Selasa, 16 Februari 2010

CH-001 Gereja Yang Punya Dampak

CH-001 Gereja Yang Punya Dampak (Dan Reiland)----Home-----Artikel
Membesarkan Gereja atau Gereja Yang Punya Dampak?

Salah satu hal yang menggelisahkan saya saat melihat ada gereja yang menjadi besar tetapi masyarakat dimana mereka melayani tidak nampak mengalami perubahan. Saya bertanya pada diri sendiri, mengapa? Apa mungkin saya yang idealis? Atau bahkan mungkin naif? Saya kira tidak. Tetapi bagi saya, biar saja gereja tidak bertumbuh asal bisa mereformasi masyarakat dimana gereja berada.
Sepertinya saya seorang realis yang bersikap positif. Saya tidak menganggap gereja saya mampu mengubah dunia. Tetapi saya harus percaya kalau gereja saya bisa mengubah komunitas saya. Jika Allah seperti apa yang difirmankan-Nya, dan Yesus memang telah melakukan apa yang Injil sebutkan, kita akan bisa mengubah daerah dimana kita tinggal! Dan dengan bersama-sama kita bisa mengubah dunia.
Pada mulanya saya berpikir ada perbedaan antara kota kecil dan kota besar. Masuk akal-lah kalau di kota yang lebih kecil gereja-gereja bisa punya pengaruh yang lebih besar atas budaya yang ada. Juga kota-kota besar sepertinya tidak tertaklukkan. Tetapi budaya itu bersifat umum, bebas dari pengaruh gereja. Banyak kota kecil yang perubahannya lebih lambat dari kota-kota besar, khususnya saat terjadi krisis. Florida misalnya, saat hurricane menerjang dan menghancurkan seluruh lapangan parkir tralier, mereka membangun kembali persis seperti sebelumnya di tempat yang sama. Berbeda dengan kota-kota besar seperti New York setelah persitiwa 9/11. Komunitasnya telah berubah selamanya. Mereka hidup berbeda, berpikir berbeda, dan tidak pernah sama lagi.
Saya juga pernah berpikir, yang menentukan kemungkinanannya tergantung dari besar kecilnya gereja. Saya kira ini ada benarnya sebab gereja besar bisa punya potensi pengaruh yang lebih besar karena sumber-sumber yang dimilikinya. Tetapi sepertinya tidak cukup bukti untuk menopang pemikiran itu.
Atau mungkin masalah kepemimpinan. Tetapi sepertinya tidak sesederhana itu. Banyak pemimpin besar yang tidak menjangkau komunitasnya, apalagi pemimpin yang biasa.
Barangkali Anda bisa jadi ikut pusing membaca artikel ini, tetapi saya minta kesabarannya untuk terus membaca agar kita bisa bersama-sama memikirkan perbedaan antara menumbuhkan atau membesarkan gereja dengan memberi dampak pada komunitas. Sepertinya ada sesuatu yang hakiki terhadap pemikiran ini. Saya telah memikirkan hal ini dan sepertinya ada sesuatu yang menarik untuk dipertimbangkan melalui kacamata kepemimpinan. Jika Anda ada waktu, informasikan kepada saya. Jika tidak, bergabunglah dengan kegairahan saya untuk mengubah kehidupan dan benar-benar bisa memberi dampak ke komunitas.

Kita bisa menumbuhkan gereja dengan talenta dan kepemimpinan, tetapi kita memberi dampak komunitas dengan belas-kasihan.
Gereja-gereja yang diberkati dengan talenta (musik dan yang lain-lain) dan kepemimpinan yang baik biasanya akan bertumbuh. Hampir semua gereja yang demikian itu akan dianggap sebagai gereja yang baik. Tetapi dengan ini bukan berarti komunitasnya juga sudah diubahkan. Bagi saya ini yang menunjukkan gereja yang luar-biasa. Bagi saya punya pengaruhlah yang lebih penting. Dengan menumbuhkan gereja karena petobat-petobat baru bukan berarti sudah punya nilai kekal. Yang saya maksudkan disini adalah jenis pengaruh yang bukan hanya memenangkan orang buat Kristus, tetapi sekaligus memberi dampak kepada komunitas dengan mengubahkannya.
Sampai di sini saya akan mulai berhati-hati. Pertama-tama, harap diketahui, saya punya dan mau memberikan hidup untuk pelayanan penginjilan. Saya senang dengan orang-orang yang datang kepada Kristus. Tetapi ada suatu kekuatan bersama yang akan memampukan kita untuk bisa lebih banyak lagi memenangkan bagi Kristus jika kita bisa lebih baik lagi dalam melayani komunitas kita. Ini berarti kita harus terlibat dalam hal-hal yang memiliki nilai komunitas, tidak hanya sekedar peduli.
Saya percaya ini semua harus dimulai dengan berbelas-kasihan. Gereja melayani bukan dengan tujuan sekedar mendatangkan orang ke gereja, tetapi orang-orang datang ke gereja karena ada pellayanan belas-kasihan yang telah memberi dampak di komunitasnya. Saya percaya cara terbaik untuk melakukan ini ialah dengan berpikir dan mendoakan dengan sunguh-sungguh berbagai pelayanan di komunitas kita, yang tidak berasal dari gereja kita, pilih suatu pelayanan, dan danai mereka.
Skyline Church, yang dipimpin Pastor Jim Garlow melakukan ini. Sekitar setahun yang lalu terjadi kebakaran hebat di San Diego County. Ratusan jemaat Skyline (dan gereja-gereja lain) turun-tangan membantu. Dengan memadamkan api dan memberi makanan dan tempat tinggal, mereka melakukan apa yang dibutuhkan dengan segenap hati. Puluhan kesaksian mengatakan, 'Kami tidak percaya kalau gereja yang melakukan ini kepada kami.' Inilah memberi dampak ke komunitas itu.

Anda menumbuhkan gereja dengan kondisi Anda, tetapi menjangkau komunitas denan kondisi mereka.
Saya suka film dimana 'orang-orang jahat' bernegosiasi dengan 'orang-orang baik'. Salah satu film tersebut adalah The Rock yang dibintangi oleh Sean Connery dan Nicholas Cage. Para petugas telah disandera di Alcatraz Island dan ada bom yang di tujukan ke San Francisco.
Dikerahkan FBI dan setiap orang yang bisa dilibatkan untuk menegosiasikan tuntutan. Pengharapan dan ketegangan meningkat dalam negosiasi tersebut untuk menentukan siapa yang sebenarnya memegang kendali.
Siapa yang bisa menetapkan kondisi itulah yang akan menang. Jika gereja kita memaksa orang-orang harus menerima kondisi atau persyaratan kita, kita mungkin bisa menumbuhkan gereja kita, tetapi kita tidak akan memberi dampak kepada komunitas kita. Ini bukan masalah teologi yang ceroboh, menjadi 'liberal', atau melecehkan anugerah. Ini masalah kemauan untuk menyerap sikap dan perilaku gereja kita, termasuk mau menerima orang-orang yang tidak seperti kita, dalam rangka lebih banyak mereka yang tidak bergeraja mau mencoba dan bahkan mau datang kembali ke gereja.

Kita menumbuhkan gereja dengan menawarkan program-program bagus, tetapi menjangkau komunitas dengan menawarkan hubungan yang baik.
Program-program bagus itu penting, khususnya program membangun anak yang kuat, miaslnya. Tetapi jika program-program itu yang menjadi fokus, orang bisa datang dan pergi. Kita bisa menguji apakah kita berorientasikan kepada program atau berorientasikan kepada hubungan dengan keputusan-keputusan yang kita ambil dan tindakan-tindkan yang kita lakukan.
Gereja Crossroad punya masalah parkir. Memang baik punya banyak mobil, tetapi harus ada tempat untuk parkir. Jika tidak, akan membuat kekacauan baik di masyarakat lingkungan dan juga di jalan-jalan utama. Team perparkiran kami sudah bertindak seperti pasukan Baret Hijau, tetapi pekerjaan memang terlalu banyak, bahkan untuk dilakukan oleh para pahlawan. Di setiap kebaktian kami punya petugas kepolisian dan sejumlah juru parkir agar bisa teratur. Di acara-acara khusus kami bahkan punya banyak mobil sedemikian banyak sehingga mengganggu penghuni di lingkungan untuk mengeluarkan mobil mereka.
Karena kami rindu membangun hubungan yang baik, kami memilih untuk memikirkan ulang strategi perpakiran kami, minta bantuan petugas kepolisian, memberitahukan masalahnya kepada jemaat, dan membuat kunjungan-kunjungan pribadi ke rumah-rumah dengan permintaan maaf dan sekedar buah-tangan. Membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyelesaikan masalah dan memperbaiki hubungan tersebut.
Jika kita mau menekankan hubungan dan mengembangkan diri untuk mau memasuki komunitas kita, kita punya potensi untuk mengubahkan komunitas tersebut.

Kita menumbuhkan gereja dengan menanamkan diri kita, tetapi menanamkan apa yang di luar diri kita untuk bisa menjangkau komunitas.
Di beberapa tahun yang lewat banyak gereja telah mengikuti tuntunan Tuhan dengan memberikan rasa berbelas-kasihannya dan telah memasuki komunitasnya dengan cara yang nyata.
Dengan penyediaan makanan, mendirikan rumah-rumah klinik untuk anak-anak, membantu ibu-ibu muda yang hamil di luar nikah, dan lebih banyak lagi, komunitas akan bisa melihat banyak dana dan waktu yang mengalir dari gereja, bukan hanya masuk ke gereja. Ini akan membuat perbedaan sangat besar!
Kami di Crossroads punya pelayanan khusus untuk hal ini. Kami terus akan melakukan yang lebih lagi dengan membangun rumah-rumah untuk kemanusiaan.
Sungguh bersuka-cita saat bisa melihat pengaruh nyata yang bisa diinvestasikan dalam kehidupan komunitas.

Kita bisa menumbuhkan gereja untuk memperoleh prestasi, tetapi harus menjadi relevan untuk memberi dampak pada komunitas.
Mari kita akhiri artikel ini dengan beberapa pemikiran atas relevansi versus sejarah dan tradisi. Kita tahu sejarah dan tradisi itu baik. Beberapa unsur kesucian gereja berasal dari kekayaan sejarah dan tradisinya. Kita tidak membuang itu tetapi biarlah semua itu relevan untuk menjangkau komunitas.
Saya bukannya bermaksud menunjuk ke suatu gereja tertenu, tetapi beberapa thema kotbah yang disampaikan di gereja itu memalukan. Kita tidak terhubung dengan sesama bila memberitakan sesuatu di gereja yang tidak ada kaitannya atau tidak mempedulikan kehidupan manusia.
Juga ada gereja yang mengkotbahkan tentang perjalanan misi Paulus dan beberapa hukum di Imamat, sementara jemaat yang mendengarkan sudah berusaha untuk bisa bangun pagi, dan dengan bersusah-payah mempersiapkan anak-anaknya yang masih kecil untuk bisa datang di kebaktian, duduk bersebelahan dengan orang yang tidak dikenal, dan kita memberi mereka sesuatu yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ini contoh gambaran yang bagus tentang apa yang tidak-relevan itu.
Sebelum peristiwa 9/12 saya memberikan pengajaran seri selama beberapa hari. Setelah peristiwa terjadi saya berpikir ulang apakah harus tetap meneruskan seri pengajaran dari kitab Roma ataukah membicarakan masalah serangan teroris yang terjadi? Memang benar kita memakai Alkitab, tetapi kita harus membicarakan topik-topik yang relevan! Kita harus relevan agar bisa menjangkau dan memberi dampak ke komunitas kita.

Ok, terimakasih karena telah membaca topik yang membingungkan ini. Saya tidak sering menulis dengan gaya seperti ini, tetapi, ini newsletter yang bebas, bukan?!
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar