Jumat, 25 Juni 2010

Siap Menghadapi Akhir Jaman (22)

SIAP-22-----Home---Artikel
Sikap pasif umat Tuhan merupakan pintu besar yang terbuka untuk terjadinya tirani. Kalau kita adalah orang Kristen, kita memiliki mandat dari Tuhan untuk menjadi terang dan garam di mana pun Tuhan menempatkan kita. Amerika telah meluncur turun ke arah tirani selama beberapa dasawarsa, tetapi kecepatannya sekarang semakin besar. Namun keadaan ini masih bisa dihentikan bahkan dibalikkan jika umat Tuhan bangun dan mau terlibat dalam pembalikan arah destini yang ditetapkan Tuhan bagi bangsa ini. Jika umat Tuhan bangun dan terlibat, kita bukan saja mampu menghindari jurang yang semakin dekat dan berbahaya, tetapi masa depan kita akan menjadi yang terbaik bagi kita.
Ada banyak contoh dalam sejarah di mana bangsa-bangsa yang jatuh dalam kehancuran paling dalam mengalami kebangkitan lagi dan naik ke tingkat spiritual paling tinggi ketika kebangunan rohani dinyalakan. Gerakan-gerakan seperti “Tea Party Movement” membuktikan bahwa banyak orang sedang bangun dan mempunyai tekad cukup kuat untuk membalikkan bangsa ini kembali ke akarnya, kekuatannya, dan sumber hidupnya. Tetapi masih ada satu elemen yang kurang – kepemimpinan yang jelas dan punya kemampuan.
Kepemimpinan yang jahat atau tidak matang merupakan penghakiman Tuhan atas bangsa-bangsa yang jatuh dalam penyelewengan dan pesta pora berlebihan seperti dikatakan dalam Yesaya 5. Kepemimpinan yang baik, bijaksana, dan punya kemampuan merupakan berkat dari Tuhan. Kita harus berdoa bagi para pemimpin kita, seperti yang Tuhan perintahkan, dan kita perlu berdoa bagi kepemimpinan yang benar. Oleh karena itu kita harus melihat kejahatan dan ketidakmampuan banyak orang yang duduk dalam otoritas di seluruh dunia sebagai penghakiman. Prioritas pertama kita haruslah berbalik kepada Tuhan, bukan hanya mencari pemimpin yang baik. 2 Tawarikh 7:14 berkata, “dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” Kita lihat dalam ayat di atas bahwa pemulihan negeri dimulai dengan umat Tuhan yang: 1) merendahkan diri 2) berdoa 3) mencari wajah Tuhan, dan 4) berbalik dari jalan yang jahat. Mungkinkah yang terjadi sekarang ini adalah seperti kisah Yunus, yaitu badai itu datang ke atas kapal kita bukan karena orang fasik, melainkan karena nabi yang memberontak? Seperti orang-orang fasik yang harus membangunkan Yunus dan meyakinkan dia untuk berseru kepada Tuhannya, demikian juga banyak orang-orang yang belum percaya Tuhan melakukan hal yang sama hari ini. Solusi dari setiap masalah yang timbul sudah di luar kemampuan manusia, dan orang-orang ini mulai menangkapnya.
Sebagai suara profetik yang mewakili Tuhan bagi bangsa-bangsa dan berfungsi sebagai terang dan garam, kita mempunyai tanggungjawab untuk menyuarakan kesalahan yang telah dilakukan oleh para pemimpin dan rakyat. Kita juga harus selalu merendahkan diri, dan melihat diri sendiri, bertobat atas segala dosa yang telah kita lakukan terlebih dulu. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh bersuara sampai kita sempurna terlebih dulu, karena jika demikian kita tidak akan pernah bersuara. Tetapi, ketika kita bersuara setelah merendahkan diri, kata-kata yang kita ucapkan tidak akan bernada pembenaran diri, melainkan suatu seruan yang diurapi, dari Tuhan untuk menyelamatkan mereka yang Dia kasihi, yaitu setiap orang. Karena itu kita dinasehati dalam 1 Petrus 4:17, “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi.”
Ada banyak jenis penghakiman di dalam Alkitab – satu adalah kutuk, dan satu lagi adalah penghancuran, tetapi yang lainnya adalah pendisiplinan dari Tuhan. Ibrani 12 berkata bahwa Tuhan mendisiplin orang-orang yang dikasihiNya. Oleh karena itu penghakiman Tuhan yang membuat kita menderita itu merupakan pendisiplinan, yaitu agar kita berbalik dari jalan yang akan membawa kita pada kehancuran. Penghakiman ini harus dimulai dengan umatNya sendiri karena Dia tidak dapat menghakimi bangsa-bangsa jika umatNya sendiri melakukan hal yang sama.
Kita harus ingat bahwa cara untuk memulihkan negeri kita dimulai dengan umat Tuhan yang merendahkan diri. Deklarasi kita melawan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh para pemimpin kita atau rakyatnya tidak boleh keluar dalam bentuk kemarahan, melainkan seruan yang diwarnai oleh kerendahan hati. Kita harus selalu ingat bahwa, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6)
Satu-satunya cara keluar dari masalah yang kita hadapi adalah dengan anugerah Tuhan. Jadi kita harus terus menjaga agar selalu rendah hati. Itu tidak berarti bahwa kita menjadi lemah atau bersikap kompromis dalam deklarasi dan tantangan kita, tetapi kita berdiri teguh berseru kepada Tuhan, lebih dari kepada manusia. Hanya dengan demikian kita bisa berharap benar-benar berkemenangan seperti kata Yesus dalam Matius 12:28, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Kalau kita mau mengusir setan keluar, kita harus tinggal di dalam Tuhan dan menyuarakan Roh Tuhan. Roh Tuhan selalu dikenali melalui buah-buah Roh yang meliputi, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Galatia 5:22-23)
(disadur dengan bebas oleh Iskak Hutomo dari Prepared for the Times oleh Rick Joyner)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar