Selasa, 02 Maret 2010

PW-020 Berada dalam Hadirat Tuhan

PW-020 BERADA DALAM HADIRAT TUHAN-----Home---Artikel
Apa pendapatmu jika ada orang yang berkata bahwa engkau bisa mengalami keintiman lebih dalam dengan-Tuhan dengan cara berbaring di atas tempat tidur, rileks, dan mendengarkan musik penyembahan? Bagi sebagian orang hal itu bisa merupakan suatu hujatan. Apakah engkau menganggap bahwa menyenangkan Tuhan adalah dengan membuat jari-jari dan tulangmu bekerja terus menerus mengurusi duapuluh jenis panitia sehingga tidak memiliki waktu tenang? Jika demikian, maka engkau mungkin merasa bersalah karena tidak bisa mencapai standar manusiawi yang dihadapkan kepadamu. Banyak orang Kristen terperangkap dalam sindrom Marta ketika mereka seharusnya bertindak seperti Maria – duduk, istirahat di kaki Yesus, dan mendengarkan suaraNya.
Melalui kegiatan kontemplatif ini kita justru memperoleh lebih banyak dari Tuhan. Saya menemukan kuasa dan pewahyuan yang lebih besar dalam ketenangan daripada bentuk doa lainnya. Saya percaya bahwa doa di dalam hati merupakan bentuk doa yang paling tinggi. Sebagian orang Kristen jarang menikmati tempat doa ini karena mereka tidak pernah belajar bagaimana menenangkan hati, pikiran, dan emosi mereka, dan memasuki komunikasi dan persekutuan yang sebenarnya dengan Tuhan. Saya telah mendengar dari banyak nabi besar yang berkata bahwa ketika mereka belajar untuk menenangkan pikiran, kita akan menemukan rahasia yang sebenarnya untuk melihat ke alam roh.
Sepanjang sejarah gereja kita bisa menemukan orang-orang yang mencintai hadirat Tuhan dan mencari Dia dengan seluruh kekuatan. Kelompok pengejar Tuhan ini dahulu disebut “orang Kristen kontemplatif”. Mereka mengerti arti meditasi sebagai suatu praktek alkitabiah. Orang Kristen perlu mengerti bahwa kata meditasi ada di dalam kitab Mazmur jauh sebelum ada gerakan New Age. Para bapak pendahulu kita pada jaman dulu mempraktekkan meditasi, demikian juga para biarawan dalam tahun 1600 – 1700an. Jika kata meditasi membuatmu tidak nyaman, gantikan saja dengan “memikirkan sesuatu berkali-kali”.
Siapa yang menginginkan kuasa Tuhan hari-hari ini? Siapa menginginkan mujizat, tanda-tanda ajaib? Mereka yang ingin harus belajar diam. Coba pikirkan hal ini. Alkitab berbicara tentang Roh nasehat dan Roh keperkasaan. Keperkasaan adalah kuasa Tuhan. Keperkasaan Tuhan tidak akan beroperasi tanpa nasehatNya. Saya ingin membuat pernyataan luar biasa: gereja itu bukan tidak memiliki kuasa yang cukup; gereja tidak menanti-nantikan untuk mendengar nasehatNya. Kita tidak menyediakan cukup waktu dan menanti-nantikan dalam ketenangan untuk menerima penglihatan tentang apa yang akan terjadi dalam suatu kebaktian. Roh nasehat membawa Roh keperkasaan. Menanti-nantikan Tuhan akan melepaskan pewahyuan yang akan menyalakan kuasa. Gereja hari ini dipenuhi dengan pekerja, bukan penanti. Kita sibuk, bukan duduk tenang. Kita adalah orang-orang yang sangat sibuk yang sulit menenangkan hati dan pikiran. Sudah saatnya bagi Tuhan membawa kita kembali ke seni menantikan hadiratNya. Dia menghendaki keintiman dengan kita lebih dari yang kita inginkan.

Pewahyuan dalam Ketenangan
Jika saya ingin memasuki hadirat Tuhan saya mendengarkan musik instrumental dan berbaring di lantai dalam penyerahan total. Fokus saya adalah Yesus. Saya tidak berbahasa roh, juga tidak minta apa-apa. Saya menenangkan jiwa dan menantikan Tuhan dengan sabar. Kalau kita tidak bisa mengatasi kesibukan pikiran, kita tidak akan pernah bisa memasuki Roh. Ini merupakan hal pertama yang harus kita kalahkan.
Mazmur 46:11 berkata, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” Kata diam berarti “tidak melakukan apa-apa, tenang, dan sendiri”. Kata ketahui di sini berarti “menjadi mengerti karena mengalami atau mempunyai hubungan intim”. Itu juga berarti “menangkap, menemukan, atau melihat, mengerti atau menerima penyingkapan”. Tuhan telah mengatur untuk mewahyukan DiriNya dalam ketenangan daripada bentuk doa lainnya.
Renungkan tentang kekuatan pada ketenangan. Waktu pewahyuan yang paling dikenal dalam Alkitab adalah jam 4 pagi atau dalam waktu jaga keempat. Yesus bangkit dari kematian antara jam 3 dan jam 6 pagi. Tuhan membebaskan bangsa Israel dari Mesir pada pagi buta, dan Yesus muncul di antara para murid pada waktu subuh. Seringkali Tuhan datang ketika kita baru bangun pagi – bagian paling tenang dari hari kita. Saya mengenal Tuhan dan kuasa pengurapanNya dengan berbaring di hadiratNya dalam ketenangan. Saya bukan hanya menerima pewahyuan lebih besar tentang siapa Dia, tetapi juga siapa saya di dalam Dia.

Menanti-nantikan Tuhan
Di dalam Alkitab, berdiam diri di hadirat Tuhan juga disebut “menanti-nantikan Tuhan”. Kata menanti mengandung pengharapan di dalamnya. Kata menanti juga berarti tinggal di suatu tempat, dan tahu bahwa kita akan melihat atau mengalami sesuatu. Kita menanti-nantikan Tuhan dengan pikiran tertuju kepada Yesus. Banyak orang yang menanti-nantikan Tuhan mendengarkan musik untuk membantu mengarahkan hati mereka kepada Tuhan walaupun ada juga yang menanti dalam keheningan. Dengan kedua cara ini kita menenangkan pikiran dan emosi di hadapan Tuhan dan mengarahkan perhatian kepada Yesus.
Dengan menantikan Tuhan, engkau belajar mengarahkan pikiran ketika pikiran itu berjalan ke tempat lain. Berlatihlah terus karena setelah dua atau tiga minggu menyediakan waktu selama satu sampai dua jam sehari untuk melakukan kontemplasi dan meditasi, engkau akan mulai bisa menguasai seni menanti ini. Ini merupakan suatu disiplin dan dibutuhkan waktu untuk menguasainya. Ketika engkau belajar untuk mengalahkan distraksi dan tetap fokus kepada Yesus, engkau akan mengalami terobosan dalam roh.
Ibrani 12:2 menunjukkan kontemplasi dengan cara lain. “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Ya, meditasi yang saya bicarakan termasuk melakukannya dengan mata tertuju kepada Tuhan. Yang dimaksud di sini adalah mengalihkan pandangan matamu dari hal-hal lain dan menujukannya kepada Yesus. Mata yang tertuju kepada Yesus berarti mempelajari secara intensif – memandang dengan mata dan pikiran, menangkap, mengerti dan mengenal melalui berbagai pengalaman.
Yesus adalah yang memimpin iman kita, tetapi bagaimana Dia membawa iman kita kepada kesempurnaan? Saya percaya bahwa kita perlu memiliki berbagai pengalaman dalam alam pewahyuan. Untuk bisa sampai pada tingkatan itu, kita harus tetap berada di dalam hadiratNya – menanti dalam ketenangan dan keheningan. Yesaya 64:4 berkata bahwa Tuhan adalah “Allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan Dia”.
Dalam pengalaman saya, ketika saya menanti-nantikan Tuhan, Dia mulai bertindak – banyak hal terselesaikan dan doa dijawab. Yang saya lakukan hanyalah berbaring di hadapanNya. Saya tidak melakukan apa-apa. Saya tidak berbahasa roh atau membaca Alkitab. Tetapi memang itulah yang saya perlukan. Bukankah itu merupakan hal yang menakjubkan, bahwa yang membuat Tuhan bergerak adalah menanti-nantikan Dia? Saya mendapat lebih banyak hal dengan menanti dalam ketenangan dan keheningan daripada tiga jam berdoa.
Sebagian orang merasa bahwa mereka tidak terhubung dengan Tuhan kecuali mereka melakukan sesuatu seperti berdoa syafaat, berbahasa roh, menyembah, atau membaca Alkitab. Pada saat mereka berhenti, mereka merasa bahwa doanya selesai dan Tuhan ikut pergi. Mereka tidak tahu bagaimana tinggal di hadiratNya. Ketika saya berkata, “Ayo kita diam di hadiratNya setengah jam saja” mereka mulai berbahasa roh. Mereka terprogram untuk melakukan sesuatu! Alkitab berkata, “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31) Itu semua terjadi ketika kita menanti-nantikan Tuhan. Yesaya 30:15 berkata “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” Kalau engkau ingin memasuki alam supranatural, praktekkan hal ini – menantikan Tuhan sejam setiap hari – dan tambahkan lagi kalau engkau sudah melakukannya.

Memposisikan Diri dalam Ketenangan
Alkitab berkata bahwa Maria duduk di kaki Yesus. Tahukah engkau apa yang dilakukan Maria? Dia mendengarkan. Karena dia memposisikan diri dalam ketenangan dan penyerahan, dia belajar mendengar suaraNya. Saya bisa membayangkan dia duduk memandang wajah Tuhan dan berpikir: Oh, Engkau luar biasa. Engkau menakjubkan! Dia duduk, matanya memandang mata Yesus dan telinganya mendengar suaraNya. Menanti-nantikan Tuhan juga memposisikan diri kita dalam doa di kaki Yesus seperti Maria. Posisikan kembali dirimu dalam waktu doa. Tahukah engkau posisi Maria – posisi dalam ketenangan dan penyerahan itu? Apakah engkau menyentuh Yesus dengan keintiman atau seperti Marta dengan daftar kegiatannya?
Saya sering berkata kepada Tuhan, “KehadiranMu cukup bagiku. Aku hanya ingin bersama Engkau. Aku tidak ingin berbicara tentang kebutuhan dan urusanku. Engkau sudah tahu apa kebutuhanku.” Yesus berkata, “Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (Matius 6:32) Kalau engkau bisa menangkap kebenaran ini, kebutuhan-kebutuhanmu akan lebih sering dicukupi dan tidak akan tergantung pada permintaanmu. Ya, salah satu aspek dari hubungan kita dengan Tuhan adalah meminta. Tetapi Tuhan ingin membawa kita pada hubungan dalam tingkat yang baru – yaitu hubungan kekasih. Dalam alam natural, dua orang kekasih seringkali melakukan hal-hal untuk memberkati orang yang mengasihi mereka baik diminta atau tidak. Tuhan menghendaki kita masuk dalam keintiman seperti ini.
Kadang-kadang yang saya lakukan hanyalah duduk di kakiNya dan menghangatkan diri. Itu saja! Hampir setiap pengajaran dan pewahyuan yang saya terima muncul pada saat-saat seperti itu. Tuhan mengalirkan pewahyuan begitu cepat sehingga saya bisa menulis empat kotbah sekaligus. Itu tidak ada kaitannya dengan diri saya. Tuhan hanya menyalakan pewahyuan itu dalam diri saya. Tuhan ingin membawa kita ke sana! Tuhan sedang memanggil gerejaNya kembali pada keintiman dan persahabatan dengan Dia. Apa kata Alkitab tentang hal yang diinginkan Tuhan dari kita? “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6:8) Betapa Bapa rindu kepadamu untuk berjalan bersama Dia, menikmati persekutuan denganNya. Bapa merindukan kehadiranmu lebih dari engkau merindukan hadiratNya.

Empat Langkah
Bagian dari menanti-nantikan Tuhan di antaranya termasuk merenungkan Firman sampai Roh Kudus memberi kita pewahyuan dan pengertian akan hati dan pikiran Tuhan. Ada empat langkah yang bisa engkau lakukan untuk mempraktekkan meditasi:
  • Membaca Firman dengan cepat dan suara keras sehingga engkau sendiri mendengarnya
  • Merespon Firman itu dengan hati dan pikiranmu. Responi bagian yang paling penting dan baca ulang
  • Renungkan dengan pikiran dan hati terbuka pada kehendak Tuhan
  • Tenang dan istirahat di dalam hadiratNya
Berikut ini ada beberapa ayat yang bisa mengawali meditasi dan memotivasi engkau untuk mempraktekkan menantikan Tuhan:
  • Mazmur 119:10-11
  • Kolose 3:16
  • Amsal 4:20-22
  • Ulangan 11:18-21
Berendam dalam Hadirat Tuhan
Mulailah dengan permohonan ampun karena engkau terlalu sibuk dan jauh dariNya. Minta kepada Tuhan untuk menenangkan hati dan pikiranmu sehingga engkau bisa mendengar suaraNya. Buat perjanjian dengan Tuhan untuk mencari Dia dan masuk ke tempat rahasiaNya.
Sekarang saatnya untuk berendam di dalam hadirat Tuhan, tenggelam dalam Roh Kudus. Berikut ini adalah beberapa langkah yang akan membawamu untuk mengawali perjalanan persekutuan yang manis dengan Tuhan:
  1. Nantikan Tuhan dalam posisi menerima, bukan memberi. Carilah tempat yang bebas dari distraksi. Biasanya sulit dilakukan di gereja karena terlalu banyak kegiatan berlangsung di sekitarmu.
  2. Tenangkan pikiranmu. Ini penting untuk bisa memasuki alam roh. Pikiran merupakan penghalang paling besar dalam melakukan persekutuan dengan Tuhan. Ketika pikiranmu berjalan-jalan, tariklah kembali.
  3. Fokuskan perhatian pada Yesus. Mata spiritual kita ada pada imajinasi. Bersantailah dan pikirkan Yesus, Yesus. Kalau engkau merasa tidak terhubung, berdoalah sebentar sekedar bisa fokus dan diam kembali. Pada saat berhenti berdoa, Tuhan masih ada bersama kita.
  4. Sembah dan pujilah Tuhan. Sembah sesaat saja atau kadang-kadang ucapkan pujian seperti “Engkau mulia, Engkau indah, Aku mengasihiMu, Aku menyambut kehadiranMu.”
  5. Ulangi langkah 1-4 selama hidupmu. Jangan menyerah. Jangan bosan. Terus mendesak. Keintimanmu dengan Tuhan tergantung pada langkah-langkah itu!
Di mana Yesus berada? Menurut rasul Paulus di dalam kitab Kolose, Kristus tinggal di dalammu. “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudusNya. Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kolose 1:26-27) Kerajaan Allah di dalam engkau. Seberapa dekat kerajaan itu? Yesus berkata, “Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat.” (Markus 1:14,15) Di mana Yesus duduk? Di surga. Di mana Kristus tinggal? Kristus di dalam engkau, pengharapan akan kemuliaan. Di mana surga? Di dalam dirimu. Renungkan itu!
Apakah engkau ingin datang ke tahta? Pejamkan matamu dan pergilah ke tahta kasih karunia. Sebelum engkau mencoba meminta Tuhan untuk membawamu naik atau minta agar surga turun, kembangkan kesadaran bahwa surga ada di dalam dirimu. Ubah pikiran duniamu. Mulailah berpikir: aku membawa surga di pesawat. Aku ada di surga sekarang ini. Haleluya!
Mungkin engkau sedang berada di hadirat Tuhan kemudian ada sesuatu yang menarik perhatianmu. Telpon berdering, dan tiba-tiba hadiratNya hilang. Apakah Tuhan pergi begitu cepat? Tidak, kita yang pergi. Pintu memasuki dan keluar dari hadiratNya adalah pikiran kita. Apakah engkau siap menaiki tangga Yakub? Yesuslah tangga itu dan Dia mengundang engkau untuk datang dengan keberanian. Pejamkan matamu dan fokuskan perhatian kepadaNya. Nah, Dia ada di sana – Dia tinggal di dalam dirimu. Sudah saatnya berpikir seperti makhluk spiritual: Surga ada di dalamku. Aku ada di ruang tahta. Aku membawa surga dan aku memerintah dari situ. Aku bisa masuk ke dalam setiap berkat spiritual dari sini.

Mencicipi Kuasa
Kalau surga (kerajaan Tuhan) ada di dalam kita, mungkin kita perlu memeriksa karakteristik kerajaan ini. Firman Tuhan dengan jelas mendefinisikan warisan kerajaan kita: “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. “ (Lukas 11:20) Menurut ayat ini kerajaan Allah mengusir setan dan membebaskan yang tertawan. Ke mana Yesus pergi Dia selalu berkata bahwa kerajaan surga sudah dekat, ke mana Yesus pergi hukum kerajaan menyentuh bumi.
Seperti apa itu? Kerajaan Tuhan, melalui Yesus, mengubah yang dosa menjadi kudus, yang miskin menjadi kelimpahan, yang sakit menjadi sehat, dan kegelapan menjadi terang. Kristus di dalam kita ingin memanifestasikan kerajaan dalam kuasa dengan cara yang sama.
Tuhan juga berkata bahwa kerajaanNya bukanlah dari dunia ini. “KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika kerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi kerajaanKu bukan dari sini.” (Yohanes 18:36) Sebagai seorang Kristen, saya adalah warga surga; saya tidak berada di bawah hukum dan batasan yang berlaku di dunia tempat saya berada. Saya berasal dari “planet surga” dan hidup dengan hukum dan aturan yang berbeda. Batasan-batasan dari tubuh alamiah tidak membatasi saya. Tuhan telah membuat saya sebagai perwakilan pemerintahanNya. Kerajaan surga ada pada saya dan kerajaan surga sudah dekat. Dan ingat, kerajaan Tuhan bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga kuasa. Karena itu saya bisa mencicipi kuasa dunia yang akan datang.
Tuhan menghendaki kita untuk menjadi tenang, diam, dan mengarahkan hati ke dalam, dan memakai mata spiritual kita. Karena kerajaan Tuhan ada dalam setiap orang percaya, memasuki Roh bisa terjadi secepat kita menghadapkan hati kepada Tuhan dan membiarkan Dia, dengan iman, berbicara kepada kita melalui gerakan hati, impresi kata-kata, imajinasi yang dikuduskan, penglihatan, mimpi, dan pengalaman spiritual. Kita adalah anak-anak Tuhan dan Dia ingin berbicara kepada kita. Itu adalah kehendakNya. Dia akan memberi kita perjumpaan surgawi ketika kita mengakses dan menerimanya dengan iman.

Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Todd Bentley: Being in the Presence of God

Tidak ada komentar:

Posting Komentar