Selasa, 30 Maret 2010

PS-001-Kemakmuran Jiwa

PS-001-Kemakmuran (Prosperity) Jiwa-----Home---Artikel
oleh Paul Scanlon

Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja. (3 Yohanes 2)
Yohanes menunjukkan apa yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai rantai yang hilang antara kemakmuran-eksternal dan kemakmuran-internal.
Yohanes menyatakan bahwa Allah ingin hidup kita makmur – tetapi hanya setelah jiwa kita makmur. Semua kemakmuran-eksternal harus berakar pada jiwa yang kuat, sehat, dan makmur. Jika tidak, celah yang ada antara apa yang kita miliki dengan siapa kita yang sesungguhnya bisa menjatuhkan kita. Penulis Amsal menulis, ‘Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati.’ Mengapa? Karena jika kemakmuran-eksternal mendadak menemukan jiwa internal yang miskin, celah yang terjadi sangat berbahaya. Para pemenang lotere berkata ‘Kalau memang menjadi seperti ini, sebaiknya tidak usah menang.’ Mereka memang memerlukan uang, tetapi jangan disertai masalah besar yang ditimbulkannya, baik secara internal, mentalitas, emosi, dan bahkan fisik.

Apa Jiwa itu?

Jiwa terdiri dari pikiran, emosi, dan kehendak; bagaimana kita berpikir, bagaimana perasaan kita, dan bagaimana kita memilih. Jiwa merupakan medan pertempuran utama dalam hidup kita; pertempuran yang tidak pernah berhenti, yang terjadi dalam pikiran, perasaan, dan pilihan-pilihan kita. Petrus mengatakan, ‘Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.’ Ada peperangan atas jiwa kita. Adanya jutaan korban yang diakibatkannya serta kematian yang terjadi di dalam gereja menunjukkan bahwa kita, dan gereja, belum memenangkan pertempuran ini. Berjuta-juta umat percaya lari dari pertandingan ini karena saat pertemmpuran sampai ke jiwa mereka, mereka tidak cukup kekuatan internalnya untuk bertahan. Banyak dari umat percaya tersebut sebagian besar orang Kristen kharismatik, yang berbahasa lidah, dan pribadi-pribadi berkarunia di gereja. Kita juga menyaksikan dan terkejut akan kejatuhan hamba-hamba Tuhan terkenal, dan bertanya-tanya, bagaimana mungkin mereka bisa jatuh. Kenyataannya adalah, hampir semua masalah, tantangan, dan pencobaan kita itu bukan masalah rohani, tetapi masalah mental dan emosi, yaitu permasalahan jiwa.

Kita adalah roh, jiwa, dan tubuh

Makhluk hidup itu terdiri dari tiga bagian: roh, jiwa, dan tubuh. Jika kita tidak memahami bagaimana ketiga bagian ini bekerja sama dalam diri kita, kita akan mudah dikalahkan. ‘Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.’
Banyak dari kita yang tumbuh di gereja dimana Firman Allah tidak diterapkan dengan bijaksana. Kita tidak diajar membedakan antara roh, jiwa, dan tubuh, maupun bagaimana kita bisa mengasihi dan melayani Tuhan secara utuh, serentak ketiga bagian manusia kita: roh, jiwa, dan tubuh melakukannya. Pengajaran yang tidak seimbang ini akan menghasilkan orang-orang yang hanya memberi penekanan pada yang rohani dan menganggap segala sesuatu sebagai masalah rohani. Dengan demikian, jika ada kesulitan, mereka secara akan lari ke hal-hal yang rohani. Jika masalah yang dihadapi terus meningkat, mereka cenderung mencari dukungan rohani dalam bentuk penumpangan tangan, pelepasan, penyembuhan, nubuatan, pengurapan – atau semuanya! Tidak ada yang memberitahu bahwa masalahnya itu bukan rohani tetapi jiwani. Dan yang mereka perlukan bukan ‘pelepasan’ dari roh jahat tetapi ‘pelepasan’ dari cara berpikir dan perasaan yang salah, sehingga mengambil keputusan yang salah, dan kemiskinan jiwanya tetap menyengkeram hidupnya.
Iblis sangat memahami bagaimana manusia itu dibangun. Itulah sebabnya mengapa serangan yang dilakukan Iblis kepada manusia pertama ditujukan langsung ke jiwanya. ‘Tentulah Allah berfirman’ adalah usaha yang dilakukannya untuk menarik Hawa memasuki jebakan permainan-pikiran, yang dia tahu kalau berhasil akan menjatuhkan rohani Hawa. Setan tidak langsung menyerang roh kita. Dia tahu, sebagai umat percaya, roh kita tidak bisa dia sentuh lagi karena telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana. Dia tidak akan membuang-buang waktu mencoba merusak apa yang dia tahu tidak bisa dirusak. Jiwa kita sesungguhnya tempat yang ideal untuk diserang, dan dia mendekatinya dengan segala cara melalui pencobaan, saran-saran, dan pilihan-pilihan. Dia tahu tidak bisa menyimpangkan kita dari tujuan sorgawi kita, karena sudah terlambat. Tetapi dia bisa mensabotase destiny dunia kita. Dia tidak bisa memisahkan kita dari Kristus, tetapi dia bisa memisahkan kita agar tidak melayani tujuan Kristus di generasi kita. Pertempuran dalam kehidupan kita adalah pertempuran menang atau kalah, di arena jiwa kita, arena pikiran, kasih, dan pilihan.

Kelambanan Jiwa

Seseorang pernah mengatakan iblis itu tidak peduli dimana pun kita berada. Kita tidak harus meninggalkan Allah, atau meninggalkan Gereja, agar dia bisa mengalahkan kita. Untuk mengalahkan kita iblis cukup membuat jiwa kita tidak bertumbuh. Terlalu banyak umat percaya yang ada di gereja setiap minggu, dan punya hati yang baik, tetapi tidak bertumbuh. Jika kita gagal berurusan dengan jiwa dan menganggap segalanya adalah masalah rohani, kita akan melahirkan orang-orang Kristen yang ‘super-rohani’ tetapi dengan jiwa yang lamban, yang tertinggal jauh dari rohnya, sehingga tidak akan mampu mengejarnya lagi. Kita akan menghasilkan gereja yang dalam rohnya berkata ‘kita sedang mengambil kota’ tetapi tidak cukup punya kemampuan untuk melakukannya, karena jiwa yang lemah.
Mungkin saja ada beberapa dari kita yang pernah berjanji dengan gembala atau pemimpin gereja untuk melakukan sesuatu, tetapi karena jiwanya tidak berkembang cukup, janjinya tidak terlaksana. Ini bukan karena tidak jujur, tetapi karena roh ingin melakukan banyak hal tetapi jiwa tidak siap untuk itu. Jangan membiarkan roh kita melangkah ke sesuatu yang jiwa kita belum mampu. Kita tidak bisa pergi kemana-mana, atau ke destini kita, jika kita tidak pergi secara utuh, baik roh, jiwa, dan tubuh kita.
Segala sesuatu yang sudah disepakati oleh roh bisa dibatalkan oleh jiwa, sebab apapun yang roh perintahkan, jiwalah yang harus membayar harganya. Jika roh kita terus memerintahkan sesuatu yang jiwa kita tidak mampu melakukannya, kita akan menghadapi masalah. Kita harus meningkatkan kemakmuran jiwa kita ke suatu tingkatan sehingga mampu membayar apapun yang roh perintahkan. Iblis tidak peduli akan gereja yang menekankan pada hal-hal yang rohani, karena dia tahu, untuk menyelesaikan sesuatu itu tergantung pada jiwa. Kalau gereja itu tidak bisa menyelesaikan sesuatu berarti gereja itu tidak bisa dipercaya. Dan ini merupakan kutukan dalam kehidupan gereja sebab gereja bukannya memakmurkan jiwa mereka yang ada di dalamnya tetapi justru terjadi penghancuran jiwa mereka. Mengapa orang-orang yang tidak bisa dipercaya tetap melayani tetapi yang pada akhirnya menyerah untuk menyelesaikan suatu tugas rohani? Teriakan terus-menerus terdengar untuk masalah ini ‘beri saya seseorang yang bisa dipercaya, tidak usah terlalu dalam, tidak usah terlalu berkarunia, tidak usah dipenuhi roh maupun diurapi, tetapi yang hanya cukup bisa dipercaya, seseorang yang mau tampil apa adanya untuk menyelesaikan sesuatu!’

Warung Kopi

Di bulan Februari 2003 kami membuka warung kopi gaya Starbucks di gereja. Tersedia total 300 tempat duduk baik di dalam maupun di luar ruangan. Ini menambah dimensi baru dalam kwalitas bagi kami, yang lebih penting pengunjung kami, pengalaman bergereja. Tempat itu selalu penuh dan penuh dengan kehidupan. Tempat itu dibuka tiga kali seminggu plus kalau ada acara-acara khusus seperti seminar-seminar. Membutuhkan staff sampai 60 orang. Sesuatu yang besar punya hal ini, tetapi menyedot jiwa sampai ke batasnya komitmennya, bisa dipercaya dan setia. Ini bukan komplain; saya tidak pernah mengkritik hati pelayanan gereja, sungguh-sungguh luar biasa. Tetapi ini bukan masalah hati, ini masalah jiwa.
Inisiatif semacam ini bagi saya menyoroti prinsip pertumbuhan gereja: saya tidak akan bisa membawa gereja dalam roh menuju ke suatu tempat yang jiwa kita tidak ikut serta. Apapun yang kita impikan dalam roh harus juga memperhatikan jiwa kita. Kita harus mendanai, menyusun staff, menjalankannya dan mempertahankannya, yang semuanya bukan dengan ‘bim-salabim’! Masalah khusus yang kami hadapi dengan warung kopi tersebut ialah kami mempekerjakan hampir semua anak-anak muda gereja. Saya percaya akan promosi dan pemberdayaan anak-anak muda. Meskipun anak-anak muda punya kelemahan jiwa yang dikenal dengan tidak-bisa-dipercaya, berdisiplin lemah, dan kurang percaya-diri. Kami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan anak-anak muda kami secara utuh, dan ujiannya adalah saat mereka melayani di warung kopi tersebut!
Untuk menjadi gereja yang besar kita harus mengembangkan jiwa yang makmur. Roh selalu menurut, tetapi daging seringkali terlalu lemah untuk menerjemahkan keinginan menjadi tindakan yang dibutuhkan. Jika ide warung kopi bisa mengalahkan jiwa kita maka kita harus menangguhkan ide-ide yang besar sampai kita sudah menumbuhkan jiwa gereja yang besar secara bersama-sama. Kita tidak akan memperoleh apa yang hanya kita doakan, kita akan mendapatkan apa yang kita doakan dan kita kerjakan. Kita tidak akan bisa menjagai apa yang kita kerjakan jika kita tidak menjadi lebih besar dari itu. Jika jiwa kita tidak lebih besar dari sesuatu yang kita kejar maka kita yang akan dikejar. Sebagai gereja kita telah memutuskan tidak akan hidup di bawah jiwa yang lemah, tetapi kita akan hidup untuk destini rohani, dan untuk itu membutuhkan jiwa dan tubuh kita secara bersama-sama untuk mencapainya.

Penyeberangan

Tahun 1997 gereja kami mulai suatu perjalanan yang kami kenal sebagai periode ‘Penyeberangan’. Itu seperti Yosua menyeberang Yordan, untuk mendirikan gereja baru yang seperti sekarang ini. Buku saya Crossing Over mencatat pengalaman transisi kami dari tempat yang aman, nyaman, gereja klas menengah, menjadi pusat pelayanan masyarakat, yang saat ini mencapai 10.000 – 20.000 orang yang tidak bergereja melalui inisiatif penjangkauan wilayah kota.
Penyeberangan membawa gereja sampai ke batas kapasitas jiwa kami. Kita diregang secara mental, emosi, dan fisik tanpa henti selama hampir dua tahun. Beberapa pemimpin mengalami sakit kepala, masalah pencernakan, kulit terkelupas, syaraf, dan banyak pengobatan ringan. Ini semua sebagai reaksi fisik terhadap tekanan jiwa yang dimulai oleh keputusan rohani untuk menyeberangkan gereja. Berbicara itu gampang, tetapi untuk melakukan itu tidak murah. Penyeberangan ini mengajar kami lebih untuk menyadari bahwa kita adalah roh, jiwa, dan tubuh, dan sampai ketiganya bisa bergerak bersam-sama, tidak satu pun yang bisa dicapai. Sekarang banyak orang yang menanyakan kepada kami tentang menyeberangkan gereja dan kami memberi nasihat agar mereka mempersiapkan diri dengan hal yang terbesar, baik dalam mental, emosi, dan peperangan, untuk mengambil keputusan dalam hidup dan menyelesaikannya.

Memangkan Jiwa

‘Memenangkan jiwa itu bijak.’ Begitu kita memahami apa jiwa itu, ayat ini, yang tadinya secara tradisi tidak kita anggap alkitabiah, menjadi punya arti yang lebih menyeluruh. Amsal tidak mengatakan ‘memenangkan orang itu bijak,’ tetapi adalah bijak mereka yang memenangkan mental, emosi, dan cara pengambilan keputusan seseorang. Saya percaya yang penulis maksudkan ialah dengan memenangkan jiwa seseorang, kita akan menyingkirkan penghalang apapun yang dia hadapi. Banyak orang di dunia bisnis, politik, dan media yang menjadi pemenang jiwa.
Saat kami membangun gereja, kami tahu bagaimana menjangkau mereka yang tidak bergereja secara mental, menggerakkan mereka secara emosional, dan mempengaruhi pengambilan keputusan mereka, kemudian kami membangun rumah-rumah bijak. Kami tidak perlu bersandar pada Roh Kudus agar menyapu orang-orang, atau menunggu kebangunan rohani besar yang melanda dan menyelamatkan kota-kota kami, tetapi kami mempercayai kemampuan gereja kami untuk memenangkan orang, pertama-tama bagi kami sendiri, dan kemudian kemungkinan bagi Yesus. Tidak ada jaminan bahwa mereka yang jiwanya sudah dimenangkan akan datang kepada Yesus, tetapi tentunya dengan memenangkan jiwa mereka akan memampukan untuk menyingkirkan banyak penghalang yang bisa mereka lakukan.
Di kebaktian wisuda mahasiswa Leadership Academy kami, banyak teman-teman mereka yang belum diselamatkan dan keluarga-keluarga datang ke gereja untuk pertama kalinya. Beberapa mahasiswa sedikit gugup memikirkan apa reaksi mereka terhadap gereja. Tetapi di akhir kebaktian mereka semua bersukacita. Beberapa dari keluarga mereka berkata seperti, ‘kami tidak tahu kalau gereja itu menyenangkan!’ Yang lainnya mengatakan, ‘kami terus menikmatinya.’ Yang lain mengatakan, ‘kami merasa seperti menangis; kami mau datang kembali’ Itu yang saya sebut memangkan jiwa. Dalam satu kebaktian pengalaman gereja pertama mereka kami terhubung dengan secara mental, menggerakkan mereka secara emosional, dan mempengaruhi mereka untuk bisa mengambil keputusan datang kepada kami. Saya tidak tahu mungkin ada di antara mereka yang akan diselamatkan, tetapi banyak dari mereka yang penghalang-penghalang untuk memperoleh keselamatannya sudah disingkirkan. Jiwa korporat kami memenangkan jiwa mereka.

Gembala Jiwamu

‘TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku.’ Di Mazmur ini Daud menyingkapkan penemuan yang dia peroleh: Allah itu bukan hanya penyelamat roh tetapi dia gembala dan pemulih jiwa juga. Allah selalu mendekati jiwa melalui roh, sementara iblis selalu mendekati jiwa melalui tubuh dan pancaindera. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk belajar hidup dari roh bukan dari indera kita.
Kalau kita hidup dari jiwa, hidup kita seperti lotere, karena jiwa itu hanya sebaik makanan yang diberikan – makanan dari roh atau dari daging. Jika jiwa diberi makan sampah, dan bukannya makanan yang mulia, saat datang api krisis, jiwa akan menyiram kita dengan bensin, bukannya air. Jiwamu itu muara rohmu, jadi jangan hidup dari apapun yang dikelola oleh pikiran. Hidup dari sumber rohmu dan ambil kuasa untuk mengatur apapun yang datang dari muara.
Air yang jernih dan tenang yang berasal dari roh kita akan mempunyai pengaruh pemulihan terhadap jiwa kita. Seperti yang Daud catat lebih lanjut di Mazmur 23, jiwa yang dipulihkan itu ‘tidak takut yang jahat’ dan tidak punya rasa takut untuk menciptakan cara pandang baru dimana dia melihat ‘hidangan’ kesempatan yang disediakan dan bukannya melihat musuh yang ditakutkan. Kestabilan jiwa ini akan membawa ke keselarasan-roh kita dan memampukan kita melewati dan menyelesaikan semua yang ditaruh di dalam hati kita. Pemulihan jiwa menutup celah antara apa yang kita lihat dengan roh kita, dan apa yang kita sesungguhnya bisa capai dengan kerjasama jiwa.
Semakin kita memahami bagaimana kita dibangun, kita akan menjadi semakin baik. Paulus saat menulis ke jemaat Tesalonika mengungkapkan kerinduannya untuk melihat mereka bertumbuh dewasa secara utuh dalam roh, jiwa, dan tubuh. Dia tahu bahwa tanpa kesepakatan antara roh, jiwa, dan tubuh hasilnya tidak akan efektif dan akan menjadi kehidupan yang membuat frustrasi. Tetapi dengan adanya keselarasan internal antara roh, jiwa, dan tubuh akan menghasilkan jiwa yang makmur yang akan mampu mencapai hal-hal luar biasa.
Mari kita komit untuk memasuki proses memakmurkan roh, jiwa, dan tubuh. Mari kita belajar untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan kita. Mengasihi Allah dengan keseluruhan hidup kita, bukan hanya sebagian saja. Kasihi Dia dengan pikiran, kasihi Dia dengan perasaan kita, kasihi Dia dengan pilihan-pilihan kita dan kasihi Dia dengan tubuh kita.

Dua-pertiga dari diri kita akan Hidup Selamanya

Meskipun kita terbuat dari tiga bagian, roh, jiwa, dan tubuh, tetapi hanya yang dua bagian saja yang akan hidup selamanya. Jadi semakin cepat kita mulai membuatnya benar akan semakin baik. Di suatu hari kita akan menerima tubuh baru, tetapi tidak pernah menerima roh baru atau jiwa baru. Kita akan selalu kita. Jadi, jika yang kita lakukan hanya memperhatikan kepada apa yang ‘kita’ lihat, tubuh kita, tetapi mengabaikan dua-pertiga ‘kita’ yang tidak kita lihat, maka bagian besar yang kita abaikan itu akan menenggelamkan kita seperti adanya gunung es di tengah lautan.
Perhatikan dan lakukan dengan bagian kekal diri kita tersebut, sebab berbeda dengan mitos umum, sorga itu tidak akan mengubahmu menjadi orang kudus yang super. Kita akan memasuki sorga dengan diri yang sama seperti saat kita meninggalkan dunia dan diri kita itulah yang akan diperhitungkan, baik untuk memperoleh upah atau pun untuk mendapatkan penderitaan dan hilang, bagi jiwa yang malas sewaktu di dunia. Ini juga jelas seperti yang dinyatakan dalam perumpamaan Kerajaan Allah, kisah tentang talenta, dan kisah tentang berjaa-jaga.
Jadi, mari kita bangun hidup dan gereja kita dengan jiwa yang makmur. Mari mulai memakai waktu kita lebih banyak lagi untuk manusia-dalam kita daripada manusia-luar karena, ‘Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.’
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari Soul Prosperity oleh Paul Scanlon

Amsal 20:21, 1 Petrus 2:11, Ibrani 4:12, Kejadian 3:1, 1 Petrus 1:23, Matius 26:41, Amsal 11:30,
Mazmur 23:1-3, 23:5, 1 Tesalonika 5:23, 1 Korintus15:42-49, 2 Korintus 5:10, 1 Korintus 3:11-15,
Matius 13, Matius 25:14, Matius 24:45, 1 Timotius 4:8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar