Selasa, 23 Maret 2010

FF-021 Takut

TAKUT-----Home---Artikel

‘Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."’ -Kejadian 3:10
Ayat di atas yang pertama kali kata menyebutkan kata ‘takut’ Alkitab. Ada rasa takut kepada Allah yang murni dan kudus, ada rasa takut yang tidak kudus. Takut yang disebutkan ayat di atas adalah takut yang tidak kudus, yang akan membawa kerusakan lebih jauh kepada jiwa seseorang, dan yang akan membuatnya bukan mendekat tetapi melarikan diri dari Allah.
Takut kudus tidak pernah membuat kita menyembunyikan diri dari Allah. Takut kudus bersumberkan pada pengetahuan bahwa Dia adalah Allah dan tidak seorang pun bisa bersembunyi dari Dia. Mengakui bahwa Dia tahu segala sesuatu, dan dan kita sendiri hanya tahu sedikit saja. Takut kudus kepada Allah itu ‘permulaan hikmat’ (Amsal 9:10) karena ada pengakuan bahwa kita membutuhkan bantuan Allah agar bisa tahu segala sesuatu dengan tepat.
Takut tidak kudus bersumber dari racun buah Pohon Pengetahuan akan yang Baik dan yang Jahat. Takut ini tidak berasal dari mengenal Siapa sesungguhnya Allah itu tetapi berfokus-pada diri-sendiri. Ini jelas yang membuat kita mencoba menyembunyikan diri dari Allah dan sesama. Ini melahirkan sikap penonjolan dan pementingan diri-sendiri sehingga memunculkan pendominasian terhadap orang lain.
Takut tidak kudus khususnya bersumber pada rasa takut ditolak. Karena manusia diciptakan untuk memiliki hubungan dengan Allah dan sesama, penolakan merupakan salah satu rasa sakit yang paling menyakitkan dalam pengalaman manusia. Ini salah satu rasa takut yang paling melumpuhkan yang mendominasi manusia. Penolakan akan menyebabkan menarik-diri dalam persembunyian, atau mendominasi orang lain sehingga menjadikan dirinya orang yang pertama kali melakukan penolakan. Dibutuhkan iman besar untuk keluar dari persembunyian dan bersedia menunjukkan ketelanjangan-dirinya. Dibutuhkan iman besar untuk membuat diri ‘gampang diserang’. Tetapi ini merupakan langkah pertama untuk bias menerima penebusan dan pemulihan diri.
Yesus itu Tuhan Kemuliaan tetapi Dia telah mengosongkan diri untuk menjadi anak manusia yang rapuh. Dia membuat diri-Nya benar-benar gampang-diserang, bahkan membiarkan manusia yang rusak dan berdosa memukul dan merendahkan diri-Nya sebelum Dia menundukkan diri dan merendahkan diri di salib. Dia begitu menjadikan diri-Nya gampang diserang karena kita sehingga kita akan selamanya bias memahami seberapa besar Dia telah mengasihi kita. Saat kita benar-benar mulai berpegang pada salib, kita akan mulai berani keluar dari persembunyian. Salib sendiri akan membebaskan kita dari rasa takut yang paling dalam dan mengijinkan kita menjadi apa-adanya kembali.
Rasa takut diperkenalkan kepada manusia saat mereka memakan buah terlarang. Umumnya rasa takut itu muncul saat akan atau telah mengundang kejahatan memasuki kehidupan seseorang. Rasa takut dipakai Iblis untuk menguasai manusia. Allah menuntun seseorang dengan iman. Di dalam hati seseorang terjadi peperangan antara keduanya, dan inilah yang akan mendasari tekadnya untuk memilih antara takut atau iman yang akan diijinkan memerintah.
Iman dimulai dengan mengetahui bahwa Allah itu menerima kita melalui salib. Penerimaan ini tidak ada kaitannya dengan apa yang sudah atau belum kita lakukan, tetapi hanya atas dasar apa yang telah Yesus lakukan bagi kita. Salah satu kesaksian tentang anugerah Allah ialah saat Dia menerima pembunuh dan orang bersalah yang disalib bersama-Nya. Kisah ini akan bisa membuat orang menjadi bertanya-tanya dengan orang-orang yang sudah bertobat, tetapi anugerah yang kita peroleh dari salib itu cukup untuk menutupi setiap orang yang mencari perlindungan kepadanya. Sesungguhnya, Tuhan sendiri mengatakan bahwa mereka yang diampuni banyak akan mengasihi Dia lebih banyak. Oleh karena itu, seperti yang kita baca di Roma 5:19-21, ‘Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.’
Dimana dosa melimpah, anugerah melimpah lebih banyak lagi. Apa ini berarti kita akan berdosa sehingga anugerah-Nya melimpah dan kita bisa mengasihi Dia lebih banyak lagi? Ini merupakan penipuan besar – sama seperti yang Paulus tunjukkan di Roma 6:1-4, ‘Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.’
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar