Minggu, 18 April 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (11 & 12)

(Rick Joyner, Prepared for the Times)-----Home---Artikel

BAGIAN – 11
Tentu saja penyebutan jabatan di dalam pelayanan kami telah membantu gereja mengerti tentang pelayanan apa yang kami lakukan. Tetapi pemakaian jabatan yang berlebihan dan penggunaan jabatan spiritual yang keliru telah membuat mata uang spiritual kita terdevaluasi. Sekarang ini di dalam pelayanan sulit untuk tidak menjumpai seseorang yang tidak menyebut dirinya nabi, rasul, atau bishop. Hal ini membuat saya lebih memberi rasa hormat kepada mereka yang menyebut diri “gembala” karena mereka begitu rendah hati.
Namun, kita memang berada pada waktu di mana pelayanan-pelayanan tersebut sedang dipulihkan dalam gereja, dan kita akan kehilangan tujuan yang ditetapkan Tuhan jika tidak bertemu dengan mereka. Kita harus mengenali dan menerima mereka. Jika kita menerima seorang nabi dalam nama nabi, maka kita akan menerima upah seorang nabi. Tetapi jika kita menerima seorang nabi hanya sebagai guru, maka kita akan menerima pengajaran. Hal yang sama berlaku bagi semua pelayanan. Jika kita menerima seorang rasul hanya sebagai guru, kita hanya akan menerima kepemimpinan. Karena itu para pemimpin gereja mempunyai tanggungjawab untuk “tahu siapa yang melayani di antara kamu”.
Sekali lagi, ada tempat, bahkan kebutuhan untuk penggunaan jabatan pelayanan seperti yang dilakukan rasul Paulus yang mempertahankan kerasulannya. Tetapi dia melakukan hal itu untuk jemaat, bukan kepentingan dirinya sendiri. Dalam mempertahankan jabatan itu kita tidak melihat adanya promosi diri, tetapi justru roh kebapaan yang memberi perintah kepada anak-anaknya. Ada anugrah, wibawa, dan kebijaksanaan yang merupakan ciri seorang utusan yang benar yang telah diutus oleh sang Raja.
Demikian juga pewahyuan, mimpi atau penglihatan yang datang dari Dia, memiliki ciri yang sama. Pada jaman kita ini Tuhan menuntun kita lebih dengan cara memanggil, bukan memerintah. Dia mempunyai otoritas untuk melakukan apapun yang Dia kehendaki, tetapi seperti kita lihat dalam kitab Wahyu 3:20, Dia berdiri di luar gerejaNya dan mengetuk untuk melihat apakah ada yang mendengar dan membuka pintu bagiNya. Alasannya adalah karena kita berada pada suatu masa di mana Dia mencari mereka yang mau bersama-sama menjadi ahli waris dengan Dia, yaitu mereka yang taat karena memang mencintai kebenaran bukan karena perintah. Oleh karena itu, kita tidak boleh merasa tertekan untuk bertindak apabila menerima pewahyuan profetis, tetapi terpanggil. Kita telah mengalami saat-saat di mana kita menerima peringatan tentang sesuatu yang memerlukan tindakan. Tetapi itupun harus datang dengan wibawa dan anugrah Tuhan, menghimbau untuk suatu respon, bukan menekan, seperti dikatakan dalam Yakobus 3.
Saya telah belajar bahwa ketika saya ditekan untuk melakukan sesuatu dengan cepat, maka itu bukan dari Tuhan. Dan biasanya tindakan itu merupakan kesalahan besar. Tuhan yang melihat akhir sesuatu dari awalnya tidak akan memburu-buru kita untuk melakukan sesuatu. Saya tahu beberapa nasehat alkitabiah untuk menanti-nantikan Tuhan dan bertindak sabar, tetapi saya belum pernah membaca satu ayatpun yang memerintahkan kita untuk bertindak terburu-buru. Melalui pengalaman dan kesalahan-kesalahan, saya belajar hal-hal tertentu tentang cara Dia memimpin dan berbicara.
Berikut ini adalah suatu prinsip penting bagi pelayanan yang benar tetapi seringkali disalahmengerti banyak orang. Roh Kudus adalah Penolong, bukan “pelaku”. Orang berkata bahwa pelayanan mereka benar karena tidak seorang pun dari mereka terlibat dalam pelayanan itu, hanya Roh Kudus yang bekerja. Sebenarnya keterlibatan mereka dalam pelayanan itu adalah hal yang benar. Jika Tuhan menghendaki suatu pelayanan yang 100 persen Dia lakukan sendiri tanpa keterlibatan kita, maka Dia tidak akan kembali ke surga, dan Dia tidak akan membiarkan seorang pun melakukan sesuatu.
Di kitab Lukas pasal 10 kita membaca bahwa Tuhan mengutus para muridNya berdua-dua untuk memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Mereka begitu berhasil sehingga ketika kembali Yesus berkata bahwa Dia melihat setan jatuh dari atas seperti kilat. Tetapi, sebelum pasal berikutnya kita melihat bahwa para murid minta kepada Yesus untuk diajar berdoa. Mereka melakukan mujizat-mujizat itu tetapi tidak tahu bagaimana berdoa!
Para murid ini jelas kelihatan jauh dari sempurna, juga belum dewasa ketika Tuhan mempercayakan mereka dengan suatu otoritas yang luar biasa. Tetapi saya percaya bahwa mereka yang disembuhkan, dilepaskan, atau mendengar kabar baik tentang kerajaan Allah tidak ada yang komplain. Bahkan sebelum Yesus disalib para murid ribut mempertanyakan siapa yang terbesar padahal mereka sedang dalam pembentukan menjadi pemimpin gereja dalam beberapa minggu kemudian. Beberapa tahun kemudian, ada dari mereka masih melakukan kesalahan besar, seperti Petrus, yang harus diperingatkan oleh rasul paling muda di Antiokhia karena “dia hanya diam saja”.
Kita menjadi orang bodoh jika mencari kesempurnaan dalam pelayanan atau kepemimpinan, tidak perduli betapapun dewasanya mereka. Pengharapan kita jangan diletakkan pada bejana yang dipakai, melainkan pada harta yang ada di dalamnya, yaitu Roh Kudus. Jika kita terus menaruh rasa percaya kita kepadaNya dengan benar, kita tidak akan menjadi orang yang bergantung atau dikecewakan manusia secara berlebihan. Jika pelayanan atau para pemimpin memang benar-benar hamba, mereka tidak akan berusaha membangun rasa percaya orang lain pada mereka tetapi rasa percaya Tuhan pada mereka. Yesus adalah satu-satunya fondasi di mana kita bisa mendirikan suatu bangunan kekal. Kalau kita membangun rasa percaya manusia kepada kita dan bukan rasa percaya Tuhan, maka kita telah gagal, dan fondasi itu akan hancur juga, karena selain Tuhan tidak ada yang bisa menahan beban yang begitu berat.
Hal ini penting karena mentalitas sempurna yang didasarkan pada diri sendiri dan bukan pada Tuhanlah yang menghalangi banyak orang melangkah dalam panggilan dan pelayanan mereka. Kita tidak menjadi sempurna dulu baru bisa dipakai oleh Tuhan, tetapi kita disempurnakan dengan mau dipakai oleh Tuhan.

BAGIAN – 12
Perintah Agung memerintahkan kita untuk menjadikan orang murid Yesus, bukan hanya petobat. Definisi dari menjadikan murid adalah mengajar mereka untuk memperhatikan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan. Karena itu murid Kristus yang sesungguhnya pasti memiliki pandangan Kristen terhadap dunia, artinya melihat dunia seperti Kristus melihatnya. Penelitian menunjukkan bahwa 65 persen orang Amerika menyatakan diri lahir baru, tetapi hanya 6 persen yang benar-benar mempunyai pandangan Kristen terhadap dunia. Mengapa hal itu terjadi? Jelas bahwa kita hanya menjadikan mereka petobat, bukan murid.
Hal ini juga terlihat bahwa hanya 5 persen dari mereka yang “mengambil keputusan untuk menerima Yesus” berada dalam gereja. Dalam Perjanjian Baru setiap orang yang menerima Kristus bergabung dalam gereja. Tetapi hari ini memang banyak gereja yang jauh dari kehidupan gereja yang seharusnya, dan petobat-petobat baru merasa tidak punya hubungan dengan gereja. Jelas bahwa harus ada perubahan yang dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara kekristenan moderen dan alkitabiah.
Penyelesaian masalah ini ditunjukkan oleh kelima jawatan yang memperlengkapi umat Tuhan seperti tertulis dalam Efesus 4:11, yaitu rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (Efesus 4:12-13)
Kita tidak bisa benar-benar menjadi murid Kristus tanpa setidaknya memiliki pandangan Kristen terhadap dunia. Apabila pandangan kita terhadap dunia lebih terbentuk oleh media, pendidikan sekuler, falsafah hidup yang diturunkan oleh orangtua atau nenek moyang yang tidak memiliki pandangan Kristen, atau bahkan pandangan-pandangan kita sendiri, maka kita bukanlah murid Kristus yang sebenarnya. Jika kita telah menerima pengajaran Kristus sendiri, maka kita akan mempunyai pandangan seperti Dia. Ini harus menjadi tujuan dasar setiap orang Kristen.
Memiliki pandangan Kristen merupakan hal yang penting untuk mengerti waktu. Kalau kita ingin menjadi gereja yang profetik, yang memiliki pesan dari Tuhan untuk dunia, maka seharusnyalah kita memandang dunia dari sudut pandang Dia. Oleh karena itu murid Kristus yang sebenarnya akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu pandangan Tuhan daripada pandangan orang lain. Pandangan Tuhan yang terutama disingkapkan di dalam Alkitab. Jika Yesus, yang adalah Firman Tuhan, selalu mengatakan “ada tertulis” ketika menghadapi tantangan si jahat, bukankah kita seharusnya lebih kuat lagi berdiri di atas Firman yang tertulis?
Karunia nubuatan memang menyingkapkan kehendak Tuhan yang bersifat taktis dan strategis. Tetapi hanya Firman yang tertulislah yang diberikan untuk membangun doktrin. Para nabi yang menulis Alkitab jelas memiliki kedalaman Firman dan menebarkannya melalui nubuatan mereka. Besar kemungkinannya bahwa kita akan dipercaya dengan karunia nubuatan hanya pada tingkat di mana kita telah membangun pandangan yang alkitabiah terhadap dunia, yaitu pandangan Tuhan Sendiri atas dunia.
Kita sedang berada pada masa di mana “segala sesuatu yang bisa digoncang akan digoncang” (Ibrani 12:27), dan semua pandangan dunia akan rontok karena tidak didasarkan pada kebenaran. Melalui perumpamaan kita diajar bahwa dengan mendengar dan mentaati Firman Tuhan kita membangun rumah di atas karang, sehingga sanggup menghadapi badai yang akan datang (Matius 7:24-25). Hanya Firman Tuhan yang berdiri teguh. Oleh karena itu membangun hidup kita serta pandangan kita terhadap dunia berdasarkan FirmanNya harus merupakan pengabdian hidup kita.
Mencari pandangan Tuhan, terutama yang ada di dalam Alkitab, merupakan dasar dari pelayanan profetik, bahkan dasar dari pemuridan. Saya belum pernah bertemu dengan seorang nabi yang benar yang tidak mempelajari Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan dari mereka memiliki pengertian yang lebih dalam daripada para ahli teologi. Pencari Firman yang benar akan membaca Firman dengan gairah dan kecintaan, bukan karena kewajiban atau profesi.
Pelayanan profetik juga sangat supranatural dengan pengetahuan yang tidak diperoleh melalui pembelajaran. Memang ada pengecualian, tetapi kelihatannya mereka yang diberi karunia pewahyuan paling besar adalah mereka yang mempunyai fondasi kuat dalam Alkitab, dalam sejarah, dan dalam pengetahuan waktu di mana mereka berada. Nubuatan besar yang spektakuler dan supranaturallah yang mendapat perhatian dalam pelayanan profetik, tetapi itu tidaklah selalu yang paling penting, dan jelas bukan inti dari pelayanan profetik. Sama seperti kebangunan-kebangunan rohani yang spektakuler yang biasanya dimasukkan dalam buku sejarah, padahal itu hanya sebagian kecil saja dari pekerjaan Tuhan, demikian juga dengan nubuatan yang spektakuler, akan menarik perhatian besar, tetapi mungkin tidak sepenting nubuatan-nubuatan yang kurang spektakuler dan biasa. Karena itu tujuan utama kita bukanlah untuk menjadi spektakuler, melainkan taat dan setia hari lepas hari.

1 komentar: