisi matematis dalam ciptaan sehingga dia percaya bahwa itu juga ada di dalam Alkitab, pada lapisan kedalaman arti dan tujuan. Ini karena pada jamannya mereka baru saja menemukan melalui mikroskop yang tidak terlalu canggih, bahwa ada blok-blok bangunan begitu banyak pada ciptaan, yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Memang tidak mudah untuk dijelaskan, tetapi ada kemungkinan bahwa Newton telah “melihat dalam cermin gambaran samar-samar” (1 Kor 13:12) hal-hal seperti gen dan DNA.
Ide Newton tentang Kode Alkitab tidak muncul hanya dari penelitiannya terhadap ciptaan saja, tetapi juga dari beberapa teman-teman Rabbi yang telah percaya pada adanya Kode Alkitab selama beberapa generasi. Kode Alkitab tidaklah diperlukan untuk iman orang yang memiliki Roh Kudus. Tetapi eksistensinya merupakan suatu kesaksian betapa dalam dan ruwetnya komunikasi Tuhan dengan umatNya, juga betapa dahsyatnya keteraturan yang Dia tetapkan dalam segala hal. Mungkin kita melihat banyak situasi dan kejadian yang begitu saja kita jumpai, tetapi itu hanyalah sejauh yang bisa ditangkap oleh manusia. Dalam ciptaan ada suatu keteraturan dan tujuan yang lebih dalam, lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih luas dari yang bisa dijangkau oleh pikiran manusia.
Einstein juga melihat adanya suatu hubungan yang dalam di dalam seluruh ciptaan yang dia sebut sebagai “Alasan yang memanifestasikan diri di alam”. Alasan ini adalah Kristus, melalui Siapa dan untuk Siapa segala sesuatu diciptakan. Karena itulah segala sesuatu dipersatukan oleh kuasa Firman (Kristus). Segala sesuatu bukanlah Tuhan, seperti yang dipercayai oleh kaum pantheist. Tetapi Dia sebenarnya ada di dalam segala sesuatu dan mempersatukan seluruh alam semesta. Rasul Paulus menyatakannya sebagai berikut, “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,” Kolose 1:27 mengatakan, “Kristus ada di tengah-tengah kamu (di dalam kamu), Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” Kadang-kadang lebih mudah bagi kita untuk melihat Kristus di alam daripada dalam diri kita. Ingatlah, kita adalah baitNya! Karena itu Dia berbicara kepada kita dari dalam, dan kita perlu mengenali suaraNya ketika Dia berbicara. Dia juga berbicara kepada kita melalui umatNya, dan kita perlu bisa menangkap suaraNya. Sekali lagi, ini bukanlah suatu pelajaran untuk mengenal firman Tuhan saja, melainkan juga mengenal Firman itu Sendiri. Ketika kita mengenal Dia, kita akan mengenali suaraNya kapan saja, dan melalui siapapun yang Dia pakai untuk berbicara.

SIAP – 10
Kita membaca dari kitab Wahyu 2:20 bahwa Izebel “menyebut dirinya nabiah”. Kita harus waspada pada mereka yang kehidupan spiritualnya begitu kecil sehingga harus mempromosikan diri sedemikian rupa dan memakai sebutan hebat agar dikenal orang. Saya mendapat kesempatan untuk mengenal beberapa orang yang benar-benar berjalan dalam pelayanan profetik yang murni dan tidak seorangpun dari mereka ini yang perduli apakah orang mengenal mereka sebagai nabi. Leonard Ravenhill pernah berkata kepada saya, “Engkau tidak perlu mengiklankan api.” Kalau engkau benar-benar memiliki sesuatu, engkau tidak perlu mempromosikan diri. Yesus berkata dalam Yohanes 7:18, ‘Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.’ Terjemahan kata “hormat” (Ing. glory ) di atas dalam bahasa Yunani adalah doxa dan bisa diterjemahkan sebagai “dikenal”. Ketika motivasi kita adalah mencari hormat dan popularitas diri, maka kita tidak bisa disebut sebagai utusan Tuhan yang sebenarnya. Kalau kita ingin dipakai Tuhan sebagai nabi, kita harus mempunyai motivasi untuk mencari kehendak Tuhan dan membawa orang kepadaNya, bukan kepada diri kita sendiri.
Untuk membantu orang-orang profetik memiliki sikap seperti itu, nabi yang sesungguhnya biasanya jarang dikenal, sampai mereka meninggal dan tidak menjadi ancaman bagi orang lain. Kebanyakan nabi mengalami aniaya, dakwaan, dan ancaman terus menerus, seperti yang kita lihat pada Yesus. Oleh karena itu penerimaan dan dorongan seorang nabi yang sebenarnya harus datang dari pengenalan akan Tuhan, bukan manusia.
Masalah lain yang terus dihadapi oleh nabi yang benar adalah adanya nabi palsu, di mana orang biasanya menimpakan kesalahan pada semua nabi. Alkitab membenarkan bila kita menguji seseorang yang datang dan menyatakan diri dengan sebutan seperti itu. Kalau kita benar-benar diutus oleh Tuhan, kita pasti tidak perduli dengan ujian itu – bahkan justru menghargainya karena akan menunjukkan bahwa kita memang benar.
Ujian pertama yang saya pakai adalah seperti ini: Apakah orang ini datang dengan wibawa, gaya dan hikmat dari Raja kita? Alkitab menunjukkan bahwa nabi bisa bersikap aneh, tetapi tetap ada wibawa ilahi yang menunjukkan bahwa dia memang utusan yang benar. Memang sulit untuk didefinisikan, tetapi kalau kita belajar untuk mengenali hal itu, maka tidak akan sulit untuk melihatnya.
Tentu saja utusan Raja bukanlah Raja itu sendiri dan kita tidak boleh berharap bahwa mereka adalah orang yang sempurna. Rasul Paulus sendiri berkata kepada orang-orang Galatia bahwa dia tahu kalau dagingnya merupakan cobaan bagi mereka, dan menasehati agar mereka tidak memperdulikan hal itu, dan menerima dia sebagai seorang malaikat, atau utusan Tuhan.
Saya mengenal begitu banyak hamba-hamba Tuhan yang terkenal, dan saya melihat bahwa mereka yang benar-benar murni dan berisi adalah yang paling tidak perduli dengan sebutan dan kehormatan atas diri mereka, tetapi justru yang paling menghormati orang lain, terutama kepada siapa mereka diutus. Mereka benar-benar memperlakukan mempelai Kristus sebagai ratu. Mereka memperlakukan umat Tuhan sebagai bangsawan, dan mereka datang dengan sikap menghormati bukan mencari hormat.
Satu karakteristik dasar dari pesan yang memang datang dari Tuhan kita baca dari Yakobus 3:13-18:, ‘Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.’ Kita lihat di atas bahwa mencari popularitas diri atau “pementingan diri sendiri” merupakan pintu yang terbuka bagi “segala macam perbuatan jahat”. Benih atau firman yang berasal dari “buah kebenaran” haruslah murni, damai, penuh belas kasih, dan tidak memihak serta tidak munafik. Dengan itulah kita menimbang apakah pesan dan penyampai pesan tersebut benar atau tidak.