Kamis, 29 April 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (13)

(Rick Joyner, Prepared for the Times)-----Home---Artikel

BAGIAN – 13
Banyak orang yang sedang mencari karunia nubuatan menganggap bahwa karunia itu akan dicurahkan begitu deras dari surga tanpa atau dengan sedikit usaha dari pihak mereka. Kita bisa membaca banyak contoh tentang hal ini di dalam Alkitab, tetapi sebenarnya contoh-contoh ini adalah pengecualian. Kebanyakan dari mereka yang mempunyai panggilan nabi adalah orang-orang yang tekun mendalami pengetahuan dan mencari pengertian, dan mereka adalah orang-orang yang cinta kebenaran. Pada kasus yang benar-benar luar biasa seperti Yesaya dan Daniel, mereka sangat unggul dalam pengetahuan dan pengertian yang begitu dalam dan luas, mungkin melebihi semua orang pada jamannya. Ada suatu prinsip dasar bahwa mereka yang mencari akan mendapatkan, dan mereka adalah orang-orang yang sangat dipakai oleh Tuhan. Adalah merupakan prinsip dalam Alkitab bahwa Tuhan memberi ganjaran pada mereka yang rajin, setia, tekun, dan tabah.
Para nabi yang luar biasa dalam Perjanjian Lama adalah orang-orang yang terpelajar dalam firman Tuhan, sejarah, dan mengikuti perkembangan sehari-hari. Ini merupakan fondasi di mana Tuhan bisa membangun suatu pesan. Kebanyakan nubuatan terdiri dari kunci-kunci yang diberikan Tuhan untuk memberi pengertian tentang waktu dan arah bagi umat Tuhan. Karena “Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Korintus 2:10), maka jika kita dipimpin oleh Roh, kita akan menjadi pencari, penyelidik, selalu ingin tahu lebih, terutama tentang tujuan-tujuan Tuhan.
Memang ada pengecualian dalam prinsip-prinsip membangun fondasi bagi pandangan dan pelayanan profetik. Ada orang-orang sederhana, tidak berpendidikan, bahkan buta huruf yang diberi Tuhan karunia besar untuk bernubuat. Brother Klaus yang hidup pada tahun 1400an di negara Swiss, adalah salah satu contoh. Brother Klaus yang ditahbiskan sebagai orang suci oleh gereja Katolik dengan nama Saint Nicholas of Flue (Santo Nicholas dari Flue) seringkali keliru dengan Saint Nicholas yang kita kenal sebagai Santa Claus. Brother Klaus mempunyai banyak anak, tetapi dia bukan seorang gendut dan periang yang kita kenal sebagai Santa Claus. Sejarah mencatat bahwa Brother Claus adalah orang yang tidak makan selama tigapuluh tahun, dan fakta ini memang dibenarkan oleh seorang pejabat pemerintah yang memperhatikan dia terus siang dan malam dalam sebagian waktu hidupnya. Brother Klaus tidak menyatakan bahwa dia puasa, tetapi mengatakan bahwa makanannya adalah melakukan kehendak Tuhan, dan karena itu dia tidak memerlukan makanan alami. Satu-satunya yang dia makan adalah komuni, dan dia melakukannya sebulan sekali.
Para ahli sejarah menganggap Brother Klaus sebagai bapak negara Swiss karena dia memberikan nubuatan pada ketujuh wilayah yang akan saling berperang. Karena nubuatan itu maka ketujuh wilayah tersebut bukannya berperang melainkan bersatu dan membentuk sebuah bangsa. Tidak seorang pun tahu nubuatan apa yang dikirimkan oleh Brother Klaus ke wilayah-wilayah itu, tetapi nubuatan itu telah mencapai suatu hasil yang menakjubkan, dan masih tetap menakjubkan ketika kita membaca sejarahnya. Mungkin karena fondasi inilah sampai hari ini negara Swiss kelihatannya mempunyai pengurapan untuk menjadi mediator perdamaian bagi banyak bangsa.
Brother Klaus mempunyai karunia hikmat sedemikian rupa sehingga orang-orang dari Eropa tengah rela melakukan perjalanan jauh untuk mencari nasehat, termasuk paus. Seringkali dia tahu bahwa ada orang-orang yang datang, karena itu dia mengutus orang untuk memberi jawaban sehingga mereka tidak perlu meneruskan perjalanan yang sulit untuk menemuinya. Ini terjadi pada tahun 1400an, dan sampai hari ini pondoknya terus dikunjungi oleh peziarah termasuk paus. Brother Klaus adalah seorang yang buta huruf dan hidup di jaman di mana orang akan dihukum mati apabila kedapatan membaca Alkitab. Namun demikian, dia mempunyai ketajaman dalam menangkap pengajaran-pengajaran di dalam Alkitab, dan dia tahu cara-cara Tuhan bekerja. Ini semua kelihatannya dia terima ketika menyendiri dengan Tuhan selama waktu yang begitu panjang.
Brother Klaus memang pengecualian yang luar biasa, dan ada orang-orang lain yang seperti itu. Tetapi mereka ini memang tidak punya akses pada Alkitab dan semua sumber-sumber informasi dan pengetahuan seperti yang ada sekarang. Mengabaikan Alkitab, dan sumber-sumber pengetahuan serta informasi lain merupakan suatu bentuk ketidak bertanggungjawaban dan ini tidak akan menimbulkan perkenan Tuhan.
Saya kenal orang-orang yang mempunyai karunia profetik yang menghindarkan diri untuk belajar hanya agar bisa berkata bahwa apa yang mereka terima itu merupakan pewahyuan. Saya melihat bahwa banyak dari mereka ini yang melenceng dan akhirnya memberi pengajaran aneh atau sesat. Ketika saya mendengar orang berkata bahwa mereka tidak membaca karya orang lain karena mereka ingin mendapat pewahyuan langsung dari Tuhan, itu membuat saya hilang kepercayaan pada mereka. Saya juga menganggap bahwa orang-orang ini adalah mereka yang cenderung meminjam pesan-pesan yang disampaikan orang lain. Tentu saja hal ini mengikis rasa percaya yang diperlukan untuk menjaga nubuatan.
Yang ingin saya katakan adalah bahwa kita harus jujur terhadap Tuhan dan manusia. Ketika kita mendapat sesuatu dari orang lain, kita harus mengakuinya ketika hal itu memungkinkan. Saya katakan ketika memungkinkan karena hal itu tidak selalu praktis. Saya suka berkotbah dan mengajar, dan sering melihat orang lain mengajar dan berkotbah di televisi sehingga saya lupa siapa yang menyampaikan pesan yang saya kutip. Saya juga membaca banyak sehingga sering tidak ingat di mana saya membaca apa yang saya ulangi. Ini adalah pengakuan. Saya seharusnya bisa melakukan hal yang lebih baik. Hal ini akan membantu orang-orang profetik apabila mereka memperhatikan dan mengoreksinya.
Saya telah melihat bahwa banyak dari tulisan saya dikutip dalam buku-buku Kristen yang populer tanpa pernyataan bahwa kutipan itu dari tulisan saya. Jujur saya tidak keberatan dengan hal ini, justru senang karena pewahyuan yang saya terima itu menyebar lebih luas. Tetapi ada orang-orang yang membaca buku pengarang lain kemudian baru membaca buku saya dan mengatakan bahwa saya melakukan plagiat padahal kalau mau melihat tahun terbitnya mereka akan tahu bahwa saya telah menulis buku itu jauh sebelum pengarang lain tersebut. Yang ingin saya katakan ialah bahwa hal ini memang menimbulkan masalah. John Wimber pernah mengingatkan saya akan hal ini duapuluh tahun yang lalu, tetapi saya tidak memperhatikannya. Dan sekarang saya menyesal. Saya tidak pernah dengan sengaja melakukan plagiat, tetapi seharusnya saya bisa lebih menghargai Firman atau pewahyuan dengan bersikap hati-hati. Mungkin hal ini bukan merupakan sesuatu yang penting bagi orang lain, tetapi itu merupakan hal yang seharusnya bisa saya tangani dengan lebih baik. Mengapa tidak melakukan yang terbaik dengan membungkus sebaik mungkin pewahyuan yang dipercayakan kepada kita?
Supaya orang tidak tersandung seperti itu sebaiknya kita menyatakan asal dari kutipan yang kita pakai. Jika kita mengatakan sumbernya, maka kita meminjam. Jika tidak, maka kita mencuri. Saya tahu bahwa itu semua datang dari Tuhan, tetapi ini merupakan masalah integritas yang krusial bagi pelayanan profetik. Sekali lagi, saya memang kurang dalam hal ini, lupa sumber yang saya kutip dan tidak punya catatan tentang asal materi. Saya bukan contoh yang baik dalam hal ini, jadi jangan ditiru. Sebaiknya kita jujur dan terbuka tentang sumber informasi yang kita peroleh.
Bersikap hati-hati dengan menyebutkan sumber kutipan kita merupakan integritas dasar dan keperdulian dalam membangun rasa percaya. Kalau kita menerima informasi melalui suatu penelitian atau pewahyuan langsung dari surga, kedua-duanya adalah dari Tuhan. Kalau itu berasal dari Tuhan, maka kita perlu memperlakukannya dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar