Selasa, 23 Maret 2010

FF-023 Kejatuhan Yang Diperdalam

KEJATUHAN YANG DIPERDALAM-----Home---Artikel

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." – Kejadian 3:12-13
Yang pria mengatakan itu kesalahan perempuan. Yang perempuan mengatakan itu kesalahan ular. Karena Allah yang menaruh ular di taman maka sesungguhnya perempuan itu mengatakan bahwa yang salah adalah Allah sendiri. Sejak saat itulah manusia terus mencoba menyalahkan Allah atas masalah-masalahnya. Perbuatan ini hanya akan membuat manusia lebih bobrok lagi.
Ada tiga ketidak-wajaran yang disebabkan oleh kejatuhan manusia: 1) fokus pada diri-sendiri 2) menyembunyikan diri, dan 3) saling menyalahkan. Jika manusia mau berhenti di bagian manapun dari ketiga hal tersebut dan berbalik kepada Allah, kejatuhan sepertinya tidak tidak akan membuat kerusakan umat yang lebih parah lagi. Jika kita melakukan kesalahan, dan berhenti sebelum berkembang lebih lanjut, serta mau kembali kepada Allah, ini akan mencegah kita untuk tidak jatuh ke masalah yang lebih dalam lagi.
Demikian juga jika ada orang yang berdosa. Mereka biasanya mengikuti langkah-langkah yang sama. Pertama-tama mereka akan berfokus pada diri-sendiri, kemudian mencoba untuk bersembunyi, lalu mulai mencari kambing-hitam. Semakin dalam kerusakannya akan semakin sulit untuk bisa menolong keluar dari masalahnya. Presiden Clinton melakukan hal yang sama saat affairnya terungkap. Pada mulanya dia mencoba menyembunyikannya. Kemudian, saat semua jaringan televisi menyiarkannya ke seluruh bangsa, dia mencoba menyalahkan beberapa hal ke dewan khususnya. Kalau dalam kasus ini seluruh bangsa sepertinya tahu kekeliruan Presidennya, seberapa sering kita sendiri bisa mengenali apa yang ada dalam diri kita?
Tuhan tidak mengampuni alasan-alasan yang diberikan; Dia mengampuni dosa. Allah itu selalu siap memberi pengampunan jika kita bertobat. Bertobat itu mengaku bahwa memang itu kesalahan kita, dan kita yang sudah melakukan kesalahan itu. Dengan mencari-cari alasan, atau kambing-hitam, dan bukannya bertobat, sesungguhnya sedang membangun penghalang lebih jauh lagi antara kita dengan Allah, dan antara kita dengan orang lain. Dibutuhkan kerendahan hati untuk mengaku kita salah, dan Allah memberi anugerah-Nya untuk itu. Kerendahan-hati yang sejati itu merupakan pertobatan yang sejati.
Kita bisa saja menyalahkan orang lain atas kesalahan kita, atau lingkungan kita; tetapi dengan melakukan ini kita tidak akan pernah dibebaskan dari akibat kesalahan tersebut. Tidak akan pernah terjadi pertobatan yang sejati sampai kita mau menerima tanggungjawab atas perbuatan kita. Hanya pertobatan sejati yang memberikan pengampunan dan rekonsiliasi dengan Allah dan manusia.
Belakangan ini banyak filosofi dan psikologi yang diperkenalkan untuk mengalihkan kebejatan moral manusia ke hal-hal lain seperti lingkungan, bagaimana cara kita dibesarkan, dll. Memang benar kalau hal-hal tersebut itu punya pengaruh dan dampak berarti dalam membangun karakter kita, tetapi jalan keluar dari keruwetan ini bukan dengan menyalahkan orang lain, dll., tetapi mulai mengambil tanggungjawab pribadi atas masalah dan kegagalan kita.
Lingkungan itu bukan masalahnya. Tuhan telah menaruh manusia di lingkungan yang sempurna tetapi tokh masih jatuh dalam dosa. Jika lingkungan itu masalahnya, maka lingkunganlah yang akan Tuhan tebus, dan bukan manusia. Tetapi Tuhan memberi manusia otoritas atas lingkungannya. Saat manusia ditebus, manusia akan dan harus mampu berhubungan serta harus mengubahkan lingkungannya. Ini seperti pepatah yang mengatakan ‘tempatkan saja kuda di depan kereta’ maka kereta akan berjalan dengan sendirinya.
Secara praktisnya, kita harus selalu melihat masalah dengan situasi, atau lingkungan kita, dan mencari tahu apa yang salah dengan kita, dan yang perlu diubah. Karena tujuan Allah itu menebus dan memulihkan kita seutuhnya dari konsekwensi kejatuhan karena dosa, pertama sekali kita harus selalu mencari jawab atas permasalahan kita, dan apa yang perlu diubah dalam diri kita. Jawabnya bisa dirangkum dalam satu kata yaitu ‘kasih’. Seperti ditunjukkan di 1 Korintus 13:18, ‘Kasih tidak berkesudahan (bhs. Ing. Love never fails)’. Kasih selalu bisa ditemukan di setiap akar pemecahan masalah. Jika kita bisa lebih mengasihi, ini akan bisa mengubah hampir semua situasi yang sekarang ini kita pandang sebagai masalah.
Tuhan mengubah dunia dengan mengasihinya sampai rela untuk mati. Kita juga bisa mengubah dunia saat kita mulai mengasihi mereka yang ada di sekitar sedemikian rupa sampai kita rela menyerahkan hidup kita, dan keinginan-sendiri, demi mereka. Daripada menyalah-nyalahkan, mari kita mengakui dosa kita, mengambil tanggungjawab akan akibatnya, dan mencari anugerah Allah untuk mengasihi mereka yang ada di sekitar kita, dan bukannya menyalahkan mereka atas masalah kita. Jika kita mulai dengan cara ini untuk benar-benar mengasihi, paradise akan mulai kembali.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar