Minggu, 28 Februari 2010

LEA-007 Mengapa Seorang Pemimpin bisa hilang hubungan dengan yang dipimpin

LEA-007 MENGAPA SEORANG PEMIMPIN BISA HILANG HUBUNGAN DENGAN YANG DIPIMPIN----Home-----Artikel
Tehnologi tanpa kabel telah mengubah cara kita berkomunikasi. Hari-hari belakangan ini, telpon membayar (di Amerika) praktisnya sudah tidak ada lagi, dan jaringan di tanah sepertinya sudah kuno. Sepertinya sulit untuk mengingat bagaimana kita hidup sebelum munculnya telpon-telpon mobile atau hand-phone (HP).
Meskipun begitu, sebagus apa HP yang ada, kita masih terganggu dengan adanya hubungan yang terputus. Dari waktu ke waktu, kita sering terputus di tengah-tengah percakapan atau percakapan yang telah dilakukan tanpa arti karena pembicaraan mendadak putus karena hilangnya signal. Hilangnya hubungan bisa menjengkelkan, khususnya saat terjadi pembicaraan yang penting.
Para pemimpin, seperti pemakai HP, kadang-kadang mengalami frustrasi karena hilangnya koneksi dengan mereka yang ada di sekitar kita. Ada saatnya, semua orang yang sedang terhubung dengan kita mendadak putus-hubungan. Mereka tidak menangkap pesan yang disampaikan. Mereka tidak responsif. Dan, tidak peduli seberapa keras kita berteriak, mereka tetap tidak bisa mendengarkan. Bagaimana menjelaskan kepada para pemimpin yang kehilangan hubungan dengan orang-orang di teamnya? Mari kita perhatikan beberapa kasus, dengan tetap memakai analogi HP.
Terowongan
Saat perjalanan melalui terowongan, saat perjalanan ada jalan bawah tanah, kita seringkali kehilangan koneksi saat sedang mengadakan percakapan dengan HP. Ketebalan dinding yang ada mencegah menerima signal. Sebelum keluar terowongan kita tidak mampu berkomunikasi dengan baik.
Sebagai pemimpin kita akan melewati terowongan saat kita secara eksklusif berfokus pada diri-sendiri. Berfokus pada diri-sendiri akan menjebak kita di dalam dinding-dinding perspektif sendiri, dan mengisolasi diri dari dunia luar. Kita menjadi buta akan kebutuhan-kebutuhan mereka yang ada di sekitar kita dan sebagai akibatnya kita gagal bisa berhubungan dengan mereka. Hanya setelah kita bergerak keluar dari fokus-pada kepentingan sendiri kita akan mampu menambah kesadaran akan orang-orang yang ada di sekitar kita, dan bisa berinteraksi dengan benar.
Semua Jaringan Sibuk
Jaringan HP punya keterbatasan kapasitas. Dengan banyaknya panggilan yang terjadi di suatu area padat bisa menghabiskan semua jaringan yang tersedia. Saat semua jaringan sibuk, kita terhalang untuk bisa menghubungi seseorang yang kita ingin telpon.
Kita bisa meng’overload’ dan membebani seseorang dengan informasi yang kita tumpahkan. Bagi seorang pemimpin, tantangan utama komunikasinya ialah untuk menyederhanakan pesan sedemkian rupa sehingga jelas dan bisa dan mudah diingat. Jika saatnya tiba untuk berhubungan dengan orang lain, semakin sedikit informasi yang diberikan akan semakin bisa memberikan hasil yang banyak. Jika kita mencoba untuk berkata-kata terlalu banyak, kata-kata kita menjadi hampa, hanya terdengar dengungan tetapi tidak punya arti. Jika kita mempersempit pesan kita, kita bisa memberi kekuatan yang lebih besar, dan kita akan mengijinkan orang lain dengan jalurnya yang terbatas bisa menangkap apa yang paling penting dari pesan kita.
Lingkup Area Terbatas
Kalau kita perhatikan daerah lingkup beberapa penyedia jasa HP, kita bisa melihat adanya daerah-daerah yang kosong. Bahkan jaringan tanpa kabel yang kuat sekalipun memiliki area yang tidak ada layanannya. Mereka yang ada di luar lingkup jaringan pelayanan tidak akan bisa dihubungi dan tidak bisa menghubungi dengan HP-nya.
Setiap organisasi punya jaringan komunikasi untuk mendistribusikan informasi penting. Sayangnya, para pemimpin kadang-kadang gagal melihat ruang-kosong yang ada di jaringannya. Jika ini terjadi, orang akan bekerja di wilayah yang kosong. Mereka keluar jalur, tetap ada di kegelapan saat mengambil keputusan penting, dan terhambat dalam menerima informasi penting yang bisa meningkatkan kerja mereka. Kurangnya lingkup menyebabkan frustrasi dan terhambatnya koordinasi antara team dan departemen yang ada.
Penghalang
Jika posisi kita dan menara HP terdekat terhalang oleh perbukitan atau pegunungan atau gedung bertingkat akan menghalangi untuk mengirim atau menerima panggilan. Penghalang itu begitu padat untuk bisa ditembus oleh signal. Tentunya, demikian juga bagi orang yang kita coba hubungi. Walaupun tempat di sekitar kita sendiri bebas dari penghalang, penerimaan mereka akan terganggu.
Konflik yang tidak diselesaikan dengan benar akan menjadi penghalang yang tidak bisa tertembus, menghalangi komunikasi antara dua orang. Penghalang ini tetap ada sampai kita mau membawa masalah yang telah memisahkan kita itu ke tempat yang terbuka dan menyelesaikannya bersama-sama. Kita harus belajar mengutarakan pikiran-pikiran kita dengan leluasa, dan bisa menerima perbedaan yang ada dengan tetap saling menghormati. Dengan mau melakukan ini kita akan menghilangkan kemarahan dan menjaga jalur komunikasi hubungan tetap terbuka.
Keterbatasan Umur Batere
Jika Anda seperti saya, kadang-kadang akan lupa men’charge’ HP. Untungnya HP kita akan memberi tanda peringatan bahwa baterenya sudah perlu diisi kembali. Meskipun begitu, jika kita mengabaikan peringatan yang diberikan, kita bisa tiba-tiba putus hubungan karena HP-nya mati. Sebelum kita mengisi-ulang baterenya, HP tidak akan berfungsi.
Setiap orang kadang-kadang akan mengalami keletihan. Biasanya kita akan menyadari tanda-tanda peringatan akan datangnya kecapaian: mudah tersinggung, bergejolaknya emosi, dan meningkatnya stress. Saat kita tidak peduli akan peringatan-peringatan yang muncul, kita tidak bisa menyeimbangkan kemampuan kita untuk terhubung secara wajar. Sebelum kita beristirahat dan ‘batere’ kita diisi-ulang, kita akan mudah tersinggung dan mudah marah, dan melakukan tindakan yang akan lebih menyakiti dari pada yang baik.
Tagihan Belum Dibayar
Jika kita lalai untuk membayar tagihan HP, hubungannya akan diputus. Umumnya orang tidak segera membayar tagihan. Mereka punya kehidupan yang kacau saja sehingga melupakan tagihan telponnya.
Para pemimpin akan terus-menerus untuk dituntut membayar harga agar tetap bisa berkomunikasi dengan efektif. Pertama-tama para pemimpin berusaha untuk mempelajari orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka mempelajari apa yang disenangi dan apa yang tidak disenangi oleh orang-orangnya, mencoba mengetahui apa yang membuat mereka bisa ‘bangun’, dan berkomunikasi dengan dengan sikap yang relevant. Kedua, para pemimpin menanamkan hubungan yang relational. Mereka menghabiskan waktu untuk menunjukkan kepedulian dan maksud-baiknya ke orang-orang yang dipimpinnya. Ketiga, para pemimpin harus memperhatikan, dan dengan sengaja melakukan usaha untuk pertumbuhan pribadinya. Mereka mengasah kemampuannya agar tetap bisa terhubung dengan mempraktekkan kemampuan berbicaranya dan menjadi pendengar yang lebih baik.

Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Call Lost: Why Leaders Lose Connection with Those The Lead oleh John Maxwell

Tidak ada komentar:

Posting Komentar