Rabu, 07 April 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (9 & 10)

(Rick Joyner, Prepared for the Times)-----Home---Artikel

Bagian – 9
Alam merupakan sebuah media di mana Tuhan berbicara kepada kita. “Alam adalah buku Tuhan yang kedua” – inilah pada dasarnya yang dikatakan oleh Rasul Paulus di kitab Roma 1 dan juga dinyatakan dalam Mazmur 19. Seperti tertulis di Kolose 1, Yohanes 1, dan berbagai kitab lain, segala sesuatu diciptakan melalui Yesus dan bagi Dia, dan semua berbicara tentang Dia. Saya sangat percaya bahwa segala sesuatu di alam berbicara tentang Yesus, satu-satunya Anak, dan kesayangan hati Bapa, pada kedalaman yang tak terbatas. Karena kita merupakan satu bagian besar dari rencana Bapa untuk AnakNya, kita juga bisa melihat tempat kita di dalam pesan penciptaan.
Kunci untuk membuka pesan pada segala sesuatu adalah Yesus. Dia adalah segala yang Bapa kasihi, dan segala sesuatu diciptakan melalui dan untuk Dia. Dalam segala yang diciptakan Bapa mencari Sang Anak. Dia mencari AnakNya di dalam kita. Efesus 1:9-10 berkata, “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” Karena tujuan utama Tuhan adalah untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam AnakNya, sedangkan panggilan dasar kita adalah untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, melihat Sang Anak merupakan hal yang dasar untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan Bapa. Yesus adalah komunikasi dasar dari Tuhan, karena itu Dia disebut “Firman” Tuhan dalam pasal pertama injil Yohanes.
Karena ada kunci-kunci dasar dalam mempelajari bahasa, Yesus merupakan kunci dasar untuk mengerti bahasa Allah. Kalau engkau ingin mengerti apa yang dikatakan Tuhan melalui suatu keadaan, lihatlah dari sudut pandang Roh Kudus yang ingin menampilkan Sang Anak dalam dirimu, dan itu biasanya menjadi sangat jelas. Firman Tuhan berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28). Hal terbaik yang bisa datang atas kita adalah melihat kemuliaanNya dan diubahkan menjadi serupa dengan Dia. Mulailah mencari Dia dalam segala hal.
Saya suka membaca penemuan-penemuan dalam ilmu fisika dan astronomi karena Mazmur 19 itu benar – langit menyatakan kemuliaanNya! Seseorang pernah berkata bahwa hal terburuk yang dialami oleh seorang ateis adalah melihat keindahan matahari terbenam tanpa bisa mengucap syukur. Bagaimana kita bisa melihat kagum pada kemuliaan suatu ciptaan tanpa mengagungkan sang Pencipta? Elizabeth Barrett Browning pernah berkata, “Bumi penuh sesak dengan surga, dan setiap semak menyala dengan Tuhan; tetapi hanya mereka yang melihatnya melepaskan kasut. Yang lain hanya duduk di sekelilingnya dan memetik buah berry.” Karena itu kita mau melihat bukan hanya dengan mata alami, tetapi juga dengan mata spiritual. Inilah yang didoakan oleh rasul Paulus dalam kitab Efesus 1, agar “mata hati kita dibuka”.
Newton mendapat predikat sebagai “bapak fisika moderen”, dan dia adalah seorang Kristen yang penuh gairah dan selalu mencari Kristus dalam setiap ciptaan. Newton juga percaya pada apa yang sekarang disebut sebagai “Kode Alkitab”. Bertahun-tahun dia menyelidiki hal ini. Kode Alkitab itu memang ada, tetapi terlalu pelik untuk bisa ditemukan tanpa bantuan komputer, sedangkan Tuhan ingin menyimpannya sampai akhir jaman. Masalahnya bukanlah apakah engkau percaya pada kode Alkitab atau tidak. Newton melihat suatu simetri dan presisi matematis dalam ciptaan sehingga dia percaya bahwa itu juga ada di dalam Alkitab, pada lapisan kedalaman arti dan tujuan. Ini karena pada jamannya mereka baru saja menemukan melalui mikroskop yang tidak terlalu canggih, bahwa ada blok-blok bangunan begitu banyak pada ciptaan, yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Memang tidak mudah untuk dijelaskan, tetapi ada kemungkinan bahwa Newton telah “melihat dalam cermin gambaran samar-samar” (1 Kor 13:12) hal-hal seperti gen dan DNA.
Ide Newton tentang Kode Alkitab tidak muncul hanya dari penelitiannya terhadap ciptaan saja, tetapi juga dari beberapa teman-teman Rabbi yang telah percaya pada adanya Kode Alkitab selama beberapa generasi. Kode Alkitab tidaklah diperlukan untuk iman orang yang memiliki Roh Kudus. Tetapi eksistensinya merupakan suatu kesaksian betapa dalam dan ruwetnya komunikasi Tuhan dengan umatNya, juga betapa dahsyatnya keteraturan yang Dia tetapkan dalam segala hal. Mungkin kita melihat banyak situasi dan kejadian yang begitu saja kita jumpai, tetapi itu hanyalah sejauh yang bisa ditangkap oleh manusia. Dalam ciptaan ada suatu keteraturan dan tujuan yang lebih dalam, lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih luas dari yang bisa dijangkau oleh pikiran manusia.
Einstein juga melihat adanya suatu hubungan yang dalam di dalam seluruh ciptaan yang dia sebut sebagai “Alasan yang memanifestasikan diri di alam”. Alasan ini adalah Kristus, melalui Siapa dan untuk Siapa segala sesuatu diciptakan. Karena itulah segala sesuatu dipersatukan oleh kuasa Firman (Kristus). Segala sesuatu bukanlah Tuhan, seperti yang dipercayai oleh kaum pantheist. Tetapi Dia sebenarnya ada di dalam segala sesuatu dan mempersatukan seluruh alam semesta. Rasul Paulus menyatakannya sebagai berikut, “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,” Kolose 1:27 mengatakan, “Kristus ada di tengah-tengah kamu (di dalam kamu), Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” Kadang-kadang lebih mudah bagi kita untuk melihat Kristus di alam daripada dalam diri kita. Ingatlah, kita adalah baitNya! Karena itu Dia berbicara kepada kita dari dalam, dan kita perlu mengenali suaraNya ketika Dia berbicara. Dia juga berbicara kepada kita melalui umatNya, dan kita perlu bisa menangkap suaraNya. Sekali lagi, ini bukanlah suatu pelajaran untuk mengenal firman Tuhan saja, melainkan juga mengenal Firman itu Sendiri. Ketika kita mengenal Dia, kita akan mengenali suaraNya kapan saja, dan melalui siapapun yang Dia pakai untuk berbicara.

SIAP – 10
Kita membaca dari kitab Wahyu 2:20 bahwa Izebel “menyebut dirinya nabiah”. Kita harus waspada pada mereka yang kehidupan spiritualnya begitu kecil sehingga harus mempromosikan diri sedemikian rupa dan memakai sebutan hebat agar dikenal orang. Saya mendapat kesempatan untuk mengenal beberapa orang yang benar-benar berjalan dalam pelayanan profetik yang murni dan tidak seorangpun dari mereka ini yang perduli apakah orang mengenal mereka sebagai nabi. Leonard Ravenhill pernah berkata kepada saya, “Engkau tidak perlu mengiklankan api.” Kalau engkau benar-benar memiliki sesuatu, engkau tidak perlu mempromosikan diri. Yesus berkata dalam Yohanes 7:18, ‘Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.’ Terjemahan kata “hormat” (Ing. glory ) di atas dalam bahasa Yunani adalah doxa dan bisa diterjemahkan sebagai “dikenal”. Ketika motivasi kita adalah mencari hormat dan popularitas diri, maka kita tidak bisa disebut sebagai utusan Tuhan yang sebenarnya. Kalau kita ingin dipakai Tuhan sebagai nabi, kita harus mempunyai motivasi untuk mencari kehendak Tuhan dan membawa orang kepadaNya, bukan kepada diri kita sendiri.
Untuk membantu orang-orang profetik memiliki sikap seperti itu, nabi yang sesungguhnya biasanya jarang dikenal, sampai mereka meninggal dan tidak menjadi ancaman bagi orang lain. Kebanyakan nabi mengalami aniaya, dakwaan, dan ancaman terus menerus, seperti yang kita lihat pada Yesus. Oleh karena itu penerimaan dan dorongan seorang nabi yang sebenarnya harus datang dari pengenalan akan Tuhan, bukan manusia.
Masalah lain yang terus dihadapi oleh nabi yang benar adalah adanya nabi palsu, di mana orang biasanya menimpakan kesalahan pada semua nabi. Alkitab membenarkan bila kita menguji seseorang yang datang dan menyatakan diri dengan sebutan seperti itu. Kalau kita benar-benar diutus oleh Tuhan, kita pasti tidak perduli dengan ujian itu – bahkan justru menghargainya karena akan menunjukkan bahwa kita memang benar.
Ujian pertama yang saya pakai adalah seperti ini: Apakah orang ini datang dengan wibawa, gaya dan hikmat dari Raja kita? Alkitab menunjukkan bahwa nabi bisa bersikap aneh, tetapi tetap ada wibawa ilahi yang menunjukkan bahwa dia memang utusan yang benar. Memang sulit untuk didefinisikan, tetapi kalau kita belajar untuk mengenali hal itu, maka tidak akan sulit untuk melihatnya.
Tentu saja utusan Raja bukanlah Raja itu sendiri dan kita tidak boleh berharap bahwa mereka adalah orang yang sempurna. Rasul Paulus sendiri berkata kepada orang-orang Galatia bahwa dia tahu kalau dagingnya merupakan cobaan bagi mereka, dan menasehati agar mereka tidak memperdulikan hal itu, dan menerima dia sebagai seorang malaikat, atau utusan Tuhan.
Saya mengenal begitu banyak hamba-hamba Tuhan yang terkenal, dan saya melihat bahwa mereka yang benar-benar murni dan berisi adalah yang paling tidak perduli dengan sebutan dan kehormatan atas diri mereka, tetapi justru yang paling menghormati orang lain, terutama kepada siapa mereka diutus. Mereka benar-benar memperlakukan mempelai Kristus sebagai ratu. Mereka memperlakukan umat Tuhan sebagai bangsawan, dan mereka datang dengan sikap menghormati bukan mencari hormat.
Satu karakteristik dasar dari pesan yang memang datang dari Tuhan kita baca dari Yakobus 3:13-18:, ‘Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.’ Kita lihat di atas bahwa mencari popularitas diri atau “pementingan diri sendiri” merupakan pintu yang terbuka bagi “segala macam perbuatan jahat”. Benih atau firman yang berasal dari “buah kebenaran” haruslah murni, damai, penuh belas kasih, dan tidak memihak serta tidak munafik. Dengan itulah kita menimbang apakah pesan dan penyampai pesan tersebut benar atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar